tag:blogger.com,1999:blog-48817329876021454102024-03-13T21:38:47.431+08:00Klinik RohaniShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.comBlogger586125tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-57173755425130426552014-12-28T15:20:00.001+08:002014-12-28T15:20:13.520+08:00Sebuah Sudut Dikisah Kehidupan Mahluk yang paling menakjubkan adalah manusia, karena dia bisa memilih untuk menjadi "setan atau malaikat" (John Scheffer)<br />
<br />
Dari pinggir kaca nako, di antara celah kain gorden, saya melihat lelaki itu mondar-mandir di depan rumah. Matanya berkali-kali melihat ke rumah saya.Tangannya yang dimasukkan ke saku celana, sesekali mengelap keringat di keningnya. Dada saya berdebar menyaksikannya. Apa maksud remaja yang bisa jadi umurnya tak jauh dengan anak sulung saya yang baru kelas 2 SMU itu?<br />
<br />
Melihat tingkah lakunya yang gelisah, tidakkah dia punya maksud buruk dengan keluarga saya? Mau merampok? Bukankah sekarang ini orang merampok tidak lagi mengenal waktu? Siang hari saat orang-orang lalu-lalang pun penodong bisa beraksi, seperti yang banyak diberitakan koran. Atau dia punya masalah dengan Yudi, anak saya? Kenakalan remaja saat ini tidak lagi enteng. Tawuran telah menjadikan puluhan remaja meninggal. Saya berdoa semoga lamunan itu salah semua.<br />
<br />
Tapi mengingat peristiwa buruk itu bisa saja terjadi, saya mengunci seluruh pintu dan jendela rumah. Di rumah ini, pukul sepuluh pagi seperti ini, saya hanya seorang diri. Kang Yayan, suami saya, ke kantor. Yudi sekolah, Yuni yang sekolah sore pergi les Inggris, dan Bi Nia sudah seminggu tidak masuk.<br />
<br />
Jadi kalau lelaki yang selalu memperhatikan rumah saya itu menodong, saya bisa apa? Pintu pagar rumah memang terbuka. Siapa saja bisa masuk. Tapi mengapa anak muda itu tidak juga masuk? Tidakkah dia menunggu sampai tidak ada orang yang memergoki? Saya sedikit lega saat anak muda itu berdiri di samping tiang telepon. Saya punya pikiran lain. Mungkin dia sedang menunggu seseorang, pacarnya, temannya, adiknya,atau siapa saja yang janjian untuk bertemu di tiang telepon itu. Saya memang tidak mesti berburuk sangka seperti tadi. Tapi di zaman ini, dengan peristiwa-peristiwa buruk, tenggang rasa yang semakin menghilang, tidakkah rasa curiga lebih baik daripada lengah?<br />
<br />
Saya masih tidak beranjak dari persembunyian, di antara kain gorden, di samping kaca nako. Saya masih was-was karena anak muda itu sesekali masih melihat ke rumah. Apa maksudnya? Ah, bukankah banyak pertanyaan di dunia ini yang tidak ada jawabannya.<br />
<br />
Terlintas di pikiran saya untuk menelepon tetangga. Tapi saya takut jadi ramai. Bisa-bisa penduduk se-kompleks mendatangi anak muda itu. Iya kalau anak itu ditanya-tanya secara baik, coba kalau belum apa-apa ada yang memukul. Tiba-tiba anak muda itu membalikkan badan dan masuk ke halaman rumah. Debaran jantung saya mengencang kembali. Saya memang mengidap penyakit jantung. Tekad saya untuk menelepon tetangga sudah bulat, tapi kaki saya tidak bisa melangkah. Apalagi begitu anak muda itu mendekat, saya ingat, saya pernah melihatnya dan punya pengalaman buruk dengannya. Tapi anak muda itu tidak lama di teras rumah. Dia hanya memasukkan sesuatu ke celah di atas pintu dan bergegas pergi. Saya masih belum bisa mengambil benda itu karena kaki saya masih lemas.<br />
<br />
***Saya pernah melihat anak muda yang gelisah itu di jembatan penyeberangan, entah seminggu atau dua minggu yang lalu. Saya pulang membeli bumbu kue waktu itu, Tiba-tiba di atas jembatan penyeberangan, saya ada yang menabrak, saya hampir jatuh. Si penabrak yang tidak lain adalah anak muda yang gelisah dan mondar-mandir di depan rumah itu, meminta maaf dan bergegas mendahului saya. Saya jengkel, apalagi begitu sampai di rumah saya tahu dompet yang disimpan di kantong plastik, disatukan dengan bumbu kue, telah raib.<br />
<br />
Dan hari ini, lelaki yang gelisah dan si penabrak yang mencopet itu, mengembalikan dompet saya lewat celah di atas pintu. Setelah saya periksa, uang tiga ratus ribu lebih, cincin emas yang selalu saya simpan di dompet bila bepergian, dan surat-surat penting, tidak ada yang berkurang. Lama saya melihat dompet itu dan melamun. Seperti dalam dongeng. Seorang anak muda yang gelisah, yang siapa pun saya pikir akan mencurigainya, dalam situasi perekonomian yang morat-marit seperti ini, mengembalikan uang yang telah digenggamnya. Bukankah itu ajaib, seperti dalam dongeng. Atau hidup ini memang tak lebih dari sebuah dongengan?<br />
<br />
Bersama dompet yang dimasukkan ke kantong plastik hitam itu saya menemukan surat yang dilipat tidak rapi. Saya baca surat yang berhari-hari kemudian tidak lepas dari pikiran dan hati saya itu. Isinya seperti ini:<br />
<br />
***"Ibu yang baik, maafkan saya telah mengambil dompet Ibu. Tadinya saya mau mengembalikan dompet Ibu saja, tapi saya tidak punya tempat untuk mengadu, maka saya tulis surat ini, semoga Ibu mau membacanya. Sudah tiga bulan saya berhenti sekolah. Bapak saya di-PHK dan tidak mampu membayar uang SPP yang berbulan-bulan sudah nunggak, membeli alat-alat sekolah dan memberi ongkos. Karena kemampuan keluarga yang minim itu saya berpikir tidak apa-apa saya sekolah sampai kelas 2 STM saja. Tapi yang membuat saya sakit hati, Bapak kemudian sering mabuk dan judi buntut yang beredar sembunyi-sembunyi itu.<br />
<br />
Adik saya yang tiga orang, semuanya keluar sekolah. Emak berjualan goreng-gorengan yang dititipkan di warung-warung. Adik-adik saya membantu mengantarkannya. Saya berjualan koran, membantu-bantu untuk beli beras. Saya sadar, kalau keadaan seperti ini, saya harus berjuang lebih keras. Saya mau melakukannya. Dari pagi sampai malam saya bekerja. Tidak saja jualan koran, saya juga membantu nyuci piring di warung nasi dan kadang (sambil hiburan) saya ngamen. Tapi uang yang pas-pasan itu (Emak sering gagal belajar menabung dan saya maklum), masih juga diminta Bapak untuk memasang judi kupon gelap. Bilangnya nanti juga diganti kalau angka tebakannya tepat. Selama ini belum pernah tebakan Bapak tepat. Lagi pula Emak yang taat beribadah itu tidak akan mau menerima uang dari hasil judi, saya yakin itu.<br />
<br />
Ketika Bapak semakin sering meminta uang kepada Emak, kadang sambil marah-marah dan memukul, saya tidak kuat untuk diam. Saya mengusir Bapak. Dan begitu Bapak memukul, saya membalasnya sampai Bapak terjatuh-jatuh. Emak memarahi saya sebagai anak laknat. Saya sakit hati. Saya bingung. Mesti bagaimana saya?<br />
<br />
Saat Emak sakit dan Bapak semakin menjadi dengan judi buntutnya, sakit hati saya semakin menggumpal, tapi saya tidak tahu sakit hati oleh siapa. Hanya untuk membawa Emak ke dokter saja saya tidak sanggup. Bapak yang semakin sering tidur entah di mana, tidak perduli. Hampir saya memukulnya lagi.<br />
<br />
Di jalan, saat saya jualan koran, saya sering merasa punya dendam yang besar tapi tidak tahu dendam oleh siapa dan karena apa. Emak tidak bisa ke dokter. Tapi orang lain bisa dengan mobil mewah melenggang begitu saja di depan saya, sesekali bertelepon dengan handphone. Dan di seberang stopan itu, di warung jajan bertingkat, orang-orang mengeluarkan ratusan ribu untuk sekali makan.<br />
<br />
Maka tekad saya, Emak harus ke dokter. Karena dari jualan koran tidak cukup, saya merencanakan untuk mencopet. Berhari-hari saya mengikuti bus kota, tapi saya tidak pernah berani menggerayangi saku orang. Keringat dingin malah membasahi baju. Saya gagal jadi pencopet. Dan begitu saya melihat orang-orang belanja di toko, saya melihat memasukkan dompet ke kantong plastik. Maka saya ikuti Ibu. Di atas jembatan penyeberangan, saya pura-pura menabrak Ibu dan cepat mengambil dompet. Saya gembira ketika mendapatkan uang 300 ribu lebih.<br />
<br />
Saya segera mendatangi Emak dan mengajaknya ke dokter. Tapi Ibu, Emak malah menatap saya tajam. Dia menanyakan, dari mana saya dapat uang. Saya sebenarnya ingin mengatakan bahwa itu tabungan saya, atau meminjam dari teman. Tapi saya tidak bisa berbohong. Saya mengatakan sejujurnya, Emak mengalihkan pandangannya begitu saya selesai bercerita.<br />
<br />
Di pipi keriputnya mengalir butir-butir air. Emak menangis. Ibu, tidak pernah saya merasakan kebingungan seperti ini Saya ingin berteriak. Sekeras-kerasnya. Sepuas-puasnya. Dengan uang 300 ribu lebih sebenarnya saya bisa makan-makan, mabuk, hura-hura. Tidak apa saya jadi pencuri. Tidak perduli dengan Ibu, dengan orang-orang yang kehilangan. Karena orang-orang pun tidak perduli kepada saya. Tapi saya tidak bisa melakukannya. Saya harus mengembalikan dompet Ibu. Maaf."<br />
<br />
***Surat tanpa tanda tangan itu berulang kali saya baca. Berhari-hari saya mencari-cari anak muda yang bingung dan gelisah itu. Di setiap stopan tempat puluhan anak-anak berdagang dan mengamen. Dalam bus-bus kota. Di taman-taman. Tapi anak muda itu tidak pernah kelihatan lagi. Siapapun yang berada di stopan, tidak mengenal anak muda itu ketika saya menanyakannya.<br />
<br />
Lelah mencari, di bawah pohon rindang, saya membaca dan membaca lagi surat dari pencopet itu. Surat sederhana itu membuat saya tidak tenang. Ada sesuatu yang mempengaruhi pikiran dan perasaan saya. Saya tidak lagi silau dengan segala kemewahan. Ketika Kang Yayan membawa hadiah-hadiah istimewa sepulang kunjungannya ke luar kota, saya tidak segembira biasanya.Saya malah mengusulkan oleh-oleh yang biasa saja. Kang Yayan dan kedua anak saya mungkin aneh dengan sikap saya akhir-akhir ini. Tapi mau bagaimana, hati saya tidak bisa lagi menikmati kemewahan. Tidak ada lagi keinginan saya untuk makan di tempat-tempat yang harganya ratusan ribu sekali makan, baju-baju merk terkenal seharga jutaan, dan sebagainya.<br />
<br />
Saya menolaknya meski Kang Yayan bilang tidak apa sekali-sekali. Saat saya ulang tahun, Kang Yayan menawarkan untuk merayakan di mana saja. Tapi saya ingin memasak di rumah, membuat makanan, dengan tangan saya sendiri. Dan siangnya, dengan dibantu Bi Nia, lebih seratus bungkus nasi saya bikin. Diantar Kang Yayan dan kedua anak saya, nasi-nasi bungkus dibagikan kepada para pengemis, para pedagang asongan dan pengamen yang banyak di setiap stopan.<br />
<br />
Di stopan terakhir yang kami kunjungi, saya mengajak Kang Yayan dan kedua anak saya untuk makan bersama. Diam-diam air mata mengalir dimata saya. Yuni menghampiri saya dan bilang, "Mama, saya bangga jadi anak Mama." Dan saya ingin menjadi Mama bagi ribuan anak-anak lainnya.<br />
<br />
Oleh: Tidak Diketahui<br />
<br />
Kiriman: Bassisette<br />
<br /><div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>Klinik Rohanihttp://www.blogger.com/profile/06744448293758765709noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-38794943328685852492009-07-13T19:06:00.005+08:002009-07-13T19:23:04.929+08:00Ujian ketulusan hati<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://secure.reservexl.net/wwwimg/img/tours/10225-4.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 166px; height: 220px;" src="https://secure.reservexl.net/wwwimg/img/tours/10225-4.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><div style="text-align: center; font-style: italic;">Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, ...<br /><span style="color: rgb(0, 0, 153);">- Mazmur 73:1</span><br /></div><br />Bacaan: Mazmur 73:1, 125:4<br /><br />Jam enam kurang enam menit, kata jam bundar besar diatas meja informasi di Grand Central Station. Letnan Angkatan Darat bertubuh jangkung dan muda usia yang baru datang dari arah rel kereta mengangkat wajahnya yang tebakar matahari, dan matanya memicing untuk melihat waktu yang tepat. Jantungnya berdebar keras sehingga mengejutkannya karena ia tak dapat mengendalikannya. Enam menit lagi, ia akan bertemu dengan wanita yang telah mengisi tempat istimewa dalam hidupnya selama 13 bulan ini, wanita yang belum pernah ia lihat, tapi yang kata-kata tertulisnya telah menemaninya dan senantiasa menabahkan hatinya. Ia berdiri sedekat mungkin ke meja informasi, sedikit di luar lingkaran orang yang mengerumuni petugas.<br /><br />Letnan Blandford teringat suatu malam tertentu, saat pesawatnya terperangkap di tengah sekelompok kaum Zero. Ia melihat wajah salah seorang pilot musuh yang menyeringai. Dalam salah satu suratnya, ia mengakui pada sahabat penanya bahwa ia seing merasa takut, dan hanya beberapa hari sebelum pertempuran ini, ia menerima jawaban surat darinya: "Tentu saja kamu takut.. semua pria pemberani pun begitu. Bukankah Raja Daud juga mengenal takut? Karena itulah dia menulis Mazmur 23. Lain kali, saat kamu meragukan dirimu, aku ingin kamu mendengar suaraku membacakan ini untukmu <span style="font-style: italic;">"Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku"</span>. Dan ia ingat; ia mendengar khayalan suaranya, dan suara itu memperbaharui kekuatan dan keterampilannya.<br /><br />Sekarang ia akan mendengar suara aslinya. Pukul enam kurang empat. Wajahnya semakin tegang. Di bawah atap luas berbintang, orang berjalan bergegas, seperti benang-benang berwarna dianyam ke dalam jaring-jaring kelabu. Seorang gadis mendekatinya, dan Letnan Blandford tersentak. Gadis ini memakai sebuah bunga merah pada kelepak jasnya, tapi bunganya adalah bunga buncis merah, bukan mawar merah kecil yang sudah mereka sepakati. Lagipula, gadis itu terlalu muda, sekitar 18, sedangkan Hollis Meynell sudah sejujurnya mengatakan bahwa ia berumur 30.<br /><br />"Memangnya kenapa?" ia menjawab waktu itu. "Aku 32." Padahal, usianya baru 29.<br /><br />Pikirannya kembali pada buku-buku itu yang pasti ditaruh sendiri oleh Tuhan ke dalam tangannya dari antara ratusan buku perpustakaan Angkatan Darat yang dikirim ke kamp latihan Florida. Of Human Bondage, judulnya; dan di seluruh buku itu ada catatan yang ditulis dengan tulisan wanita. Ia selalu membenci kebiasaan mencoret-coret buku, tapi kata-kata ini berbeda. Ia tak pernah menyangka bahwa seorang wanita dapat memandang ke dalam hati seorang pria dengan begitu lembut, begitu pengertian. Namanya ada pada sampul: Hollis Meynell.<br /><br />Ia mencari buku telepon New York City dan menemukan alamatnya. Ia menyuratinya, dan wanita itu membalas. Hari berikutmya ia dikirim pergi, tapi mereka melanjutkan surat-menyurat. Selama 13 bulan, wanita itu dengan setia membalas, dan lebih dari sekedar membalas. Saat surat si letnan tidak tiba, wanita itu tetap menulis dan sekarang si letnan yakin bahwa ia mencintai wanita itu dan wanita itu mencintainya. Tapi, wanita itu menolak semua permintaannya untuk mengirimkan fotonya. Tentu saja hal tersebut kurang baik.<br /><blockquote>Tapi ia menjelaskan : <span style="font-style: italic;">"Kalau perasaanmu terhadapku sungguh-sungguh, berdasarkan ketulusan hati, wajahku tidak akan menjadi masalah. Misalnya aku memang cantik. Aku akan selalu dihantui perasaan bahwa kamu mengambil keputusan berdasarkan hal itu, dan cinta semacam itu membuatku jijik. Misalkan aku biasa-biasa saja (dan kamu harus mengakui bahwa ini lebih mungkin). Lalu aku akan selalu cemas bahwa kamu terus menyuratiku karena kamu kesepian dan tak punya orang lain. Jangan, jangan minta fotoku. Kalau kamu datang ke New York, kamu bisa menemuiku, lalu kamu dapat mengambil keputusan. Ingat, kita berdua bebas untuk menghentikan atau melanjutkan persahabatan kita-apa pun yang kita pilih."</span></blockquote>Pukul enam kurang satu - hati Letnan blandford meloncat lebih tinggi dari yang pernah dilakukan pesawatnya. Seorang wanita muda melangkah ke arahnya. Tubuhnya tinggi dan ramping; rambut pirangnya mengikal dari telinganya yang indah. Matanya biru bagai bunga, bibir dan dagunya memiliki ketegasan yang lembut. Dalam pakaian hijau pucat, ia seperti penjelmaan masa musim semi. Ia melangkah ke arah wanita itu, benar-benar lupa melihat bahwa si wanita tidak memakai bunga mawar, dan saat ia bergerak, sebuah senyuman kecil menantang melengkungkan bibirnya.<br /><br />"Awas tertabrak, bung?" gumannya.<br /><br />Dengan tak terkendalikan, ia melangkah selangkah mendekatinya. Lalu ia melihat Hollis Meynell. Wanita itu berdiri hampir tepat di belakang gadis tadi, seorang wanita berusia jauh di atas 40, rambutnya yang beruban dimasukkan di bawah topi tua. Tubuhnya lebih dari gemuk; pergelangan kakinya dijejalkan ke dalam sepatu hak rendah. Tapi, ia mengenakan mawar merah pada kelepak kusut jaket coklatnya. Gadis berpakaian hijau tadi telah bergegas pergi. Blandford merasa seakan terbelah dia, begitu kuat hasratnya untuk mengikuti si gadis, tapi begitu dalam kerinduaannya pada wanita yang jiwanya telah menemani dan menjunjung jiwanya; dan wanita itu berdiri di depannya. Wajahnya yang montok pucat terlihat lembut dan bijak; ia dapat melihatnya sekarang. Mata kelabunya berkelip hangat dan ramah.<br /><br />Letnan Bladford tidak ragu-ragu. Jarinya mencengkeram buku kecil Of Human Bondage yang berkulit biru dan sudah usang, yang menjadi ciri-cirinya untuk si wanita. Ini tak akan menjadi cinta, tapi akan menjadi sesuatu yang berharga, sesuatu yang lebih langka daripada cinta-persahabatan yang telah dan selalu akan disyukuri olehnya. Ia menegakkan bahunya yang lebar, memberi hormat, dan menyodorkan buku itu pada si wanita, meskipun selagi ia bicara, ia merasa kaget oleh kepahitan rasa kecewanya.<br /><br />"Saya Letnan John Blandford dan ibu... ibu adalah Bu Meynell. Saya senang kita bisa bertemu. Bolehkah... bolehkah saya mengajak Ibu makan malam?"<br /><br />Wajah wanita itu melebarkan senyuman sabar. "Ibu tak tahu ini masalah apa, nak," jawabnya. "wanita berbaju hijau - yang baru saja lewat - memohon Ibu mengenakan mawar ini pada baju ibu. Dan katanya, kalau kamu mengajak Ibu makan, Ibu harus memberi tahu, dia menunggumu di rumah makan besar di seberang jalan. Katanya ini semacam ujian. Ibu sendiri punya dua putra yang jadi tentara, jadi Ibu tak berkeberatan menolongmu.<br /><br />( Kwik - Max Lucado, And The Angels Were Silent)<div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>ShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.com27tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-9013450859445891122009-07-13T18:49:00.002+08:002009-07-13T19:32:59.538+08:00Datanglah Sebagaimana Adanya<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.travelinstyle.com/egypt/images/TniaNubianCruise/restourant.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 214px;" src="http://www.travelinstyle.com/egypt/images/TniaNubianCruise/restourant.jpg" alt="" border="0" /></a>Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dalam ketidak percayaan. Tidak mungkin ini tempatnya. Sebenarnya, tidak mungkin aku diterima di sini. Aku sudah diberi undangan beberapa kali, oleh beberapa orang yang berbeda, dan baru akhirnya memutuskan untuk melihat tempatnya seperti apa sih. Tapi, tidak mungkin ini tempatnya. Dengan cepat, aku melihat pada undangan yang ada di genggamanku. Aku memeriksa dengan teliti kata-katanya, <span style="font-style: italic;">"Datanglah sebagaimana adanya kamu. Tidak perlu ditutup-tutupi,"</span> dan menemukan lokasinya.<br /><br />Ya.. aku berada di tempat yang benar. Aku mengintip lewat jendelanya sekali lagi dan melihat sebuah ruangan yang penuh dengan orang-orang yang dari wajahnya terpancar sukacita. Semuanya berpakaian rapi, diperindah dengan pakaian yang bagus dan terlihat bersih seperti kalau mereka makan di restoran yang bagus. Dengan perasaan malu, aku memandang pada pakaianku yang buruk dan compang camping, penuh dengan noda. Aku kotor, bahkan menjijikan.<br /><br />Bau yang busuk ada padaku dan aku tidak dapat membuang kotoran yang melekat pada tubuhku. Ketika aku akan berputar untuk meninggalkan tempat itu, kata-kata dari undangan tersebut seakan-akan meloncat keluar, "Datanglah sebagaimana kamu adanya. Tidak perlu ditutup-tutupi."<br /><br />Aku memutuskan untuk mencobanya. Dengan mengerahkan semua keberanianku, aku membuka pintu restoran dan berjalan ke arah laki-laki yang berdiri di belakang panggung.<br /><br />"Nama Anda, Tuan ?" ia bertanya kepadaku dengan senyuman.<br /><br />"Daniel F. Renken," kataku bergumam tanpa berani melihat ke atas. Aku memasukkan tanganku ke kantongku dalam-dalam, berharap untuk dapat menyembunyikan noda-nodanya.<br /><br />Ia sepertinya tidak menyadari kotoran yang berusaha aku sembunyikan dan ia melanjutkan, "Baik, Tuan. Sebuah meja sudah dipesan atas nama Anda. Anda mau duduk ?"<br /><br />Aku tidak percaya atas apa yang aku dengar! Aku tersenyum dan berkata,"Ya, tentu saja!"<br /><br />Ia mengantarkanku ke sebuah meja dan, cukup yakin, ada plakat dengan namaku tertera dengan tulisan tebal merah tua.<br /><br />Ketika aku membaca-baca menunya, aku melihat berbagai macam hal-hal yang menyenangkan tertera di sana. Hal-hal tersebut seperti "damai", "sukacita","berkat", "kepercayaan diri","keyakinan", "pengharapan", "cinta kasih", "kesetiaan", dan "pengampunan".<br /><br />Aku sadar bahwa ini bukan restoran biasa! Aku mengembalikan menunya ke depan untuk melihat tempat di mana aku berada. "Kemurahan Tuhan," adalah nama dari tempat ini!<br /><br />Laki-laki tadi kembali dan berkata, "Aku merekomendasikan sajian spesial hari ini. Dengan memilih spesial menu hari ini, Anda berhak untuk mendapatkan semua yang ada di menu ini."<br /><br />Kamu pasti bercanda! pikirku dalam hati. Maksudmu, aku bisa mendapat SEMUA yang ada dalam menu ini?<br /><br />"Apa menu spesial hari ini?" aku bertanya dengan penuh kegembiraan.<br /><br />"Keselamatan," jawabnya.<br /><br />"Aku ambil," jawabku spontan.<br /><br />Kemudian, secepat aku membuat keputusan itu, kegembiraan meninggalkan tubuhku. Sakit dan penderitaan merenggut lewat perutku dan air mata memenuhi mataku.<br /><br />Dengan menangis tersedu sedan, aku berkata, "Tuan, lihatlah diriku. Aku ini kotor dan hina. Aku tidak bersih dan tidak berharga. Aku ingin mendapat semuanya ini, tapi aku tidak dapat membelinya."<br /><br />Dengan berani, laki-laki itu tersenyum lagi.<br /><br />"Tuan, Anda sudah dibayar oleh laki-laki di sebelah sana," katanya sambil menunjuk pintu masuk ruangan. "Namanya Yesus."<br /><br />Aku berbalik, aku melihat seorang laki-laki yang kehadirannya membuat terang seluruh ruangan itu.<br /><br />Aku melangkah maju ke arah laki-laki itu, dan dengan suara gemetar aku berbisik, "Tuan, aku akan mencuci piring-piring atau membersihkan lantai atau mengeluarkan sampah. Aku akan melakukan apa pun yang bisa aku lakukan untuk membayar-Mu kembali atas semuanya ini."<br /><br />Ia membuka tangannya dan berkata dengan senyuman, "Anakku, semuanya ini akan menjadi milikmu, cukup hanya bila kamu datang kepadaKu. Mintalah pada-Ku untuk membersihkanmu dan Aku akan melakukannya. Mintalah padaKu untuk membuang noda-noda itu dan itu terlaksana. Mintalah padaKu untuk mengijinkanmu makan di meja-Ku dan kamu akan makan. Ingat, meja ini dipesan atas namamu. Yang bisa kamu lakukan hanyalah MENERIMA pemberian yang sudah Aku tawarkan kepadamu."<br /><br />Dengan kagum dan takjub, aku terjatuh di kakiNya dan berkata, "Tolong, Yesus. Tolong bersihkan hidupku. Tolong ubahkan aku, ijinkan aku duduk di meja-Mu dan berikan padaku sebuah hidup yang baru."<br /><br />Dengan segera aku mendengar, "Sudah terlaksana."<br /><br />Aku melihat pakaian putih menghiasi tubuhku yang sudah bersih. Sesuatu yang aneh dan indah terjadi. Aku merasa seperti baru, seperti sebuah beban sudah terangkat dan aku mendapatkan diriku duduk di mejaNya.<br /><br />"Menu spesial hari ini sudah dipesan," kata Tuhan kepadaku. "Keselamatan menjadi milikmu."<br /><br />Kami duduk dan bercakap-cakap untuk beberapa waktu lamanya dan aku sangat menikmati waktu yang kuluangkan denganNya. Ia berkata kepadaku, kepadaku dan kepada semua orang, bahwa Ia ingin aku kembali sesering aku ingin bantuan lain dari kemurahan Tuhan. Dengan jelas Ia ingin aku meluangkan waktuku sebanyak mungkin denganNya.<br /><br />Ketika waktu sudah dekat bagiku untuk kembali ke 'dunia nyata', Ia berbisik padaku dengan lembut, "Dan Daniel, AKU MENYERTAI KAMU SELALU."<br /><br />Dan kemudian, Ia berkata sesuatu yang tidak akan pernah aku lupakan.<br /><br />Ia berkata, "Anakku, lihatkah kamu beberapa meja yang kosong di seluruh ruangan ini?"<br /><br />"Ya, Tuhan. Aku melihatnya. Apa artinya?" jawabku.<br /><br />"Ini adalah meja-meja yang dipesan, tapi tiap-tiap individu yang namanya tertera di tiap plakat ini belum menerima undangan untuk makan. Maukah kamu membagikan undangan-undangan ini untuk mereka yang belum bergabung dengan kita?" Yesus bertanya.<br /><br />"Tentu saja," kataku dengan kegembiraan dan memungut undangan tersebut.<br /><br />"Pergilah ke seluruh bangsa," Ia berkata ketika aku pergi meninggalkan restoran tersebut.<br /><br />Aku berjalan masuk ke "Kemurahan Tuhan" dalam keadaan kotor dan lapar. Ternoda oleh dosa. Asalku bagai kain tua yang kotor. Dan Yesus membersihkanku. Aku berjalan keluar seperti orang yang baru.. berbaju putih, seperti Dia. Dan, aku menepati janjiku pada Tuhanku.<br /><br />Aku akan pergi.<br /><br />Aku akan menyebarkan luaskan perkataanNya.<br /><br />Aku akan memberitakan Injil ...<br /><br />Aku akan membagikan undangan-undangannya.<br /><br />Dan aku akan memulainya dengan kamu.<br /><br />Pernahkah kamu pergi ke restoran "Kemurahan Tuhan?" Ada sebuah meja yang dipesan atas namamu, dan inilah undangan untukmu... "DATANGLAH SEBAGAIMANA KAMU ADANYA. TIDAK PERLU DITUTUP-TUTUPI."<br /><br /><span style="font-style: italic;"><span style="font-size:85%;">Oleh: Victoria<br />Penterjemah: Cennie </span><br /></span><span style="font-style: italic;"><blockquote>Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. ~Mat 28:18-20</blockquote></span><span style="font-style: italic;"></span><div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>ShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.com30tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-14953474507099024762009-06-26T17:14:00.002+08:002009-06-26T17:32:26.603+08:00Bersepeda Bersama Yesus<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.indocell.net/yesaya/pustaka/5053f310.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 308px; height: 295px;" src="http://www.indocell.net/yesaya/pustaka/5053f310.jpg" alt="" border="0" /></a>Pada awalnya, aku memandang Tuhan sebagai seorang pengamat; seorang hakim yang mencatat segala kesalahanku, sebagai bahan pertimbangan apakah aku akan dimasukkan ke surga atau dicampakkan ke dalam neraka pada saat aku mati. Dia terasa jauh sekali, seperti seorang raja. Aku tahu Dia melalui gambar-gambar-Nya, tetapi aku tidak mengenal-Nya.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Ketika aku bertemu Yesus, pandanganku berubah.</span> Hidupku menjadi bagaikan sebuah arena balap sepeda, tetapi sepedanya adalah sepeda tandem, dan aku tahu bahwa Yesus duduk di belakang, membantu aku mengayuh pedal sepeda.<br /><br />Aku tidak tahu sejak kapan Yesus mengajakku bertukar tempat, tetapi sejak itu hidupku jadi berubah. <span style="font-weight: bold;">Saat aku pegang kendali, aku tahu jalannya. </span>Terasa membosankan, tetapi lebih dapat diprediksi ... biasanya, hal itu tak berlangsung lama. <span style="font-weight: bold;">Tetapi, saat Yesus kembali pegang kendali, Ia tahu jalan yang panjang dan menyenangkan.</span> Ia membawaku mendaki gunung, juga melewati batu-batu karang yang terjal dengan kecepatan yang menegangkan. Saat-saat seperti itu, aku hanya bisa menggantungkan diriku sepenuhnya pada-Nya! Terkadang rasanya seperti sesuatu yang 'gila', tetapi Ia berkata, "Ayo, kayuh terus pedalnya!"<br /><br />Aku takut, khawatir dan bertanya, "Aku mau dibawa ke mana?" Yesus tertawa dan tak menjawab, dan aku mulai belajar percaya. Aku melupakan kehidupan yang membosankan dan memasuki suatu petualangan baru yang mencengangkan. Dan ketika aku berkata, "Aku takut!" Yesus menurunkan kecepatan, mengayuh santai sambil menggenggam tanganku.<br /><br />Ia membawaku kepada orang-orang yang menyediakan hadiah-hadiah yang aku perlukan... orang-orang itu membantu menyembuhkan aku, mereka menerimaku dan memberiku sukacita. Mereka membekaliku dengan hal-hal yang aku perlukan untuk melanjutkan perjalanan... perjalananku bersama Tuhanku. Lalu, kami pun kembali mengayuh sepeda kami.<br /><br />Kemudian, Yesus berkata, "Berikan hadiah-hadiah itu kepada orang-orang yang membutuhkannya; jika tidak, hadiah-hadiah itu akan menjadi beban bagi kita." Maka, aku pun melakukannya. Aku membagi-bagikan hadiah-hadiah itu kepada orang-orang yang kami jumpai, sesuai kebutuhan mereka. Aku belajar bahwa ternyata memberi adalah sesuatu yang membahagiakan.<br /><br />Pada mulanya, aku tidak ingin mempercayakan hidupku sepenuhnya kepadaNya. Aku takut Ia menjadikan hidupku berantakan; tetapi Yesus tahu rahasia mengayuh sepeda. Ia tahu bagaimana menikung di tikungan tajam, Ia tahu bagaimana melompati batu karang yang tinggi, Ia tahu bagaimana terbang untuk mempercepat melewati tempat-tempat yang menakutkan. Aku belajar untuk diam sementara terus mengayuh... menikmati pemandangan dan semilir angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahku selama perjalanan bersama Sahabatku yang setia: Yesus Kristus.<br /><br />Dan ketika aku tidak tahu apa lagi yang harus aku lakukan, Yesus akan tersenyum dan berkata... <span style="font-weight: bold;">"Mengayuhlah terus, Aku bersamamu." </span><br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="color: rgb(0, 0, 153);">Oleh: Thoughts for the day, 19 Feb 2003 by Chuck Ebbs</span> <span style="color: rgb(0, 0, 153);">sumber : </span><a style="color: rgb(0, 0, 153);" href="http://www.indocell.net/yesaya/pustaka/id403.htm">YeSaYa</a></span><div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>ShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.com20tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-60349520539759793672009-06-26T17:07:00.002+08:002009-06-26T17:12:48.762+08:00Ingat Bebek<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://img.dailymail.co.uk/i/pix/2007/07_02/duckDM1507_468x440.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 176px; height: 166px;" src="http://img.dailymail.co.uk/i/pix/2007/07_02/duckDM1507_468x440.jpg" alt="" border="0" /></a>Ada seorang bocah laki-laki sedang berkunjung ke kakek dan neneknya dipertanian mereka. Dia mendapat sebuah katapel untuk bermain-main di hutan. Dia berlatih dan berlatih tetapi tidak pernah berhasil mengenai sasaran. Dengan kesal dia kembali pulang untuk makan malam.<br /><br />Pada waktu pulang, dilihatnya bebek peliharaan neneknya. Masih dalam keadaan kesal, dibidiknya bebek itu dikepala, matilah si bebek. Dia terperanjat dan sedih.<br /><br />Dengan panik, disembunyikannya bangkai bebek didalam timbunan kayu, dilihatnya ada kakak perempuannya mengawasi. Sally melihat semuanya, tetapi tidak berkata apapun.<br /><br />Setelah makan, nenek berkata, "Sally, cuci piring."<br /><br />Tetapi Sally berkata, "Nenek, Johnny berkata bahwa dia ingin membantu didapur, bukankah demikian Johnny?"<br /><br />Dan Sally berbisik, "Ingat bebek?"<br /><br />Jadi Johnny mencuci piring.<br /><br />Kemudian kakek menawarkan bila anak-anak mau pergi memancing, dan nenek berkata, "Maafkan, tetapi aku perlu Sally untuk membantu menyiapkan makanan."<br /><br />Tetapi Sally tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa, karena Johnny memberitahu kalau ingin membantu."<br /><br />Kembali dia berbisik, "Ingat bebek?"<br /><br />Jadi Sally pergi memancing dan Johnny tinggal dirumah.<br /><br />Setelah beberapa hari Johnny mengerjakan tugas-tugasnya dan juga tugas-tugas Sally, akhirnya dia tidak dapat bertahan lagi. Ditemuinya nenek dan mengaku telah membunuh bebek neneknya dan meminta ampun.<br /><br />Nenek berlutut dan merangkulnya, katanya, "Sayangku, aku tahu. Tidakkah kau lihat, aku berdiri dijendela dan melihat semuanya. Karena aku mencintaimu, aku memaafkan. Hanya aku heran berapa lama engkau akan membiarkan Sally memanfaatkanmu."<br /><br /><span style="font-style: italic;">Aku tidak tahu masa lalumu. Aku tidak tahu dosa apakah yang dilemparkan musuh kemukamu. Tetapi apapun itu, aku ingin memberitahu sesuatu. Yesus Kristus juga selalu berdiri dijendela. Dan Dia melihat segalanya.<br /><br />Dan karena Dia mencintaimu, Dia akan mengampunimu bila engkau memintanya. Hanya Dia heran melihat berapa lama engkau membiarkan musuh memperbudakmu.<br /><br />Hal yang luar biasa adalah Dia tidak hanya mengampuni, tetapi Dia juga melupakan." </span><br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-style: italic; color: rgb(0, 0, 153);">Oleh: Tidak Diketahui</span> <span style="font-style: italic; color: rgb(0, 0, 153);"><br />Judul asli: The Duck</span></span><div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>ShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.com16tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-20911776940006244142009-06-04T12:42:00.002+08:002009-06-04T13:00:30.290+08:00Surat Untuk Mama<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.dreamstime.com/mother-and-son-portrait.-thumb3614199.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 150px; height: 150px;" src="http://www.dreamstime.com/mother-and-son-portrait.-thumb3614199.jpg" alt="" border="0" /></a>Sally bergegas menemui dokter bedah yang baru saja keluar dari kamar operasi.<br /><br />Dia bertanya "Bagaimana keadaan anak laki-laki saya? Apakah dia baik-baik saja? Kapan saya dapat melihatnya?"<br /><br />Dokter bedah itu berkata, "Maafkan kami, kami telah melakukan segala yang bisa kami lakukan".<br /><br />Sally berkata, "Mengapa anak laki-laki saya mendapatkan kanker, apakah Tuhan sudah tidak sayang? Tuhan, dimana Engkau ketika anakku membutuhkanMu?"<br /><br />Dokter itu berkata, "Salah satu dari perawat akan keluar dari kamar operasi beberapa saat lagi dan anda dapat mendampingi jenazah anak anda sebelum dipindahkan ke universitas".<br /><br />Sally memohon supaya perawat itu menemaninya ketika dia mengucapkan selamat tinggal kepada anaknya.<br /><br />Sally menyentuh rambut pirang anaknya.<br /><br />Perawat itu berkata, "Apakah kamu menginginkan segenggam rambutnya?"<br /><br />Sally mengangguk. Perawat itu memotong segenggam rambut anak itu, memasukkannya ke dalam kantong plastik dan memberikannya ke Sally.<br /><br />Sally berkata, "Ini adalah ide Jimmy untuk memberikan tubuhnya ke Universitas untuk penelitian. Dia berkata ini akan dapat membantu orang lain, dan itu yang diinginkannya. Pada awalnya saya tidak setuju, tapi Jimmy berkata, 'Mama, saya tidak akan menggunakannya setelah saya meninggal, mungkin ini dapat membantu anak-anak yang lain untuk dapat menghabiskan lebih banyak waktu bersama mamanya'".<br /><br />Sally berkata, "Jimmyku mempunyai hati emas, selalu memikirkan orang lain dan selalu ingin membantu orang lain sebisanya".<br /><br />Sally berjalan keluar dari rumah sakit anak-anak itu untuk untuk yang terakhir kalinya setelah dia menghabiskan waktu selama 6 bulan disana. Dia meletakkan tas yang berisi barang-barang milik Jimmy ke sebelah tempat duduknya di dalam mobil. Perjalanan pulang saat itu sangatlah berat dan bahkan lebih berat lagi untuk memasuki rumah yang kosong.<br /><br />Dia membawa tas tersebut ke kamar Jimmy dan mulai meletakkan mobil-mobilan dan barang-barang yang lain kembali ke tempat dimana Jimmy selalu menyimpannya. Dia merebahkan tubuhnya di ranjang anaknya dan menangis sampai dia tertidur sambil memeluk bantal anaknya.<br /><br />Sally terbangun sekitar tengah malam dan dia atas ranjang, di tempat dia tertidur, dia menemukan surat yang terlipat. Dia membukanya, dan surat itu berisi:<br /><br /><blockquote><span style="font-style: italic;">Untuk Mama,</span> <span style="font-style: italic;">Saya tahu kalau kamu akan merindukanku, tapi jangan berpikir kalau aku akan pernah melupakanmu atau berhenti menyayangimu karena aku tidak berada disekitarmu untuk mengatakan bahwa aku menyayangimu. Aku akan memikirkanmu setiap hari dan aku akan menyayangimu bahkan lebih tiap harinya.</span> <span style="font-style: italic;">Suatu hari kita akan bertemu kembali. Jika kamu mau mengadopsi anak, kamu tidak akan kesepian, dia boleh menggunakan kamar saya dan semua permainan yang saya miliki.</span> <span style="font-style: italic;">Kalau mama mau mengadopsi anak perempuan, mungkin dia tidak akan melakukan hal yang sama seperti anak laki-laki, jadi kamu harus membelikannya boneka dan permainan yang lainnya. Jangan sedih ketika kau memikirkan aku, tempat ini benar-benar menyenangkan.</span> <span style="font-style: italic;">Nenek dan Kakek menemuiku segera setelah aku sampai disini dan membawaku berkeliling, tapi akan butuh waktu yang lama untuk melihat semuanya yang ada disini. Malaikat-malaikat disini sangat ramah, Saya suka melihat mereka terbang. Yesus tidak seperti gambar yang pernah aku lihat tentang Yesus, tetapi saya tahu bahwa itu Dia setelah saya melihatNya. Yesus membawaku untuk menemui Tuhan.</span> <span style="font-style: italic;">Dan kau tahu Mama? Saya duduk dipangkuan Tuhan dan berbincang dengannya layaknya aku ini seorang yang sangat penting. Saya beritahu Tuhan bahwa saya ingin menulis surat untukmu untuk mengucapkan selamat tinggal dan menceritakan semuanya, tapi saya tahu bahwa itu tidak memungkinkan.</span> <span style="font-style: italic;">Tuhan memberi aku sebuah kertas dan juga pena pribadiNya yang aku pakai untuk menulis surat ini. Saya pikir nama malaikat yang akan mengirimkan surat ini kepadamu adalah Gabriel.</span> <span style="font-style: italic;">Tuhan meminta aku untuk memberimu jawaban atas satu pertanyaan yang kau tanyakan padaNya. Dimana Dia ketika aku membutuhkanNya? Tuhan berkata, "Di tempat yang sama ketika Yesus berada di salib". Dia berada disana, seperti Dia selalu bersama semua anak-anakNya.</span> <span style="font-style: italic;">O ya Mama, tidak ada orang lain yang bisa melihat apa yang tertulis di kertas ini kecuali kamu. Untuk orang lain, ini akan terlihat seperti selembar kertas kosong.</span> <span style="font-style: italic;">Saya harus mengembalikan pena ini kembali kepada Tuhan sekarang, Dia harus menuliskan beberapa nama lagi dalam Buku Kehidupan.</span> <span style="font-style: italic;">Malam ini, saya akan duduk bersama Yesus untuk menikmati makan malam.</span> <span style="font-style: italic;">Saya yakin makanannya akan enak. Saya hampir lupa memberitahukanmu. Sekarang, saya tidak sakit lagi, kankernya telah hilang. Saya bahagia karena saya sudah tidak tahan lagi dengan rasa sakit itu dan Tuhan juga tidak tahan lagi melihat saya menderita kesakitan, jadi Dia mengirimkan Malaikat Pengampun untuk menjemputku. Malaikat itu mengatakan bahwa aku adalah kiriman yang special.</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">Dengan kasih sayang,</span> <span style="font-style: italic;">Tuhan & Yesus & Aku.</span></blockquote><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153);font-size:85%;" ><span style="font-style: italic;">Oleh: Tidak Diketahui</span> <span style="font-style: italic;">Penterjemah: Cipto Purnomo</span></span><div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>ShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.com22tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-64741428463477340412009-06-04T12:27:00.003+08:002009-06-04T12:39:38.317+08:00Tuhan dan Pengembara<a href="http://www.nimblewillnomad.com/images/NomadBioPic.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" src="http://www.nimblewillnomad.com/images/NomadBioPic.jpg" style="height: 108px; width: 80px;" border="0" /></a>Ada seorang pengembara yang sangat ingin melihat pemandangan yang ada di balik suatu gunung yang amat tinggi. Maka disiapkanlah segala peralatannya dan berangkatlah ia. Karena begitu beratnya medan yang harus dia tempuh, segala perbekalan dan perlengkapannya pun habis. Akan tetapi, karena begitu besar keinginannya untuk melihat pemandangan yang ada di balik gunung itu, ia terus melanjutkan perjalannya.<br /><br />Sampai suatu ketika, ia menjumpai semak belukar yang sangat lebat dan penuh duri. Tidak ada jalan lain selain ia harus melewati semak belukar itu.<br /><br />Pikir pengembara itu : "Wah, jika aku harus melewati semak ini, maka kulitku pasti akan robek dan penuh luka. Tapi aku harus melanjutkan perjalanan ini."<br /><br />Maka pengembara itupun mengambil ancang-ancang dan ia menerobos semak itu. Ajaib, pengembara itu tidak mengalami luka goresan sedikitpun.<br /><br />Dengan penuh sukacita, ia kemudian melanjutkan perjalanan dan berkata dalam hati "Betapa hebatnya aku. Semak belukarpun tak mampu menghalangi aku."<br /><br />Selama hampir 1 jam lamanya ia berjalan, tampaklah di hadapannya kerikil-kerikil tajam berserakan. Dan tak ada jalan lain selain dia harus melewati jalan itu.<br /><br />Pikir pengembara itu untuk kedua kalinya : "Jika aku melewati kerikil ini, kakiku pasti akan berdarah dan terluka. Tapi aku tetap harus melewatinya."<br /><br />Maka dengan segenap tekadnya, pengembara itu berjalan. Ajaib, ia tak mengalami luka tusukkan kerikil itu sedikitpun dan tampak kakinya dalam keadaan baik-baik saja.<br /><br />Sekali lagi ia berkata dalam hati : "Betapa hebatnya aku. Kerikil tajampun tak mampu menghalangi jalanku."<br /><br />Pengembara itupun kembali melanjutkan perjalanannya. Saat hampir sampai di puncak gunung itu, ia kembali menjumpai rintangan. Batu-batu besar dan licin menghalangi jalannya, dan tak ada jalan lain selain dia harus melewatinya.<br /><br />Pikir pengembara itu untuk yang ketiga kalinya : "Jika aku harus mendaki batu-batu ini, aku pasti akan tergelincir dan tangan serta kakiku akan patah. Tapi aku ingin sampai di puncak itu. Aku harus melewatinya."<br /><br />Maka pengembara itupun mulai mendaki batu itu dan ia.. tergelincir. Aneh, setelah bangkit, pengembara itu tidak merasakan sakit di tubuhnya dan tak ada satupun tulangnya yang patah.<br /><br />"Betapa hebatnya aku. Batu-batu terjal inipun tidak dapat menghalangi jalanku."<br /><br />Maka, iapun melanjutkan perjalanan dan sampailah ia di puncak gunung itu. Betapa sukacitanya ia meihat pemandangan yang sungguh indah dan tak pernah ia melihat yang seindah ini.<br /><br />Akan tetapi, saat pengembara itu membalikkan badannya, tampaklah di hadapannya sosok manusia yang penuh luka sedang duduk memandanginya. Tubuhnya penuh luka goresan dan kakinya penuh luka tusukan dan darah. Ia tak dapat menggerakkan seluruh tubuhnya karena patah dan remuk tulangnya.<br /><br />Berkatalah pengembara itu dengan penuh iba pada sosok penuh luka itu : "Mengapa tubuhmu penuh luka seperti itu? Apakah karena segala rintangn yang ada tadi? Tidak bisakah engkau sehebat aku karena aku bisa melewatinya tanpa luka sedikitpun? Siapakah engkau sebenarnya?"<br /><br />Jawab sosok penuh luka itu dengan tatapan penuh kasih : " Aku adalah Tuhanmu. Betapa hatiKu tak mampu menolak untuk menyertaimu dalam perjalanan ini, mengingat betapa inginnya engkau melihat keindahan ini. Ketahuilah, saat engkau harus melewati semak belukar itu, Aku memelukmu erat supaya tak satupun duri merobek kulitmu. Saat kau harus melewati kerikil tajam, maka Aku menggendongmu supaya kakimu tidak tertusuk. Ketika kau memanjat batu licin dan terjatuh, Aku menopangmu dari bawah agar tak satupun tulangmu patah. Ingatkah engkau kembali padaKU?"<br /><br />Pengembara itupun terduduk dan menangis tersedu-sedu. Untuk kedua kalinya, Tuhan harus menumpahkan darahNya untuk suatu kebahagiaan.<br /><br /><span style="font-style: italic;">Kadang, kita lupa bahwa Tuhan selalu menyertai & melindungi kita. Kita lebih mudah ingat betapa hebatnya diri kita yang mampu melampaui segala rintangan tanpa menyadari bahwa Tuhan bekerja di sana. Dan sekali lagi, Tuhan harus berkorban untuk keselamatan kita. Maka, seperti Tuhan yang tak mampu menolak untuk menyertai anakNya, dapatkah kita juga tak mampu menolak segala kasihNya dalam perjalanan hidup kita dan membiarkan tanganNya bekerja dalam hidup kita? </span><br /><br /><span style="color: rgb(255, 102, 0); font-style: italic;">"..., Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Matius 28:20</span><br /><br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-style: italic;">Oleh: Tidak Diketahui</span> <span style="color: rgb(0, 0, 153); font-style: italic;"><br />Kiriman: Azallea Lesmana</span></span><div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>ShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-87619224100963952652009-05-30T16:17:00.003+08:002009-05-30T16:28:25.020+08:00“Kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku.”<div style="text-align: center;">“Kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku.”</div><br /><span style="color: rgb(255, 102, 0); font-weight: bold;">HR Pentakosta : Kis 2:1-11; Gal 5:16-25; Yoh 15:26-27</span><br /><br /><a href="http://inthewaymusic.org/pentecost5.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" src="http://inthewaymusic.org/pentecost5.jpg" style="height: 209px; width: 149px;" border="0" /></a>Hari ini juga diimani sebagai hari pendirian Gereja Katolik (Umum), paguyuban Umat Allah, orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus, yang satukan oleh Roh Kudus. Hari ini umat perdana/purba menerima anugerah Roh Kudus, yang dijanjikan oleh Yesus, “Roh Penghibur dan Kebenaran, yang bersaksi tentang Yesus Kristus”. Penghiburan yang membawa ke persaudaraan sejati atau persatuan umat Allah tersebut dikisahkan dalam Kisah Para Rasul :”Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea?Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia,Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah."(<span style="color: rgb(255, 102, 0);">Kis 2:7-11</span>). Maka baiklah di Hari Raya Pentakosta ini kita mawas diri perihal persaudaraan atau persatuan kita sebagai orang beriman, yang ditandai atau diwarnai oleh aneka penghiburan dan kebenaran.<br /><br />“Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku." (<span style="color: rgb(255, 102, 0);">Yoh 15:26-27</span>)<br /><br />Para rasul bersaksi dengan kata-kata perihal “perbuatan besar yang dilakukan Allah” dengan bahasa mereka sendiri dan banyak orang dari aneka suku dan bahasa dapat memahami dan mendengarkan dalam bahasa mereka masing-masing. Bahasa merupakan sarana komunikasi utama, entah bahasa lisan atau bahasa tubuh, dan dengan berkomunikasi secara terbuka atau transparan, artinya saling mengkomunikasikan isi hati masing-masing lahirlah kebersamaan hidup damai sejahtera dan bahagia, penuh dengan penghiburan. Kita, dengan telah menerima Sakramen Inisiasi, juga telah menerima anugerah Roh Kudus, Roh Penghibur dan Roh Kebenaran, maka kita juga dipanggil untuk mewartakan ‘perbuatan besar yang dilakukan Allah’.<br /><br />“Perbuatan besar yang dilakukan Allah” kiranya menjadi nyata dalam kehidupan bersama yang dijiwai oleh cintakasih, dalam hidup orang yang saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh/kekuatan. Untuk saling mengasihi dengan baik orang harus berani memboroskan waktu dan tenaga bagi yang dikasihi, sebagaimana dalam peristiwa Pentakosta banyak orang dari berbagai daerah berkumpul alias memboroskan waktu dan tenaga untuk mendengarkan ‘perbuatan besar yang dilakukan Allah’ yang disampaikan oleh para rasul. “Kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku”, demikian sabda Yesus kepada para rasul, kepada kita semua. Marilah kita menjadi saksi atau teladan dalam memboroskan waktu dan tenaga dalam hidup saling mengasihi, dengan saling membagikan pengalaman atau sharing perihal ‘perbuatan besar yang dilakukan Allah’, entah yang terjadi dalam diri kita yang lemah dan rapuh maupun di dalam lingkungan hidup dan kerja kita setiap hari.<br /><br />Dalam saling memboroskan waktu dan tenaga untuk curhat perihal ‘perbuatan besar yang dilakukan Allah’ kita akan saling terhibur dan bersama-sama menemukan kebenaran-kebenaran. Apa yang disebut benar senantiasa berlaku secara universal, sebagaimana dialami oleh jemaat Perdana dalam peristiwa Pentakosta, dimana mereka mendengarkan kebenaran-kebenaran yang diwartakan oleh para rasul. Dalam saling curhat tersebut kiranya kita semua juga diingatkan atau disegarkan perihal aneka ajaran, nasihat, petuah yang telah kita terima dalam aneka kesempatan pendidikan atau pembelajaran; kita juga diingatkan dan disegarkan perihal ajaran-ajaran Yesus, yang kiranya dapat dipadatkan dalam ajaran untuk saling mengasihi satu sama lain. Dalam curhat dan bercakap-cakap kita saling belajar dan mengajar. Berbagai kesalah-pahaman dapat diatasi dengan cuthat atau bercakap-cakap bersama.<br /><blockquote>“Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki” (<span style="color: rgb(255, 102, 0);">Gal 5:25-26</span>)</blockquote>Hidup dari dan oleh Roh berarti bersahabat atau bersaudara dengan siapapun dan apapun, dimanapun dan kapanpun, dan cara hidup atau cara bertindaknya dijiwai oleh dan berbuahkan keutamaan-keutamaan seperti <span style="font-style: italic;">“kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (<span style="color: rgb(255, 102, 0);">Gal 5:22-23</span>)</span>.. Persahabatan atau persaudaraan sejati kiranya mendesak dan ‘up to date’ untuk kita hayati dan sebar-luaskan, lebih-lebih di Indonesia dimana sedang sibuk berkampanye dalam rangka pemilu Capres dan Wapres. Jika dicermati rasanya ada sementara tokoh politik dan bangsa yang ‘gila hormat’, yang diperkuat dengan gila harta benda dan gila kedudukan atau jabatan. Berbagai komunikasi dan koalisi yang diselenggarakan setelah pemilu anggota legislatif dan sebelum pencalonan presiden dan wakil presiden nampak hanya untuk mengejar kehormatain duniawi, harta benda maupun kedudukan atau jabatan. Maka panggilan bagi kita semua untuk hidup dan bertindak dijiwai oleh Roh serta menghayati keutamaan-keutamaan di atas sungguh mendesak dan ‘up to date’.<br /><br />Di tengah-tengah hiruk-pikuk/kesibukan ‘gila hormat atau kuasa’ masa kini, perkenankan saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri perihal keutamaan ‘penguasaan diri’. Menguasai atau mengendalikan diri sendiri kiranya tidak mudah. Jika orang tidak dapat menguasai atau mengendalikan diri sendri, maka menguasai orang lain berarti menindas, sebaliknya jika orang dapat menguasai diri sendiri, maka menguasai orang lain berarti melayani dan didalam melayani pasti dijiwai oleh keutaman-keutamaan di atas. Di dalam kesempatan ini perkenankan saya mengingatkan dan mengajak mereka yang pada saat ini sedang berkuasa, misalnya di dalam keluarga dan tempat kerja dimana kita semua memboroskan waktu dan tenaga kita:<br /><br />1) Orangtua/kepala keluarga: Para orangtua atau kepala keluarga hendaknya menjadi teladan dalam hal melayani, melayani anak-anak atau anggota keluarga, yang berarti dengan segala upaya atau usaha senantiasa membahagiakan dan menyelamatkan anak-anak atau anggota keluarga. Sebagai tanda atau buah bahwa pelayanan itu sungguh terjadi atau dilaksanakan adalah anak-anak atau anggota keluarga tumbuh berkembang, semakin cerdas dan dikasihi oleh Tuhan maupun sesamanya. Kelak kemudian hari anak-anak ketika menjadi dewasa akan lebih cerdas atau baik daripada orangtuanya. Bahwa di dalam keluarga juga terjadi pelayanan yang baik adalah semua anggota keluarga berfungs secara aktif di dalam memenuhi kebutuhan keluarga.<br /><br />2) Pemimpin kantor/tempat kerja: Para pemimpin di tempat kerja atau kantor kami harapkan menghayati kepemimpinan partisipatif, dimana pemimpin melibatkan secara aktif semua bawahan-nya dalam perjalanan hidup kantor atau tempat kerja. Berikut saya sampaikan tujuh prinsip manajemen ala Jawa , yaitu : <span style="font-style: italic;">“Titi-> teliti, hati-hati, Toto -> teratur, Titis-> tepat, berfokus, efektif dan efisien, Temen-> jujur, tulus , Tetep-> konsisten, mantap, Tatag-> tabah, Tatas-> tegas.”</span><span style="font-style: italic; font-weight: bold;"> </span><br /><br /><br /><div style="text-align: center;">“Apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu.Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi Biarlah renunganku manis kedengaran kepada-Nya! Aku hendak bersukacita karena TUHAN.”<br />(<span style="color: rgb(255, 102, 0);">Mzm 104: 29b-30.34</span>)</div><br /><br />Jakarta, 31 Mei 2009<br /><br />Romo Maryo<div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>ShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-32030182731493279912009-05-23T18:23:00.002+08:002009-05-23T18:32:55.343+08:00Si Kikir Dan Malaikat Maut<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.clipartheaven.com/clipart/holidays/halloween/costume-grim-reaper-clipart.gif"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 135px; height: 147px;" src="http://www.clipartheaven.com/clipart/holidays/halloween/costume-grim-reaper-clipart.gif" alt="" border="0" /></a>Setelah bekerja keras, berdagang dan menjadi rentenir, si kikir telah menumpuk harta, tiga ratus ribu dinar. Ia memiliki tanah luas, beberapa gedung, dan segala macam harta benda. Kemudian ia memutuskan untuk beristirahat selama satu tahun, hidup nyaman, dan kemudian menentukan tentang masa depannya.<br /><br />Tetapi, segera setelah ia berhenti mengumpulkan uang, Malaikat Maut muncul di hadapannya untuk mencabut nyawanya. Si kikir pun berusaha dengan segala daya upaya agar Malaikat Maut itu tidak jadi menjalankan tugasnya.<br /><br />Si kikir berkata, "Bantulah aku, barang tiga hari saja. Maka aku akan memberimu sepertiga hartaku."Malaikat Maut menolak, dan mulai menarik nyawa si kikir.<br /><br />Kemudian si kikir memohon lagi, "Jika engkau membolehkan aku tinggal dua hari saja, akan kuberi engkau dua ratus ribu dinar dari gudangku.<br /><br />"Tetapi Malaikat Maut pantang menyerah dan tak mau mendengarkannya. Bahkan ia menolak memberi tambahan satu hari demi tiga ratus ribu dinar dari si Kikir.<br /><br />Akhirnya si kikir menulis berkata, "Kalau begitu, tolong beri aku waktu untuk menulis sebentar."<br /><br />Kali ini Malaikat Maut mengijinkannya, dan si kikir menulis dengan darahnya sendiri: "Wahai manusia, manfaatkanlah hidupmu. Aku tidak dapat membelinya dengan tiga ratus ribu dinar. Pastikan engkau menyadari nilai dari waktu yang engkau miliki."<br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153);font-size:85%;" ><span style="font-style: italic;">Oleh: Mahyudin Purwanto</span><br /><span style="font-style: italic;">seumber : heartnsouls.com</span></span><br /><br />Kolose 4:5 Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.<br /><br />Efesus 5:16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.<div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>ShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-84860878819412028272009-05-23T17:57:00.002+08:002009-05-23T18:15:39.008+08:00Daftar Kesalahan<div style="text-align: center; font-style: italic;">Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.<br /><span style="color: rgb(255, 102, 0);">- I Korintus 13:5</span><br /></div><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 102, 0);">Bacaan: 1 Korintus 13</span><br /><br />Hubungan kita semakin renggang. Waktu-waktu kita dengan pasangan lebih banyak dihabiskan untuk bertengkar, tak heran kalau kita dengan pasangan menjadi semakin frustasi dengan keadaan ini. Bahkan terbersit dalam benak kita untuk segera mengandaskan bahtera rumah tangga kita, karena begitu putus asanya kita melihat pasangan kita. Namun tahukah bahwa semua masalah itu kebanyakan disebabkan oleh karena “Daftar Kesalahan” pasangan yang kita buat sendiri?<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.washingtoncitypaper.com/blogs/blackplasticbag/files/2008/12/xmasdude.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 237px; height: 169px;" src="http://www.washingtoncitypaper.com/blogs/blackplasticbag/files/2008/12/xmasdude.jpg" alt="" border="0" /></a>Semua kesalahan yang dilakukan pasangan pada awal kita menikah sampai sekarang terus kita catat dan kita simpan. Kita begitu hafal “dosa-dosa” apa yang dilakukan oleh pasangan kita, mulai dari hal yang besar sampai hal-hal yang kecil sekalipun. Dengan melakukan hal ini, tanpa sadar pikiran kita selalu dipenuhi dengan rasa tidak puas dengan pasangan, bahkan semua hal yang baik dan benar yang dilakukannya pun akan selalu terlihat salah di pemandangan kita.<br /><br />Itu sebabnya jika kita masih ingin menyelamatkan rumah tangga kita, maka tidak ada pilihan lain kecuali kita menghapus dan membuang “Daftar Kesalahan” pasangan lebih dulu. Buanglah daftar kesalahan yang sudah sangat mirip dengan daftar belanja itu. Berikan lembar baru kepada pasangan kita.<br /><br />Maafkan pasangan kita. Jangan pernah mengkalkulasi soal ini. Berpikir bahwa kesalahan yang kita buat lebih sedikit daripada kesalahan yang dibuatnya. Hakekat dari memaafkan pasangan adalah melepaskan diri dari perasaan negatif dan melatih kemampuan kita untuk mencintai pasangan kita jauh di atas semua kelemahannya. Sejujurnya, kita sendiri bukanlah orang yang sempurna. Bukankah kita sendiri juga ingin agar pasangan kita memberi tanggapan positif atas sifat dan perilaku kita yang kurang dari sempurna?<br /><br />Tidak ada istilah terlambat bagi kita yang ingin menyelamatkan bahtera kita. Langkah yang bagus jika Anda berani menghilangkan daftar kesalahan pasangan dan mau memaafkannya. Singkat kata, daripada kita menghabiskan waktu bersama keluhan dan omelan yang tiada akhirnya, kita bisa memilih untuk menghilangkan daftar kesalahan pasangan, mengurangi rasa frustasi, bergembira dan merajut kembali cinta kita yang sempat pudar.<br /><br />Buanglah daftar kesalahan pasangan dan maafkanlah. (Kwik)<br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-style: italic;">Sumber : renungan-spirit.com</span></span><div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>ShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-61992553775541760472009-05-23T11:47:00.000+08:002009-05-23T17:49:34.544+08:00"Pertumbuhan Jiwa"<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.absoulutehealing.com/images/GreenManTree.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 140px; height: 197px;" src="http://www.absoulutehealing.com/images/GreenManTree.jpg" alt="" border="0" /></a>Pertumbuhan jiwa tidak sama dengan pertumbuhan usia, karena usia pasti bertambah, sedangkan jiwa belum tentu/pasti bertambah, bahkan mungkin bisa semakin kerdil.<br />Lalu mengapa orang sering risau dengan urusan usia? apakah gunanya mencapai umur panjang, jika tidak cukup memperbaiki pertumbuhan jiwa?<br /><br />Mengapa terlalu cepat bingung dan gelisah, bila orang lain berpendapat bahwa waktunya seharusnya sudah menikah, karena usia/belum cukup usia untuk menikah? atau seharusnya sudah bekerja mencari nafkah? atau seharusnya sudah memiliki rumah sendiri? atau seharusnya sudah memiliki anak? dan sebagainya karena usia.<br /><br />Jangan bingung mengenai usia anak/seseorang, semuanya pasti bertambah,tak diberi makanpun, usia tetap bertambah. Namun bingunglah dengan bagaimana dengan pertumbuhan jiwa!<br /><br />Pertumbuhan jiwa tidak dapat dibatasi oleh status, lingkungan, pekerjaan, jenis kelamin, ruang dan waktu. Karena pertumbuhan jiwa adalah soal batiniah, bukan jasmaniah.<br /><br />Lalu apa yang perlu dipersiapkan untuk soal pertumbuhan jiwa? yaitu hatimu!<br /><br /><br />==================================<br />Sirakh 2:1-3 "Anakku, jikalau engkau bersiap untuk mengabdi kepada Tuhan, maka bersedialah untuk pencobaan.<br /><br />Hendaklah hatimu tabah dan jadi teguh, dan jangan gelisah pada waktu yang malang.<br />Berpautlah kepada Tuhan, jangan murtad dari pada-Nya, supaya engkau dijunjung tinggi pada akhir hidupmu.<br /><br />Sirakh 3:23-28 "Jangan bersusah payah mengenai apa yang di luar bidang pekerjaanmu, karena apa yang dinyatakan kepadamu sudah terlalu luas untuk akal insani.<br />Memang banyak orang telah disesatkan karena tergesa-gesa, dan disimpangkan oleh kepongahan hati yang salah.<br /><br />Hati tegar akan malang akhirnya, dan barangsiapa cinta kepada bahaya akan jatuh karenanya.<br />Hati tegar membebani dirinya dengan banyak kesusahan, orang berdosa menimbun dosa demi dosa.<br /><br />Kemalangan tidak menyembuhkan orang sombong, sebab tumbuhan keburukan berakar di dalam dirinya.<br /><br />Matius 4:4 Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.<br /><br />Lukas 12:25-26 "Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya?<br /><br />Jadi, jikalau kamu tidak sanggup membuat barang yang paling kecil, mengapa kamu kuatir akan hal-hal lain?<br /><br />Matius16:26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?<br /><br />Lukas 12:23 "Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian<br /><br />Lukas 12:29-31 "Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu.<br /><br />Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu.<br /><br />Tetapi carilah Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu<br /><br />Yohanes 15:5-6 "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.<br /><br />Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.<br /><br />Yohanes 6:55 "Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.<br /><br />Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.<br /><br />Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.<br /><br />Salam Damai dan Doa<br />"Semoga Allah memberimu Damai"<br /><span style="color: rgb(204, 102, 0);font-size:85%;" ><br /><span style="font-style: italic;">oleh : Belfry</span></span><div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>ShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-23868436117126842642009-05-16T16:40:00.003+08:002009-05-17T05:06:20.420+08:00Memuaskan Diri Sendiri<center><em>Kecongkakan, makanan yang berlimpah-limpah dan kesenangan hidup ada padanya dan pada anak-anaknya perempuan, tetapi ia tidak menolong orang-orang sengsara dan miskin. —<span style="color: rgb(255, 102, 0);">Yehezkiel 16:49</span></em></center><em></em><br /><span style="font-weight: bold;">Bacaan: </span><br /><span style="color: rgb(255, 102, 0);">Yehezkiel 16:48-56</span><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://farm1.static.flickr.com/89/224141591_936c333589.jpg?v=0"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 171px; height: 138px;" src="http://farm1.static.flickr.com/89/224141591_936c333589.jpg?v=0" alt="" border="0" /></a>Suatu pusat pertokoan papan atas di London meluncurkan sebuah kartu belanja baru yang dapat dijadikan hadiah dengan slogan, "Kado untuk Memuaskan Diri Sendiri". Di seluruh penjuru pertokoan itu, papan-papan penanda, slogan-slogan, dan bahkan tanda pengenal karyawan pun berusaha menarik perhatian pengunjung pada kartu baru itu. Menurut seorang karyawan, angka penjualan kartu tersebut sangat tinggi selama minggu pertama promosinya, jauh melampaui target yang diperkirakan perusahaan. Sikap murah hati mungkin mendorong seseorang untuk memberikan kado mewah bagi seseorang yang spesial. Namun, terlalu sering kita merasakan bahwa jauh lebih mudah membeli sesuatu yang kita inginkan untuk diri kita sendiri.<br /><br />Yehezkiel memberikan pencerahan bagi suatu kota kuno yang penduduknya menderita penghukuman Allah. Salah satu sebabnya adalah karena mereka menganut gaya hidup yang memuaskan diri sendiri. "Lihat, inilah kesalahan Sodom, kakakmu yang termuda itu: kecongkakan, makanan yang berlimpah-limpah dan kesenangan hidup ada padanya dan pada anak-anaknya perempuan, tetapi ia tidak menolong orang-orang sengsara dan miskin. Mereka menjadi tinggi hati dan melakukan kekejian di hadapan-Ku; maka Aku menjauhkan mereka sesudah Aku melihat itu" (Yeh. 16:49-50).<br /><br />Sepanjang sejarah, Tuhan telah menindak keras umat-Nya yang bersikap sombong, berkelimpahan makanan, dan tidak peduli terhadap sesamanya (ay.49). Obat penawar untuk racun pemuasan diri sendiri ini adalah kerinduan untuk menyenangkan Allah dan melayani orang lain, bukan diri kita sendiri (Flp. 2:4).<br /><br />Pemuasan diri sendiri adalah kado yang tidak kita perlukan. —DCM<br /><br /><center><i>Ada yang patah semangat dan hatinya berbeban berat,<br />Tolonglah mereka hari ini!<br />Ada yang harus memulai perjalanannya menuju ke surga,<br />Tolonglah mereka hari ini! —Breck</i></center><br /><br /><b>Semakin lebih kita melayani Kristus, semakin berkurang kita melayani diri sendiri.</b><br /><br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-style: italic;">Sumber : </span><a style="font-style: italic;" href="http://www.rbcintl.org/">rbcintl.org</a></span><br /><br /><br />Klinik Rohani Links :<a href="http://www.klinikrohani.com/" target="_blank"><br /><img alt="http://www.klinikrohani.com/" src="http://2.bp.blogspot.com/_0Sf4Khvuw4w/SLlxcead8vI/AAAAAAAAAnY/9aQHWU2h9hQ/s400/kr3.jpg" border="0" width="80" height="15" /></a><div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>ShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-78186499260589422772009-04-14T15:29:00.003+08:002009-05-17T05:09:02.105+08:00FOTOGRAFERHai...gimana kabar hari ini?? Mudah-mudahan anda dalam keadaan baik dan sehat.... Mari kita cek humor kita untuk hari ini....<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://farm4.static.flickr.com/3323/3241476628_109b96df2b.jpg?v=0"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 236px; height: 176px;" src="http://farm4.static.flickr.com/3323/3241476628_109b96df2b.jpg?v=0" alt="" border="0" /></a>Seorang fotografer dari sebuah surat kabar terkenal ditugaskan kantornya untuk meliput peristiwa kebakaran di sebuah hutan. Dia diperintahkan oleh atasannya untuk mengambil beberapa gambar yang memperlihatkan keberanian para pemadam kebakaran dalam usaha memadamkan api.<br /><br />Pada waktu si fotografer tiba di tempat kejadian, ternyata dia tidak bisa mengambil gambar yang bagus karena asap yang begitu tebal dan banyaknya kerumunan orang. Dia berpikir bahwa mustahil bisa melakukan tugasnya dengan baik. Akhirnya dia mengajukan permohonan kepada atasannya untuk menyewa sebuah pesawat kecil agar dia dapat mengambil gambar dengan leluasa dari atas. Sang atasan menyetujui. Fotografer tersebut diberitahu untuk segera menuju ke bandara karena di sana pesawat sudah menunggunya.<br /><br />Setibanya di bandara, dia melihat sebuah pesawat kecil yang sedang dipanaskan mesinnya. Dia langsung naik ke dalam pesawat itu dan berkata kepada pilotnya, "Ayo, kita berangkat!" Pilot langsung menerbangkan pesawat kecilnya dan beberapa menit kemudian mereka sudah berada di udara.<br /><br />Fotografer berkata, "Terbanglah di atas hutan yang terbakar itu kemudian rendahkanlah pesawat ini, jadi aku bisa mengambil beberapa gambar yang bagus."<br /><br />"Mengapa?" si pilot bertanya.<br /><br />"Ya .., karena aku adalah seorang fotografer dan memotret adalah tugasku." si fotografer menjelaskan.<br /><br />Selama beberapa saat si pilot terdiam sampai akhirnya dia berkata, "Berarti ... anda bukan pelatih terbang saya!!?"<br /><br /><br /><blockquote><span style="font-style: italic;">"Hal itu tidak dapat dibantah, karena itu hendaklah kamu tenang dan janganlah terburu-buru bertindak." </span><span style="color: rgb(0, 0, 153);">(Kisah Para Rasul 19:36)</span></blockquote><br /><span id="fullpost"><span style="font-style: italic;font-size:85%;" ><a href="http://www.sabda.org/">@ sabda.org</a> (208)</span></span><br /><br /><br /><br />Klinik Rohani Links :<a href="http://www.klinikrohani.com/" target="_blank"><br /><img alt="http://www.klinikrohani.com/" src="http://2.bp.blogspot.com/_0Sf4Khvuw4w/SLlxcead8vI/AAAAAAAAAnY/9aQHWU2h9hQ/s400/kr3.jpg" border="0" width="80" height="15" /></a><div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>ShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-74196837558313520522009-04-14T12:45:00.004+08:002009-05-17T05:14:04.077+08:00Mencari Yang Hilang<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://farm2.static.flickr.com/1180/938495933_20d2bdd391.jpg?v=0"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 236px; height: 187px;" src="http://farm2.static.flickr.com/1180/938495933_20d2bdd391.jpg?v=0" alt="" border="0" /></a>Yesus menceritakan banyak perumpamaan tentang orang-orang yang mencari apa yang telah hilang, seperti seorang gembala yang memiliki sembilan puluh sembilan domba di padang dan pergi di tengah hujan untuk mencari satu yang tersesat, juga seorang ayah yang menunggu di penghujung jalan, menatap horison setiap hari demi anaknya laki-laki yang telah hilang. Semua ilustrasi alkitabiah menunjukkan betapa penting arti dari pencarian manusia.<span id="fullpost"><br /><br />Pada sebuah acara World Forum di San Fransisco, saya bertemu dengan seorang biksu Budha Katolik dari Kamboja. (Menurut penjelasannya, tidak ada k</span><span id="fullpost">onflik dalam menjadi seorang Katolik dan sekaligus seorang Budha, karena “Kekatolikan adalah sebuah agama, sementara Budha adalah sebuah ilmu pengetahuan.”)<br /><br />Pada saat kami sedang berbincang-bincang, saya bertanya kepadanya bagaimana ia akhirnya dapat tiba di Kamboja. Tampaknya bahwa sementara ia sedang berjalan menuju kantor imigrasi di San Fransisco, ia melewati sebuah perkemahan pengungsi Kamboja. Seorang wanita sedang menangis meraung-raung dan memukul-mukulkan dirinya sendiri ke arah pagar, lalu ia pergi untuk melihat apakah permasalahannya.<br /><br />Ia menarik sebuah foto anak kecil berumur 2 tahun dan di sela-sela isakannya ia menjelaskan bahwa desakan dan tubrukan orang banyak yang berlarian menuju kapal-kapal boat telah membuatnya terpisah dari anak gadisnya yang masih kecil.<br /><br />Setelah melakukan pencarian di sekitar perkemahan, ia mengetahui bahwa anaknya tidak berada di sana, dan ia tidak tahu apakah ia sendirian akan mampu menemukan anaknya lagi.<br /><br />“Apa yang kamu lakukan?” tanya saya kepadanya.<br /><br />Ia berkata, “Saya berjanji bahwa saya akan menemukannya.”<br /><br />“Kamu lakukan itu?” tanya saya.<br /><br />“Ya,” jawabnya.<br /><br />“Di mana?” tanya saya lagi. “Di Kamboja.”<br /><br />“Berapa lama waktu yang kamu perlukan untuk menemukannya?” lanjut saya.<br /><br />“Dua tahun,” jawabnya.<br /><br />“Dua tahun!” pekik saya.<br /><br />“Bagaimana kamu dapat menemukannya?”<br /><br />“Saya membawa foto anak itu, dan berjalan dari desa ke desa.”<br /><br />“Bagaimana dengan pekerjaanmu?” tanya saya.<br /><br />“Itulah pekerjaan saya,” dengan tenang ia menjawab. Kemudian ia berbalik dan memperkenalkan saya pada seorang teman yang duduk di sebelahnya, dan itulah akhir dari perbincangan kami.<br /><br />Saya bertanya-tanya mengenai jenis tugas apakah yang akan kita miliki, apabila “mencari yang hilang” adalah satu-satunya pekerjaan kita. Apa yang akan kita cari? Mencari Yang Hilang<br /><br />Yesus berkata, “Selama Aku bersama mereka, aku memelihara mereka dalam namaMu, ... Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa ...” (Yohanes 17:12)<br /><br />Yesus pergi untuk mencari yang hilang.<br /><br />(Laurie Beth Jones - Jesus in Blue Jeans)<br /><span style="font-style: italic;font-size:85%;" >sumber : <a href="http://www.mkif-online.de/">http://www.mkif-online.de/</a></span><br /><br /><br /><br />Klinik Rohani Links :<a href="http://www.klinikrohani.com/" target="_blank"><br /><img alt="http://www.klinikrohani.com/" src="http://2.bp.blogspot.com/_0Sf4Khvuw4w/SLlxcead8vI/AAAAAAAAAnY/9aQHWU2h9hQ/s400/kr3.jpg" border="0" width="80" height="15" /></a></span><div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>ShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-88185822592117414352009-04-12T12:24:00.001+08:002009-05-17T05:18:56.569+08:00Semua Butuh "Proses…."<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://jenblackwell.files.wordpress.com/2009/03/wheat1.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 194px; height: 161px;" src="http://jenblackwell.files.wordpress.com/2009/03/wheat1.jpg" alt="" border="0" /></a>Dalam satu tandan pisang, tak semua buahnya matang secara serentak. Ada diantaranya yang masih berwarna hijau tua. Maka, sang petani ada kalanya harus menyimpannya kembali beberapa saat menunggu hingga matang semuanya.<br /><br />Pisang yang telah matang dan pisang yang terlambat matang, kelak akan memiliki rasa yang sama yakni memiliki rasa pisang. Meskipun waktu untuk menjadi matang pada pisang berbeda-beda…<br /><span id="fullpost"><br />Begitulah kita tak mungkin semuanya sama. Ada kalanya menurut ukuran kita, suatu masalah dapat diselesaikan hanya dengan beberapa </span><span id="fullpost">menit saja. Tapi bagi orang lain belum tentu, ia butuh waktu untuk menyelesaikannya. Bahkan belum sampai pada kesempurnaan. Namun pada akhirnya, hasil yang didapatkan tetap dapat dirasakan.<br /><br />Dalam hidup ini tak seorang pun sempurna pada bingkai kemampuannya. Karena di antara kita memang tidak sama dan serupa, kita dilahirkan berbeda, hidup di lingkungan berbeda, pada kondisi yang berbeda dan segala hal yang berbeda. Yang mesti diingat adalah bahwa setiap orang memiliki kesamaan keinginan dan memiliki hak yang sama dalam mendapat kesempatan, betapapun itu harus dipergilirkan. Karenanya, percuma saja memperdebatkan suatu ketidaksamaan, perbedaan, dan ketidakcocokan dengan orang lain, karena kita tak akan mendapat titik temu.<br /><br />Sungguh tak ada yang sempurna di antara kita, maka janganlah rendah diri…semua butuh proses menjadi lebih baik.<br /><br />I Yohanes 2:5 Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia.<br /><br />Filipi 3:12 Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.<br /><br />Roma 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.<br /><br /><br /><span style="font-style: italic;font-size:85%;" >Sumber : <a href="http://www.krenungan.org/">http://www.krenungan.org/</a></span><a href="http://www.krenungan.org/"><br /></a><br /><br />Klinik Rohani Links :<a href="http://www.klinikrohani.com/" target="_blank"><br /><img alt="http://www.klinikrohani.com/" src="http://2.bp.blogspot.com/_0Sf4Khvuw4w/SLlxcead8vI/AAAAAAAAAnY/9aQHWU2h9hQ/s400/kr3.jpg" border="0" width="80" height="15" /></a></span><div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>ShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-36195317539717118252009-04-11T11:28:00.003+08:002009-04-11T11:51:01.131+08:00Renungan Malam Paskah<span style="font-weight: bold;">Renungan Malam Paskah:</span> <span style="color: rgb(0, 0, 153);">Kej 1:1-2:2; Kel 14:15-15:1; Yeh 36:16-17a.18-28; Rm 6:3-11; Mrk 16:1-7</span><br /><br /><div style="text-align: center; font-style: italic;">“Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan, Ia telah bangkit”<br /></div><br /><blockquote>"Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu." (<span style="color: rgb(0, 0, 153);">Mrk 16:6-7</span>)<br /></blockquote><span id="fullpost"><br />“Rahasia Paskah mempunyai dua sisi: Dengan kematianNya Kristus membebaskan kita dari dosa, dengan kebangkitanNya Ia membuka pintu masuk menuju kehidupan baru. Hidup baru ini pada tempat pertama adalah pembenaran, yang menempatkan kita kembali dalam rahmat Allah. <span style="font-style: italic;">‘supaya seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati…demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru”</span> (<span style="color: rgb(0, 0, 153);">Rm 6:4</span>). Pembenaran terletak dalam kemenangan atas kematian yang disebabkan oleh dosa dan dalam keikutsertaan dalam rahmat. Ia melaksanakan penerimaan menjadi anak Allah, karena orang-orang menjadi saudara-saudara Kristus. Yesus sendiri, sesudah kebangkitanNya, menyapa murid-muridNya dengan perkataan saudara: <span style="font-style: italic;">‘Pergilah dan katakanlah kepada saudara-saudaraKu…’</span> (<span style="color: rgb(0, 0, 153);">Mat 28:10; Yoh 20:17</span>). Kita adalah saudara-saudariNya bukan atas dasar kodrat kita, melainkan oleh anugerah rahmat, karena hidup sebagai anak angkat ini benar-benar menyertakan kita dalam kehidupan PuteraNya yang tunggal, hidup yang nyata sepenuhnya dalam kebangkitanNya” (Katekismus Gereja Katolik 1993, no 654).<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Kematian dan kebangkitan bagaikan mata uang bermuka dua</span><br /><br />Kematian Yesus di kayu salib dan kebangkitanNya dari mati bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan. Saat Ia wafat, mempersembahkan Diri seutuhnya kepada Allah Bapa yang mengutus pada saat itu juga Ia masuk ke dalam hidup baru, hidup mulia kembali di sorga, sebagaimana pernah Ia sabdakan kepada salah satu penjahat yang disalibkan bersamaNya dan bertobat: <span style="font-style: italic;">“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”</span> (<span style="color: rgb(0, 0, 153);">Luk 23:43</span>). Penjahat yang bertobat itu pada saat ia meninggal dunia/mati pada saat itu juga memperoleh anugerah Allah, hidup mulia di dalam Firdaus, di dalam sorga.<br /><br />“Dengan kematianNya Kristus membebaskan kita dari dosa, dengan kebangkitanNya Ia membuka pintu masuk menuju kehidupan baru”. Pada malam ini kita mengenangkan kebangkitanNya, yang berarti kita bersama-sama diundang untuk memasuki kehidupan baru, sebagai ‘anak-anak Allah’, meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus. Kita dipanggil untuk memperbarui hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita, yang telah dicemari atau dikotori oleh dosa-dosa kita. <span style="font-style: italic;">“Aku akan menguduskan nama-Ku yang besar yang sudah dinajiskan di tengah bangsa-bangsa, dan yang kamu najiskan di tengah-tengah mereka. Dan bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, demikianlah firman Tuhan ALLAH, manakala Aku menunjukkan kekudusan-Ku kepadamu di hadapan bangsa-bangsa. Aku akan menjemput kamu dari antara bangsa-bangsa dan mengumpulkan kamu dari semua negeri dan akan membawa kamu kembali ke tanahmu”</span> (<span style="font-weight: bold;">Yeh 36:23-24</span>). Kita dipanggil untuk menanggaapi secara positif ajakanNya untuk berkumpul kembali ke ‘tanah terjanji’, hidup bahagia dan mulia di sorga.<br /><br />Hidup bahagia dan mulia di sorga yang dijanjikan kepada kita tersebut kiranya telah dapat kita cicipi atau nikmati selama hidup di dunia ini, yaitu dengan membebaskann diri dari dosa dan memeluk kehidupan baru, sesuai dengan kehendak dan panggilan Tuhan. Secara liturgis hal ini di dalam Perayaan Malam Paskah dikenangkan dengan liturgi pembaharuan janji baptis , dimana kita bersama-sama memperbarui janji untuk “hanya mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan”. Mengabdi Tuhan Allah dan menolak semua godaan setan bagaikan mata uang bermuka dua, seperti mengarahkan hati sepenuhnya kepada Tuhan Allah dan menolak untuk berbuat jahat atau berbuat dosa. Jika hati kita sepenuhnya diarahkan kepada Tuhan Allah pasti secara otomatis dikuasai atau dirajai, dan dengan demikian <span style="font-style: italic;">“Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.”</span>(<span style="color: rgb(0, 0, 153);">Yeh 36:26</span>). Hati kita akan meneladan Hati Yesus yang lemah lembut, rendah hati serta terbuka lebar bagi siapapun yang merindukan atau mendambakan Tuhan. Kita akan menjadi orang yang bermurah hati, memberi perhatian kepada saudara-saudari kita.<br /><br /><blockquote>“Sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu." (<span style="color: rgb(0, 0, 153);">Mrk 16:7</span>)</blockquote><br />“Demenyar” adalah singkatan dari ‘demen sing anyar’ = suka apa-apa yang baru. Apa-apa yang baru pada umumnya menarik perhatian dan memikat, demikian juga ketika kita memiliki apa-apa yang baru pada umumnya juga tergerak untuk menceriterakan atau menyebarluaskan kepada saudara-saudari kita. Kita telah dianugerahi hati baru, kehidupan baru dan seperti para wanita yang menjadi saksi kebangkitan Yesus kita juga diundang “Pergilah, katakanlan kepada murid-muridNya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu di Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakanNya kepada kamu”<br /><br />Galilea adalah tempat tinggal para murid, dimana mereka hidup dan mengerjakan tugas pekerjaan sehari-hari. Galilea kita adalah rumah/keluarga dan tempat kerja/belajar, dimana mayoritas waktu dan tenaga kita boroskan di dalamnya. Ia mendahului kamu masuk ke dalam keluarga atau tempat kerja/ belajar, maka “Jangan takut masuk ke dalam atau pulang kembali ke keluarga dan sebaliknya meninggalkan keluarga menuju ke tempat kerja/belajar”. Marilah kita buka hati kita lebar-lebar dan juga mata kita untuk melihat dan menangkap kehadiran Tuhan yang telah mendahului perjalanan dan keberadaan kita di dalam keluarga maupun tempat kerja/belajar, tanpa takut dan gentar, was-was atau curiga. Dengan kata lain hendaknya dengan gemibra, ceria, dinamis serta penuh harapan memasuki rumah/keluarga, tempat kerja atau belajar. Mulailah, awalilah segala sesuatu dengan gembira, ceria dan penuh harapan.<br /><br />Dalam dan dengan hati baru, gariah, ceria dan penuh harapan marilah kita <span style="font-style: italic;">“memandang bagaimana Allah tinggal dalam ciptaan-ciptaanNya: dalam unsur-unsur , memberi ‘ada’nya; dalam tumbuh-tumbuhan, memberi daya tumbuh; dalam binatang-binatang, daya rasa; dalam manusia, memberi pikiran; jadi Allah juga tinggal dalam aku, memberi aku ada, hidup, berdaya rasa dan berpikiran. Bahkan dijadikan olehNya aku bait-Nya, karena aku telah diciptakan serupa dan menurut citra yang Mahaagung”</span> (<span style="font-weight: bold;">St Ignatius Loyola, LR no 235</span>). Dengan kata lain kita dipanggil untuk menemukan Tuhan dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Tuhan, dan dengan demikian kita akan mampu meneladan Yesus yang menyapa dan memperlakukan para murid sebagai saudara-saudariNya, kita dapat menyikapi dan memperlakukan siapapun dan apapun sebagai saudara dan saudari. Jika kita telah mampu menyikapi dan memperlakukan siapapun dan apapun sebagai saudara atau sahabat, maka tidak ada ketakutan sedikitpun untuk meninggalkan rumah/keluarga pergi ketempat kerja/belajar dan sebaliknya pulan dari kerja/belajar untuk pulang ke rumah/keluarga.<br /><br />“Allah tinggal dan berkarya dalam seluruh ciptaanNya, dan tentu saja terutama dan pertama-tama dalam diri manusia yang diciptakan sesuai dengan citra atau gambar Allah. Maka marilah kita sikapi dan perlakukan diri kita maupun saudara-saudari kita sebagai citra atau gambar Allah. Sebagai gambar atau citra Allah berarti Roh Allah hidup dan bekerja dalam diri kita yang lemah dan rapuh sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh seperti: <span style="font-style: italic;">“kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.”</span>(<span style="color: rgb(0, 0, 153);">Gal 5:22-23</span>). Marilah kita hayati keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh tersebut dalam diri kita sendiri serta kita cermati dan imani buah-buah Roh tersebut dalam diri saudara-saudari kita.<br /><br /><blockquote>“Kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus” (<span style="color: rgb(0, 0, 153);">Rm 6:10-11</span>) </blockquote><br />Pembaruan janji baptis yang kita ikrarkan bersama-sama pada Malam Paskah ini merupakan ajakan atau panggilan untuk menghayati peringatan Paulus “bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus”. Ini dari janji baptis adalah “hanya mau mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan”. Mengabdi Tuhan Allah berarti kita senantiasa hidup dalam dan oleh “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlebutan, penguasaan diri”, sedangkan godaan setan antara lain berupa “percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya” (lihat <span style="color: rgb(0, 0, 153);">Gal 5:20-23</span>). Maka baiklah kutipan surat Paulus kepada umat di Roma di atas kita renungkan atau refleksikan dengan bantuan kutipan surat Paulus kepada umat di Galatia di atas ini.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">“Kamu telah mati bagi dosa”</span><br /><br />Dosa-dosa seperti percabulan dst.. sebagaimana dikatakan Paulus di atas rasanya masih marak dilakukan orang pada masa kini. Sebagai contoh adalah marah, mengingat marah ini rasanya menjadi sumber dari dosa-dosa lainnya. Marah berarti melecehkan atau merendahkan yang lain, bahasa marah yang paling lembut adalah mengeluh/menggerutu, sedangkan paling kasar adalah membunuh. Yang menjadi dorongan atau alasan mengeluh adalah segala sesuatu yang tidak sesuai dengan selera pribadi, dengan kata lain orang hidup menurut selera pribadi atau berpedoman like and dislike, sehingga segala sesuatu yang tidak sesuai dengan selera pribadi adalah musuh.<br /><br />Bukankah ketika orang tidak berani atau tidak mungkin mengungkapkan atau mewujudkan keluhan atau kemarahannya kepada yang menyebabkan ia marah atau mengeluh, kemudian mengarahkan keluhan dan kemarahannya dengan memuaskan diri sendiri, yang nikmat dan enak untuk sesaat, misalnya berbuat cabul atau mabuk-mabukan atau pesta pora? Maka matikanlah, hapuslah aneka macam bentuk keluhan atau kemarahan yang ada dalam diri anda!. Ketrampilan atau kebiasaan untuk tidak mengeluh atau marah ini hemat saya perlu diusahakan dan dihayati dalam kehidupan bersama yang mendasar, yaitu di dalam keluarga atau komunitas, dan kemudian di tempat kerja dengan rekan kerja. Marilah kita hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus, meneladan cara hidup dan cara bertindak atau menghayati sabda-sabda Yesus dalam hidup sehari-hari. <br /><br /><span style="font-weight: bold;">“Kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus” </span><br /><br />Sabda Yesus yang terkait dengan marah adalah <span style="font-style: italic;">“Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” </span>(<span style="color: rgb(0, 0, 153);">Mat 5:43-44</span>). Menghayati sabda Yesus ini hemat saya sama dengan melakukan apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat di Galatia, yaitu hidup dalam Roh sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh seperti: <span style="font-style: italic;">“kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.”</span> (<span style="color: rgb(0, 0, 153);">Gal 5:22-23</span>)<br /><br />Dari buah-buah Roh di atas ini rasanya yang baik kita renungkan atau refleksikan adalah “penguasaan diri”. Diri kita masing-masing adalah ciptaan Allah yang diciptakan sesuai dengan gambar dan citraNya, maka ajakan untuk menguasai diri harus dihayati bersama Allah, sesuai dengan kehendak Allah. Kehendak Allah bagi kita semua adalah agar kita senantiasa hidup suci, baik, berbudi pekerti luhur, sehingga tumbuh berkembang semakin dikasihi oleh Allah maupun sesama manusia. Dengan kata lain orang yang mampu menguasai diri berarti semakin dikasihi oleh banyak orang, semakin memiliki banyak kenalan berarti semakin banyak sahabat.<br /><br />Untuk membantu keterampilan penguasaan diri antara lain hendaknya senantiasa berpikir positif terhadap diri sendiri maupun orang lain, sebagai tanda bahwa kita hidup dari dan oleh Roh. Maka warta gembira malaikat kepada para perempuan di makam“ Pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu” dapat kita hayati dengan berkata-kata perihal apa yang baik dan benar dan kita senantiasa bersikap dan bertindak untuk melihat dan mengakui apa yang benar dan baik. Bukankah dengan melihat dan mengakui apa yang benar dan baik akan tumbuh berkembang “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlebutan, penguasaan diri” dalam diri kita? <br /><br />Mengenangkan dan mengimani misteri Paskah, wafat dan kebangkitan Yesus, berarti kita dipanggil untuk bekerjasama atau bergotong royong dalam melakukan apa yang baik dan benar. Memang untuk melakukan apa yang baik dan benar pada masa kini tidak akan terlepas dari aneka macam tantangan dan hambatan Jangan takut dan gentar menghadapi aneka tantangan dan hambatan, dan marilah meneladan para perempuan yang “pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur” tanpa takut dan gentar. Dari peristiwa kebangkitan Yesus dari mati ini kiranya kita dapat mawas diri bahwa kelemahan dapat menjadi kekuatan dan sebaliknya kekuatan dapat menjadi kelemahan. Dalam situasi genting pada umumnya yang berani tampil bebas merdeka adalah mereka yang dipandang atau dinilai lemah dalam situasi normal atau biasa, sedangkan yang dinilai kuat bersembunyi, tidak berani tampil. Bukankah untuk membersihkan apa yang kotor dan amburadul kita sering lebih minta bantuan dari mereka yang dinilai lemah seperti para pembantu atau pekerja kasar? Kuburan atau makam sering menjadi tempat yang menakutkan untuk sementara orang. Dalam arti tertentu juga ada orang yang menakutkan alias disikapi sebagai kuburan atau makam, maka marilah kita dekati dan sikapi orang-orang yang menakutkan dengan keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh, yaitu “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlebutan, penguasaan diri”!<br /><br /><br /><div style="text-align: center; font-weight: bold;">“SELAMAT PASKAH,<br /><br />MARILAH KITA BANGKIT DAN BERGAIRAH DALAM KASIH, SUKACITA, DAMAI SEJAHTERA, KESABARAN, KEMURaHAN, KEBAIKAN, KESETIAAN, KELEMBUTAN DAN PENGUASAAN DIRI”<br /></div><br /><br />Jakarta, 11 April 2009<br />Romo Maryo<br /><br /><br /><br />Klinik Rohani Links :<a href="http://www.klinikrohani.com/" target="_blank"><br /><img alt="http://www.klinikrohani.com/" src="http://2.bp.blogspot.com/_0Sf4Khvuw4w/SLlxcead8vI/AAAAAAAAAnY/9aQHWU2h9hQ/s400/kr3.jpg" border="0" height="15" width="80" /></a><br /></span><div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>ShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-19425198559331174672009-04-10T11:45:00.001+08:002009-05-19T11:49:38.300+08:00"Perjalanan jiwa"<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i7.photobucket.com/albums/y271/shishu03/DSC00592.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 172px; height: 130px;" src="http://i7.photobucket.com/albums/y271/shishu03/DSC00592.jpg" alt="" border="0" /></a>Hidup adalah sebuah perjalanan, mulai lahir sebagai seorang bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa lalu tua.<br /><br />Dalam sebuah perjalanan, pastinya setiap orang mengalami hal yang sama yaitu tumbuhnya gigi,rambut serta usia, entah laki-laki/perempuan secara lahiriahnya.<br /><br />Namun yang membedakan adalah situasi dan kondisi bertumbuh-kembangnya jiwa seseorang, entah laki-laki/perempuan, yang satu berbeda dengan yang lain, bahkan <span id="fullpost">yang kembar sekalipun.<br /><br /></span><span id="fullpost">Persahabatanlah yang dapat membuat jiwa menjadi satu tanpa melihat adanya perbedaan. Persahabatan membuat orang lain menjadi saudara, bahkan dapat mengubah secara fisik rupa seseorang seperti pinang dibelah dua.<br /><br />Lihatlah suami-istri yang rukun damai, semakin hari-semakin seperti saudara kakak dan adik. Mereka saling mengisi satu dengan yang lain, mereka semakin hari semakin tahu prilaku dan tabiatnya satu dengan yang lain. Kadang tanpa berbicarapun mereka sudah tahu apa yang diharapkannya tanpa beradu mulut.<br /><br />Yang menyebabkan perpisahan jiwa terjadi,dikarenakan berbedanya menanggapi dan menafsirkan suatu hal,sehingga secara otomatis membuat prilaku dan tindakan yang berbeda pula.<br /><br /><br />===================================<br />Ayub 7:1"Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan?<br /><br />Yakobus 4;4 Hai kamu, orang-orang yang tidak setia!Tidakkah kamu tahu,bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini,ia menjadikan dirinya musuh Allah.<br /><br />Matius 16:23 Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus :"Enyahlah Iblis,Engkau suatu batu sandungan bagiKu, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah,melainkan apa yang dipikirkan manusia.<br /><br />Yohanes 10:30 "Aku dan Bapa adalah satu"<br /><br />Yohanes 14:9 "Kata Yesus kepadanya:telah sekian lama Aku bersama-sama kamu,Filipus,namun engkau tidak mengenal Aku?Barangsiapa telah melihat Aku,ia telah melihat Bapa.<br /><br />Salam Damai dan Doa<br /><span style="font-style: italic;">"Semoga Allah memberimu Damai"</span><br /><span id="fullpost"><span style="font-style: italic;font-size:85%;" id="fullpost" >by : </span><span style="font-size:85%;"><a style="font-style: italic;" href="http://profiles.friendster.com/11885760">Belfry</a></span></span><br /><br /><br /><br />Klinik Rohani Links :<a href="http://www.klinikrohani.com/" target="_blank"><br /><img alt="http://www.klinikrohani.com/" src="http://2.bp.blogspot.com/_0Sf4Khvuw4w/SLlxcead8vI/AAAAAAAAAnY/9aQHWU2h9hQ/s400/kr3.jpg" border="0" height="15" width="80" /></a></span><div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>ShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-34610247009597551722009-04-10T04:32:00.000+08:002009-04-27T05:14:06.111+08:00Doa Kerahiman Ilahi (Koronka)<div style="text-align: center;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_0Sf4Khvuw4w/SfTOMOr9HPI/AAAAAAAAA6I/CoU-0Eclfzs/s1600-h/koronka.jpg"><img style="cursor: pointer; width: 216px; height: 379px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_0Sf4Khvuw4w/SfTOMOr9HPI/AAAAAAAAA6I/CoU-0Eclfzs/s320/koronka.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5329110968582348018" border="0" /></a><br /></div><br />Gambar Yesus Maharahim dengan tulisan: <span style="font-weight: bold; font-style: italic;">JEZU, UFAM TOBIE (YESUS, ENGKAU ANDALANKU)</span> diperlihatkan kepada <a href="http://yesaya.indocell.net/id4.htm">Sr. Faustina</a> oleh Yesus sendiri pada penampakan-Nya tanggal 22 Februari 1931. Dua sinar pada gambar tersebut melambangkan darah dan air. Sinar yang merah melambangkan darah yang memberi hidup bagi jiwa-jiwa dan sinar yang pucat melambangkan air yang menguduskan jiwa-jiwa. Dua sinar itu keluar dari kerahiman Yesus ketika hati-Nya ditusuk dengan tombak saat disalib. Pada tahun 1935, Tuhan Yesus mengajar <a href="http://yesaya.indocell.net/id4.htm">St. Faustina</a> suatu doa khusus memohon kerahiman Allah.<br /><br />Janji Yesus kepada Suster Faustina:<span id="fullpost"><br /><blockquote><span style="font-style: italic;">"Doronglah jiwa-jiwa untuk mendaraskan Koronka yang telah Aku berikan kepadamu. Barangsiapa mendaraskannya akan menerima rahmat berlimpah di saat ajal. Apabila koronka ini didaraskan di hadapan seorang yang di ambang ajal, Aku akan berdiri di antara BapaKu dengan dia, bukan sebagai Hakim yang adil, melainkan sebagai Juruselamat yang Penuh Belas Kasih. Para imam akan menganjurkannya kepada para pendosa sebagai harapan keselamatan mereka yang terakhir. Bahkan andai ada seorang pendosa yang paling keras hati sekalipun, jika ia mendaraskan koronka ini sekali saja, ia akan menerima rahmat dari belas kasih-Ku yang tak terhingga. Aku hendak menganugerahkan rahmat-rahmat yang tak terbayangkan kepada jiwa-jiwa yang percaya kepada kerahiman-Ku. Melalui Koronka ini, engkau akan mendapatkan segala sesuatu, jika yang engkau minta itu sesuai dengan kehendak-Ku." </span></blockquote><br />Yesus juga mengajar <a href="http://yesaya.indocell.net/id4.htm">St.Faustina</a>, untuk mengucapkan doa kecil pada tiap jam 3, saat kematian-Nya:<br /><br /><span style="font-style: italic;">Darah dan air yang memancar keluar dari Hati Yesus Yang Maha Kudus, sebagai sumber kerahiman bagi kami, aku mempercayai-Mu.</span><br /><br /><br />Berikut doanya yang didaraskan dengan bantuan Rosario biasa:<br /><div style="text-align: center;"><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_0Sf4Khvuw4w/SfTMqhLugvI/AAAAAAAAA6A/h47dj67Kl8A/s1600-h/koronka+base+IND.jpg"><img style="cursor: pointer; width: 252px; height: 359px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_0Sf4Khvuw4w/SfTMqhLugvI/AAAAAAAAA6A/h47dj67Kl8A/s320/koronka+base+IND.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5329109289920266994" border="0" /></a><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-style: italic;">Sumber : www.jesusloves.ddjrfc.com</span></span><br /></div><br /><span style="font-weight: bold;">Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, Amin</span><br /><span style="font-weight: bold;">Bapa Kami ...</span><br /><span style="font-weight: bold;">Salam Maria ...</span><br /><span style="font-weight: bold;">Aku Percaya ...</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Kemudian pada manik besar (Bapa Kami) didoakan:</span><br /><span style="font-style: italic; color: rgb(0, 0, 153);">Bapa yang kekal kupersembahkan kepada-Mu, Tubuh dan Darah, Jiwa dan Ke-Illahi-an Putera-Mu terkasih Tuhan kami Yesus Kristus, sebagai pemulihan dosa-dosa kami dan dosa seluruh dunia. </span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Pada setiap sepuluhan manik kecil (Salam Maria) didoakan:</span><br /><span style="font-style: italic; color: rgb(0, 0, 153);">Demi sengsara Yesus yang pedih, tunjukkanlah belaskasih-Mu kepada kami dan seluruh dunia. </span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Diakhiri dengan tiga kali mengucapkan</span><br /><span style="font-style: italic; color: rgb(0, 0, 153);">Allah yang kudus, kudus dan berkuasa, kudus dan kekal, kasihanilah kami dan seluruh dunia. Amin</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, Amin</span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153);font-size:85%;" ><span style="font-style: italic;">sumber : dari berbagai sumber</span></span><br /><br /><br />Klinik Rohani Links :<a href="http://www.klinikrohani.com/" target="_blank"><br /><img alt="http://www.klinikrohani.com/" src="http://2.bp.blogspot.com/_0Sf4Khvuw4w/SLlxcead8vI/AAAAAAAAAnY/9aQHWU2h9hQ/s400/kr3.jpg" border="0" height="15" width="80" /></a></span><div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>ShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.com15tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-7439795612708000722009-03-31T14:00:00.002+08:002009-05-19T15:22:35.788+08:001000 Hari Sabtu<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://chinesetea.ambatch.com/uploaded_images/1000day5-762339.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 168px; height: 125px;" src="http://chinesetea.ambatch.com/uploaded_images/1000day5-762339.jpg" alt="" border="0" /></a>Makin tua, aku makin menikmati Sabtu pagi. <span style="font-weight: bold;">Mungkin karena adanya keheningan sunyi senyap sebab aku yang pertama bangun pagi</span>, atau mungkin juga karena tak terkira gembiraku sebab tak usah masuk kerja. Apapun alasannya, beberapa jam pertama Sabtu pagi amat menyenangkan.<br /><br />Beberapa minggu yang lalu, aku agak memaksa diriku ke dapur dengan membawa secangkir kopi hangat di satu tangan dan koran pagi itu di tangan lainnya. Apa yang biasa saya lakukan di Sabtu pagi, <span style="font-weight: bold;">berubah menjadi saat yang tak terlupakan dalam hidup ini.</span> Begini kisahnya.<span id="fullpost"><br /><br /></span><span id="fullpost">Aku keraskan suara radioku untuk mendengarkan suatu acara Bincang-bincang Sabtu Pagi. Aku dengar seseorang agak tua dengan suara e masnya. Ia sedang berbicara mengenai seribu kelereng kepada seseorang di telpon yang dipanggil "Tom". Aku tergelitik dan duduk ingin mendengarkan apa obrolannya.<br /><br />"Dengar Tom, kedengarannya kau memang sibuk dengan pekerjamu. <span style="font-weight: bold;">Aku yakin mereka menggajimu cukup banyak</span>, tapi kan sangat sayang sekali kau harus meninggalkan rumah dan keluargamu terlalu sering. Sulit kupercaya kok ada anak muda yang harus bekerja 60 atau 70 jam seminggunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk <span style="font-weight: bold;">menonton pertunjukan tarian putrimu pun kau tak sempat</span>".<br /><br />Ia melanjutkan : "Biar kuceritakan ini, Tom, sesuatu yang membantuku mengatur dan menjaga prioritas apa yang yang harus kulakukan dalam hidupku".<br /><br />Lalu mulailah ia menerangkan teori <span style="font-weight: bold;">"seribu kelereng"</span> nya. "Begini Tom, suatu hari aku duduk-duduk dan mulai menghiitung- hitung. Kan umumnya orang rata-rata hidup 75 tahun. Ya aku tahu, ada yang lebih dan ada yang kurang, tapi secara rata-rata umumnya kan sekitar 75 tahun. Lalu, aku kalikan 75 ini dengan 52 dan mendapatkan angka 3900 yang merupakan jumlah semua hari Sabtu yang rata-rata dimiliki seseorang selama hidupnya. Sekarang perhatikan benar-benar Tom, aku mau beranjak ke hal yang lebih penting".<br /><br />"Tahu tidak, <span style="font-weight: bold;">setelah aku berumur 55 tahun baru terpikir olehku semua detail ini</span>", sambungnya, "dan pada saat itu aku kan sudah melewatkan 2800 hari Sabtu. Aku terbiasa memikirkan, andaikata aku bisa hidup sampai 75 tahun, maka buatku cuma tersisa sekitar 1000 hari Sabtu yang masih bisa kunikmati".<br /><br />"Lalu aku pergi ketoko mainan dan membeli tiap butir kelereng yang ada. Aku butuh mengunjungi tiga toko, baru bisa mendapatkan 1000 kelereng itu. Kubawa pulang, kumasukkan dalam sebuah kotak plastik bening besar yang kuletakkan di tempat kerjaku, di samping radio. Setiap Sabtu sejak itu, aku selalu ambil sebutir kelereng dan membuangnya" .<br /><br />"Aku alami, <span style="font-weight: bold;">bahwa dengan mengawasi kelereng-kelereng itu menghilang, aku lebih memfokuskan diri pada hal-hal yang betul-betul penting dalam hidupku</span>. Sungguh, tak ada yang lebih berharga daripada mengamati waktumu di dunia ini menghilang dan berkurang, untuk menolongmu membenahi dan meluruskan segala prioritas hidupmu".<br /><br />"Sekarang aku ingin memberikan pesan terakhir sebelum kuputuskan teleponmu dan mengajak keluar istriku tersayang untuk sarapan pagi. Pagi ini, kelereng terakhirku telah kuambil, kukeluarkan dari kotaknya. Aku befikir, kalau aku sampai bertahan hingga Sabtu yang akan datang, maka Allah telah memberi aku dengan sedikit waktu tambahan ekstra untuk kuhabiskan dengan orang-orang yang kusayangi".<br /><br />"Senang sekali bisa berbicara denganmu, Tom. Aku harap kau bisa melewatkan lebih banyak waktu dengan orang-orang yang kau kasihi, dan aku berharap suatu saat bisa berjumpa denganmu. Selamat pagi!"<br /><br />Saat dia berhenti, begitu sunyi hening, jatuhnya satu jarumpun bisa terdengar! Untuk sejenak, bahkan moderator acara itupun membisu. Mungkin ia mau memberi para pendengarnya, kesempatan untuk memikirkan segalanya. Sebenarnya aku sudah merencanakan mau bekerja pagi itu, tetapi aku ganti acara, aku naik ke atas dan membangunkan istriku dengan sebuah kecupan.<br /><span style="font-weight: bold;"><br />"Ayo sayang, kuajak kau dan anak-anak ke luar, pergi sarapan"</span> kataku, "Lho, ada apa ini...?", tanyanya tersenyum. "Ah, tidak ada apa-apa, tidak ada yang spesial", jawabku, " Kan sudah cukup lama kita tidak melewatkan hari Sabtu dengan anak-anak ? Oh ya, nanti kita berhenti juga di toko mainan ya? Aku butuh beli kelereng."<br /><br />*Pesan dari cerita ini : *<br />SPEND YOUR WEEKEND WISELY AND MAY ALL SATURDAYS BE SPECIAL AND MAY YOU HAVE MANY HAPPY YEARS AFTER YOU LOSE ALL YOUR MARBLES.<br /><br />Shared by Fr. Rick of Kingston , NY<br />--<br />Best Regard<br />Erwin Arianto,SE<br />えるウィン アリアンと<br /><br /><br /><br /><br />Klinik Rohani Links :<a href="http://www.klinikrohani.com/" target="_blank"><br /><img alt="http://www.klinikrohani.com/" src="http://2.bp.blogspot.com/_0Sf4Khvuw4w/SLlxcead8vI/AAAAAAAAAnY/9aQHWU2h9hQ/s400/kr3.jpg" border="0" height="15" width="80" /></a></span><div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>ShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-30865163456923082112009-03-30T12:15:00.004+08:002009-05-19T15:20:34.077+08:00Maafkan Aku, Ayah ...<div style="text-align: right; color: rgb(255, 102, 0); font-weight: bold;">“Guratan ini adalah suara hati yang nyata dalam satu episode hidupku”<br /></div><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://tourofenlightenment.com/store/images/paintings/FatherForgiveThem.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 156px; height: 191px;" src="https://tourofenlightenment.com/store/images/paintings/FatherForgiveThem.jpg" alt="" border="0" /></a>Aku terkulai di bangsal sebagai pesakit didera koma. “Aku, manusia paling tak berguna, dan paling hina di dunia.” Krisis arti diri dan hidup menyeretku dalam kekosongan.<br /><br />Ingatanku diajak masuk masa-masa indah bersama saudara sepanggilan. Menenun dalam persaudaraan “Menjadi seorang imam”. Begitu kami berhasrat. Empat tahun pertama pendidikan seminari kujalani.<span id="fullpost"><br /><br /></span><span id="fullpost">4 April 1998. Dia pergi. Tinggalkan luka kedukaan mendalam. Dia tak lagi menyaksikan kebanggaannya menapaki jalan-jalan suci. Tubuh kaku diatas peti, pemandangan ini yang kanyataan hiduapku.<br /><br />Tak kan lagi terdegar, “Anakku, bagaimana kabarmu. Apa kesulitanmu dalam pendidikan, anakku. Semangat ya anakku, gapailah impianmu seturut rencana Dia yang memanggilmu!”<br /><br />Dalam ketidakmampuan menolak rencana Tuhan, aku coba iklas melepasnya. Balutan imanku menguatkan, “ini bukan akhir”. Ia telah bersama-Nya. Keyakinan ini menegarkanku—tak menangisinya. “Kurelakan dia menjumpai Allah yang mencintainya. Aku tak mau membuatnya bersedih.”<br /><br />“Apakah pengalaman ini, bagian rencana-Nya dalam jalan panggilanku?”<br /><br />Satu, dua, tiga, empat, lima, enam tahun berlalu. Pendidikan kebiaraan pun telah kuselesaikan. Gelar sarjana sastra telah kuraih.<br /><br />“Tahun ini adalah masa pastoralku. Aku mau belajar bagaimana sih menjadi gembala.”<br /><br />“Fr. Clemens,” begitu aku dipanggil.<br /><br />Tahun keenam perjananku sebagai frater diputuskan. Tidak sedikitpun terlintas dalam benak ini aku tidak diterima. Namun, “RencanaKu bukanlah rencanamu, jalan-Ku bukanlah jalanmu.” Inilah kenyataannya. Nafasku terhenti. Tubuh ini kaku. Tak yakin akan hal itu. “Anda tidak diterima”. Bersama itu pula manisnya masa pastoral, kini harus terkubur, terkubur sebelum tumbuh dalam sejarah panggilanku.<br /><br />“Apakah maksud pengalaman ini?”<br /><br />Terdiam, kesendirian dan keheningan dalam kamar. Di sudut kamar meratapi jalan-jalan indah. Pengalaman hari ini. Semua jadi satu. Tak kusadari berapa lama aku menundukkan kepala seperti pejuang kalah berperang..<br /><br />Gerimis turun ikut berkabung dalam kekecewaan dan kesedihanku. Tak kuasa melawan pahit kenyatan ini. Kupandangi foto-foto kisah pendakianku.<br /><br />Wajah-wajah pendukung panggilanku melintas menyergap. Satu wajah pun menguat dipandanganku. Airmata tangisanlah sebagai jawabannya. Tak tahu kapan tangan ini menggapai jurnal harianku—tepat membuka 04 April 1998.<br /><br />Tangisku semakin menjadi. Kicauan kakak tua di depan kamar pun seakan berubah menjadi tangisan kesedihannya padaku.<br /><br />“Maafkan aku ayah, perjalanan ini harus terhenti. Maafkan aku, ayah.” Inilah yang mewakili seluruh kekecewaanku.<br /><br />Di pojok kamar, di ruang doa pribadiku. Dengklik terbalut ulos merah keemasan dan sebatang lilin menemani lukisan kecil Yesus mengetuk pintu. Berteman cahaya lilin unggu, ku berpasrah. Kuyakinkan diri ini bersandar pada rencana-Nya selanjutnya.<br /><br />Dua hari berjelang “aku harus pulang ke tanah kelahiranku. Aku tidak mau menambah sakit ketidaksiapanku menerima pengalaman ini. Ya, menyakitkan tatkala menyaksikan diri ini kini tak termasuk lagi bagian dari bilangan mereka.”<br /><br />Kutinggalkan selaksa pengalaman perjuanganku di biara. Persaudaraan dan sejuta pengalaman yang tak terlupakan. Kukuatkan langkahku meninggalkan semua itu. “Selamat tinggal dan berjuanglah saudara-saudaraku. Terimakasih atas semua apa yang pernah kita rajut bersama. Kita saling mendoakan dimana pun kita berada dalam perjuangan kita masing-masing.”<br /><br />Kisah-kisah itu tidak jua berakhir. Stigma yang mempurukkan diri pun masih harus kuterima dari umat. Tanpa mau tahu alasan. “Mereka kira aku ini keluar karena kasus perempuan, hanya curi-curi ilmu setelah sarjana didapat, lalu keluar”. Dan masih banyak lagi vonis-vonis yang mematikan. Rasa malupun hinggap dalam diriku ini. Siksa bukan hanya tertuju padaku seorang. Ibu tercinta dan keluargapun turut menerimanya.<br /><br />“Sungguh kejamnya”, tangisku.<br /><br />Tak sanggup kuterima ini. Kukuatkan niatku. Setelah makan bersama sekeluarga keputusanku yang berat ini harus kusampaikan.<br /><br />“Ibuku yang kusayangi, abang dan adik-adiku. aku berencana besok merantau ke kota Jakarta. Cukuplah masa penenangan ini. Aku mau membangun masa depanku yang baru di tempat baru.”<br /><br />Kupandangi wajah-wajah di hadapanku sepertinya tak percaya pada keputusanku. Di tengah kesunyian itu mereka tak berdaya mencegahnya.<br /><br />Sehari, seminggu, sebulan, setahun berlalu. Kugapai masa depanku bersama impian yang kuikat satu dalam diri ini. Kesuksesan demi kesuksesan pun mulai jelas di hadapanku. Namun satu yang tak dapat terlepas dariku. “Aku adalah seorang mantan frater”.<br /><br />Pengalaman itupun muncul bersamaan dengan lingkungan gereja tempatku berdomisili. Gambaran negatif yang tak mau menerima mantan frater pun menambah luka diri ini.<br /><br />Deburan ombak pantai menghadirkan semuanya secara jelas di pelupuk mata. Pasir putih yang terhampar seluas pantai tak lagi menggugah. Desiran angin dan gelak tawa gembira pengunjung pantai pun tak dapat mengubah pasang surut emosi kekecewaan dalam hatiku.<br /><br />Berganti hari, berganti minggu dan bulan. Kini sudah bulan kedua pergumulan ini kugeluti sendiri. Tak ada teman tempat berbagi. Kesendirian dan seribu satu emosi membuatku seperti mayat hidup. Bergerak dan melakukan sesuatu sesuai tanpa daya. Semakin larut semakin membuatku tersiksa.<br /><br />Entah sudah berapa lama mata ini terkatup, terbuka sesaat. Terdengar tangisan. Kucoba cari asal tangisan menyayat hatiku.<br /><br />“Ibu, jangan menangis,” pintaku. Airmata menetesi pipi anggun itu. Tangisan ibu tak kuasa merasakan derita anak kandungnya. Di tangannya seuntai rosario—“dia sedang mendaraskan doa”. Pandangan kami beradu. Mata indah nya seakan berbicara “anakku, biarlah deritamu ini ibu yang menggantikannya.” pipi ini.<br /><br />“Anakku, janganlah kau menangis.” Tangannya menghapus airmataku.<br /><br />Sosok-sosok di sampingnya adalah pribadi-pribadi yang memahamiku. Abang, yang sangat menyayangiku, adik-adiku yang selalu menguatkan dan menyemangatiku. Rasa sedih Tak bisa disembunyikan dari wajah mereka..<br /><br />Saat itu 4 April 2006. “Ayah mana? Aku mau bertemu dengannya. Aku mau meminta maaf padanya. Maaf yang harus kuutarakan. ‘Maafkan aku ayah,. Aku telah gagal berjuang menjawab panggilan menjadi seorang pastor. Maafkan aku, ayah....’” mulut ini berkata, begitu saja.<br /><br />Tangis mereka semakin memecah. Sesekali ku mendengar “sudah, sudah jangan kau ingat-ingat lagi. Kita sudah tidak mengingatnya. Kamu tetap anakku. Kau adalah kebanggan kami.” Dalam dekapan ibu tercinta, aku sempat melihat mereka semuanya satu per satu, “maafkan aku, selamat tinggal. Doakan aku”.<br /><br /><br />Jakarta, 16 Desember 2008<br /><br />Srihandriatmo Malau<br />(Andri Malau Lambe Raja)<br /><br /><br /><br />Klinik Rohani Links :<a href="http://www.klinikrohani.com/" target="_blank"><br /><img alt="http://www.klinikrohani.com/" src="http://2.bp.blogspot.com/_0Sf4Khvuw4w/SLlxcead8vI/AAAAAAAAAnY/9aQHWU2h9hQ/s400/kr3.jpg" border="0" height="15" width="80" /></a></span><div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>ShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.com12tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-86254945836009845462009-03-28T09:48:00.003+08:002009-05-19T15:18:11.187+08:00Menemukan Panggilan Kita<center><em>Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. <span style="color: rgb(0, 0, 153);">—Efesus 4:1</span></em></center><br /><br /><b style="color: rgb(0, 0, 153);"><br />Baca: Efesus 4:1-16</b><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://g8.no/images/20070710201833_journey.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 202px; height: 131px;" src="http://g8.no/images/20070710201833_journey.jpg" alt="" border="0" /></a>Suatu pergumulan yang terus-menerus kita alami di saat belajar mengikut Kristus adalah ketika kita mencoba untuk menemukan panggilan hidup kita. Kita sering berpikir bahwa panggilan itu berkaitan dengan pekerjaan dan lokasi kita. Namun, mungkin yang lebih penting dari itu adalah soal karakter, yakni keberadaan diri yang mendasari perilaku. <span style="font-weight: bold;">"Tuhan, apa yang Engkau kehendaki bagiku?"</span><span id="fullpost"><br /><br />Dalam Efesus 4, Paulus menulis, "Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu" (ay.1). Ia melanjutkan ini dengan tiga "hendaklah", seperti tertulis dalam satu terjemahan: Hendaklah selalu rendah hati, hendaklah lemah lembut, hendaklah sabar, "tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu" (ay.2). Paulus menulis ini dari penjara, suatu tempat yang sulit, namun ia terus setia pada panggilan Allah atas hidupnya.<br /><br />Oswald Chambers berkata: "Pengabdian bukanlah menyerahkan panggilan hidup kita pada Allah, tetapi pemisahan dari semua panggilan lainnya dan memberikan diri kita sepenuhnya pada Allah, mengizinkan kedaulatan Allah menempatkan kita sesuai kehendak-Nya—dalam bidang bisnis, hukum, ilmu pengetahuan, pertukangan, politik; atau dalam pekerjaan yang sederhana sekalipun. Kita ditempatkan di sana untuk bekerja sesuai hukum dan prinsip Kerajaan Allah."<br /><br />Bila kita adalah orang-orang yang tepat di mata Allah, kita dapat melakukan tugas apa pun yang diberikan-Nya, di mana pun Dia menempatkan kita. Dengan itulah, kita menemukan dan meyakini panggilan-Nya bagi kita. —DCM<br /><br /><center>Engkau dipanggil dengan suatu panggilan ilahi<br />Untuk menjadi terang dunia;<br />Untuk memancarkan cahaya Injil<br />Hingga terangnya bisa dilihat banyak orang. —NN.</center><br /><br /><b>Yang terpenting bukanlah apa yang Anda kerjakan, tetapi siapakah diri Anda.</b><br /><br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-style: italic;">sumber : </span><a style="font-style: italic;" href="http://www.rbcintl.org/">rbcintl.org</a></span><br /><br /><br />Klinik Rohani Links :<a href="http://www.klinikrohani.com/" target="_blank"><br /><img alt="http://www.klinikrohani.com/" src="http://2.bp.blogspot.com/_0Sf4Khvuw4w/SLlxcead8vI/AAAAAAAAAnY/9aQHWU2h9hQ/s400/kr3.jpg" border="0" height="15" width="80" /></a></span><div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>ShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-69530535772211547652009-03-24T11:37:00.001+08:002009-05-19T15:30:27.915+08:00Jika hati sudah tak sejalan<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://webzoom.freewebs.com/faithhopelovegod/green%20pic.JPG"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 119px; height: 197px;" src="http://webzoom.freewebs.com/faithhopelovegod/green%20pic.JPG" alt="" border="0" /></a>Jika hati sudah tak sejalan, dengan siapakah hidup dipercayakan?<br /><br />Dengan apakah hati dapat terobati? Bila hati sudah jatuh!<br /><br />Tak seorangpun dapat mengubahnya, kecuali dirinya sendiri. Walaupun dengan mengorbankan nyawa! tetap saja membisu.<br /><br />Mengapa marah dalam hati bila sesuatu hal tidak berjalan sesuai dengan kehendak dan keinginan hati?<span id="fullpost"><br /><br /></span><span id="fullpost">Tidak tahukah, bahwa dunia bukanlah temuan manusia. Dan dunia tak mungkin dapat dimiliki selamanya, karena tak selamanya manusia hidup di dunia.<br /><br />Maka itu waspadalah, supaya tidak lekat pada hal-hal duniawi itu dan terjerat olehnya, serta terjerumus di dalamnya.<br /><br />Sehingga hati tak akan menanggapi ejekan-ejekan/sindiran-sindiran yang ada, serta akan mudah menahan cacian-cacian atau umpatan.<br /><br />Namun tetap seperti bunga-bunga bermekaran, walaupun tidak ada yang melihatnya.Bahkan seperti pohon-pohon yang selalu berbuah, namun tak pernah bertanya siapa yang memakannya?<br /><br /><br />======================================<br />Amsal 14:10 "Hati mengenal kepedihannya sendiri, dan orang lain tidak dapat turut merasakan kesenangannya."<br /><br />Amsal 19:2 "Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah."<br /><br />Markus 9:50 "Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."<br /><br /><br />Salam Damai dan Doa<br />"Semoga Allah memberimu Damai"<br /><br /><span style="font-size:85%;"><br /><span style="font-style: italic; color: rgb(0, 0, 153);">Oleh : Belfry Augustinus</span></span><br /><br /><br />Klinik Rohani Links :<a href="http://www.klinikrohani.com/" target="_blank"><br /><img alt="http://www.klinikrohani.com/" src="http://2.bp.blogspot.com/_0Sf4Khvuw4w/SLlxcead8vI/AAAAAAAAAnY/9aQHWU2h9hQ/s400/kr3.jpg" border="0" height="15" width="80" /></a></span><div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>ShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-11551659543936765252009-03-23T14:32:00.002+08:002009-05-19T15:35:31.148+08:00"Pergilah, anakmu hidup!"<div style="text-align: center; color: rgb(255, 102, 0); font-weight: bold;">(Yes 65:17-21; Yoh 4:43-54)<br /></div><br /><blockquote><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.mattel.medsch.ucla.edu/chlife/ortour/images/UCLA07_235.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 195px; height: 287px;" src="http://www.mattel.medsch.ucla.edu/chlife/ortour/images/UCLA07_235.jpg" alt="" border="0" /></a>“Dan setelah dua hari itu Yesus berangkat dari sana ke Galilea, sebab Yesus sendiri telah bersaksi, bahwa seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri. Maka setelah Ia tiba di Galilea, orang-orang Galilea pun menyambut Dia, karena mereka telah melihat segala sesuatu yang dikerjakan-Nya di Yerusalem pada pesta itu, sebab mereka sendiri pun turut ke pesta itu. Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya sedang sakit. Ketika ia mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya lalu meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati. Maka kata Yesus kepadanya: "Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya." Pegawai istana itu berkata kepada-Nya: "Tuhan, datanglah sebelum anakku mati." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, anakmu hidup!" Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi. Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup.Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka: "Kemarin siang pukul satu demamnya hilang." Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya: "Anakmu hidup." Lalu ia pun percaya, ia dan seluruh keluarganya.Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.”<span style="font-weight: bold; font-style: italic;"> (Yoh 4:43-54)</span>, demikian kutipan Warta Gembira hari ini.</blockquote><br /><br />Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: <span id="fullpost"><br /><br /><!--[if !supportLists]-->· <!--[endif]-->Sabda Yesus memang kuat dan kuasa, maka siapapun yang percaya akan sabdaNya serta melaksanakan sabda-sabdaNya akan selamat, damai sejahtera, sebagimana dialami oleh seorang pegawai istana yang mohon penyembuhan kepadaNya bagi anaknya yang sakit keras, hampir mati. <span style="font-weight: bold;">“Pergilah, anakmu hidup!”</span>, demikian sabdaNya kepada sang pegawai istana, dan pada saat itu juga anaknya yang berada di rumah sembuh dari penyakitnya. Sabda Yesus atau Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci antara lain dalam hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita bersama ‘diterjemahkan’ ke dalam aneka tatanan dan aturan. Maka marilah ,jika kita sungguh menghendaki hidup bahagia, damai sejahtera dan selamat, dengan rendah hati kita hayati atau laksanakan aneka aturan dan tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan, tugas pengutusan, jabatan atau kedudukan serta fungsi kita masing-masing.<br /><br />Maka baiklah jika kita atau saudara kita ‘hampir mati’ alias sedang menderita sakit atau berkurang kesehatan dan kebugarannya atau berdoa, hendaknya mohon penyembuhan antara lain dengan merenungkan sabda Tuhan atau kembali setia pada aturan dan tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusannya. Segala macam bentuk penyakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi dan sakit tubuh, hemat saya terjadi karena pelanggaran atau ketidak-setiaan pada aturan dan tatanan hidup. “Pergilah’, demikian sabda Yesus, kiranya antara lain berarti berjalanlah di jalan aturan atau tatanan hidup, telusurilah aneka petunjuk dan arahan yang baik dan benar, jangan hanya mengikuti keinginan atau kemauan sendiri alias hidup seenak sendiri, menurut selera pribadi.<br /><br /><br /><!--[if !supportLists]-->· <!--[endif]-->"Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati. Tetapi bergiranglah dan bersorak-sorak untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan,”<span style="font-weight: bold;"> (Yes 65:17-18)</span>. Ajakan untuk “bergiranglah dan bersorak-sorailah untuk selamanya atas apa yang Kuciptakan” kiranya baik menjadi permenungan atau refleksikan. Segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan baik adanya, maka jika ada yang tidak baik berarti berasal dari setan yang hidup dan bekerja dalam diri pendosa. Dalam kenyataan hidup kita masa kini memang ada yang tidak baik, tetapi juga ada yang baik, dan kiranya yang baik lebih banyak daripada yang tidak baik. Maka bagi yang baik marilah bergotong-royong atau bekerjasama untuk memperbaiki apa yang tidak baik dalam lingkungan hidup kita.<br /><br />Bergirang dan bersorak-sorai berarti senantiasa bergairah, dinamis dan tak kenal putus asa, dan dengan demikian ada kekuatan luar biasa di dalam diri orang yang bergirang dan bersorak-sorai. Kita dipanggil untuk bergairah, dinamis dan tak kenal putus asa dalam rangka memperbaiki apa yang tidak baik atau bertobat atau memperbaharui diri. Dalam semangat yang demikian berarti ‘otak bawah sadar’ kita bekerja seratus persen (100%), dan apa yang kita dambakan atau impikan akan terwujud, tentu saja harus disertai dengan penyerahan diri yang ditandai oleh pengorbanan dan perjuangan. Dalam rangka bertobat atau memperbaharui diri hendaknya juga tidak mengingat-ingat dalam hati kegagalan atau keterbatasan atau kekurangan yang ada; dan dengan bergairah, dinamis dan tak kenal putus asa dalam bertobat atau memperbaharui diri kiranya segala kelemahan dan kekurangan kita akan sembuh dengan sendirinya.<br /><br /><span style="font-style: italic;"></span><blockquote><span style="font-style: italic;">“Aku akan memuji Engkau, ya TUHAN, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak memberi musuh-musuhku bersukacita atas aku. TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur. Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus” <span style="font-weight: bold;">(Mzm 30:2.4-5)</span></span></blockquote><br /><br />Jakarta, 23 Maret 2009<br /><br /><br />oleh : Romo Maryo<br /><br /><br /><br />Klinik Rohani Links :<a href="http://www.klinikrohani.com/" target="_blank"><br /><img alt="http://www.klinikrohani.com/" src="http://2.bp.blogspot.com/_0Sf4Khvuw4w/SLlxcead8vI/AAAAAAAAAnY/9aQHWU2h9hQ/s400/kr3.jpg" border="0" height="15" width="80" /></a></span><div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>ShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-10905693536733560422009-03-21T12:22:00.003+08:002009-05-19T15:38:35.826+08:00Karena cinta tidak selalu harus berwujud "bunga"<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/be/Flower_heart.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 131px; height: 131px;" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/be/Flower_heart.jpg" alt="" border="0" /></a>Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul dihati saya ketika saya bersandar di bahunya yang bidang.<br /><br />Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan - alasansaya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.<span id="fullpost"><br /><br /></span><span id="fullpost">Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar - benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan. Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.<br /><br />Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian. "Mengapa?", dia bertanya dengan terkejut. "Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan" Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.<br /><br />Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya? Dan akhirnya dia bertanya, "Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?".<br /><br />Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, "Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah pikiran saya: Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?"<br /><br />Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok." Hati saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada dirumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan coret - coretan tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan....<br /><br />"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya."<br /><br />Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.<br /><br />"Kamu bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari - jari saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya."<br /><br />"Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang."<br /><br />"Kamu suka jalan - jalan ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa memberikan mata saya untuk mengarahkanmu."<br /><br />"Kamu selalu pegal - pegal pada waktu 'teman baikmu' datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal."<br /><br />"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi 'aneh'. Dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami."<br /><br />"Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu."<br /><br />"Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna - warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu".<br /><br />"Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku."<br /><br />"Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bias mencintaimu lebih dari saya mencintaimu."<br /><br />"Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup bagimu.Aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu."<br /><br />Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya. "Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk<br />tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu."<br /><br />"Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia.".<br /><br />Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku. Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintaiku.Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.<br /><br />Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu. Karena cinta tidak selalu harus berwujud "bunga".<br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-style: italic;">sumber : </span></span><a href="http://indoforum.org/showthread.php?t=4529"><span style="font-size:85%;"><span style="font-style: italic;">Indoforum.org</span></span><br /></a><br /><br /><br />Klinik Rohani Links :<a href="http://www.klinikrohani.com/" target="_blank"><br /><img alt="http://www.klinikrohani.com/" src="http://2.bp.blogspot.com/_0Sf4Khvuw4w/SLlxcead8vI/AAAAAAAAAnY/9aQHWU2h9hQ/s400/kr3.jpg" border="0" height="15" width="80" /></a></span><div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>ShureXhttp://www.blogger.com/profile/06417974645796165904noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-4881732987602145410.post-56574015962697005882009-03-19T02:33:00.005+08:002009-03-21T15:34:47.253+08:00Tinjauan Kritis atas Pelbagai Selebaran ”Berkat-Kutuk”<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.imankatolik.or.id/selebaran.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 192px; height: 255px;" src="http://www.imankatolik.or.id/selebaran.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><br /><a href="http://www.imankatolik.or.id/"><span style="font-weight: bold;">Tinjauan Kritis atas Pelbagai Selebaran ”Berkat-Kutuk”</span><br /><br />F.X. Didik Bagiyowinadi, Pr</a><br /><br />Foto ini saya pernah lihat. Saya nggak ngerti soal rekayasa foto atau yang lain. Tapi saya cuman mau mengkritisi point motivasi penyebaran foto ini, yang sangat klasik dan "bodoh" yakni soal berkat dan kutuk. Intinya:<br /><br />1. Kalau kamu menyebarkan foto ini, entah kamu sendiri percaya atau tidak, kamu akan dapat berkat (dapat lotery, rejeki, karier naik, dlll...)<br /><br />2. Kalau kamu abaikan/buang, kamu akan celaka!<br />Model berkat-kutuk ini juga sudah lama muncul dalam surat berantai. Tujuannya apa? Ya, sekedar untuk membingungkan umat dan me- ngacaukan iman umat, bahwa ber- kat dan rejeki yang dianugerahkan Tuhan terletak pada soal menuruti selebaran itu (fotokopi, sebarkan di milis, dsb) dan celakanya kemudian ditanamkan gambaran keliru bahwa Tuhan itu tukang mengancam! Penerima pun dibuat ketakutan, terlebih yang lemah imannya. Saat bertugas di Blim- bing, <span id="fullpost">ada anak SMA kasihkan fotokopian selebaran berkat-kutuk demikian ke saya, lalu di hadapan-nya, langsung selebaran itu saya sobek untuk menunjukkan pada dia bahwa isinya tidak benar dan hal itu tidak mempengaruhi hidup kita.<br /><br />Siapa yang diuntungkan? Pak pos? Provider HP? Entahlah. Yang pasti tujuannya untuk menggoyahkan penghayatan iman orang Katolik, terlebih bila dalam gambar/cerita itu ada kaitannya dengan patung/gambar Yesus dan Maria, atau mimpi paus, penampakan Maria, dsb...dsb...<br />Model motivasi "berkat-kutuk" ini sudah pasti bertentangan dengan ajaran iman:<br /><br />1. Allah adalah kasih, Dia lebih dulu mengasihi kita. Kasih dan berkat-Nya tidak tergantung pada "persembahan fotokopian atau forward" selebaran itu.<br /><br />2. Tuhan menawarkan keselamatan, tapi tidak pernah memaksa kita untuk menerimanya, apalagi sampai mengancam. Paham ancaman demikian memang ada dalam Perjanjian Lama, dengan harapan umat bertobat; namun Perjanjian Baru memperbaharuinya dengan tekanan: Allah adalah kasih.<br /><br />3. Keselamatan kita tidak terletak pada soal fotokopian-forward tulisan, tapi pada (dalam pemahaman Kristen-Katolik): percaya pada Yesus-Kristus, yang berarti kemudian juga mau melaksanakan ajaran kasih-Nya. Iman akan Kristus tanpa perbuatan kasih adalah iman yang mati (bdk. Yak 2:17).<br /><br />4. Dalam Injil banyak kali diserukan "Jangan takut!" karena Tuhan senantiasa memberkati dan menyertai kita (Mzm 22; Mat 28:19-20). Siapa lagi yang suka membuat kita merasa takut (termasuk ancaman cis-wak, Bethara kala, hari naas) dll, kalau bukan mereka yang digunakan oleh kuasa kegelapan? Orang beriman sudah tidak percaya lagi dengan soal begituan.<br /><br />5. Rejeki dan berkat kita peroleh dari kemurahan Tuhan, tapi juga menuntut kerjasama dan usaha dari pihak kita. Kita ingat, dalam mukjizat pergandaan roti (Yoh 6) dan perubahan air menjadi anggur (Yoh 2), Tuhan Yesus meminta kita bekerjasama dengan usaha dari pihak kita ("lima roti - dua ikan" dan "mengisi tempayan penuh dengan air").<br /><br />6. Maka kesimpulannya, foto dan selebaran beginian tidak perlu diteruskan, karena bisa kali sungguh menggoyahkan iman orang lain (termasuk mengiming-imingi rejeki dengan jalan pintas, kayak pencobaan Setan pada Yesus untuk mengubah batu jadi roti). Mendingan meneruskan sms atau fotokopian ayat-ayat KS yang menguatkan iman (tapi yang beginian mungkin nggak laku ya... soale nggak ada iming-iming menang lotre hehe...)<br /><br />7. Berikut lampirkan tulisan saya dalam buku "Beriman Katolik dari Altar Sampai Pasar" (Pustaka Nusatama, 2008) hlm. 178-183, yakni tinjauan kritis atas selebaran bekat-kutuk. Semoga membantu.<br /><br />Bersama Yesus, Siapa Takut?<br />Tinjauan Kritis atas Pelbagai Selebaran “Berkat-Kutuk”<br /><br />Sumber: F.X. Didik Bagiyowinadi, Pr, Beriman Katolik dari Altar Sampai Pasar (Pustaka Nusatama, 2006), hlm. 178-183.<br /><br />Selebaran Gelap<br /><br /> Sampai hari ini banyak di antara kita yang masih menerima atau menjumpai “selebaran rohani” berisi iming-iming janji berkat bagi yang mengindahkan isinya dan ancaman kutukan bagi yang mengabaikan. Biasanya kita diminta memfotokopi dan menyebarluaskannya. Atau, bila pesan dalam email, kita diminta untuk memforwardnya.<br /> Entah lantaran tergiur iming-iming berkatnya atau takut akan ancaman kutukannya, banyak orang menurutinya. Begitu juga dengan teks novena, misal novena kepada Yudas Tadeus, ditambahkan syarat pengabulannya: “Novena ini didoakan 6 kali sehari selama 9 hari berturut-turut dan tinggalkan 9 lembar salinan doa ini di gereja tiap hari. Buatkan 81 salinan dan tinggalkan 9 lembar salinannya di gereja selama 9 hari berturut-turut, Anda akan menerima intensi doa sebelum hari ke-9 berlalu.” Pernah juga dulu ada selebaran tentang penglihatan Tuhan Yesus kepada paus yang berisi tentang bencana dan hari kiamat. Anehnya, mereka yang mau menyebarluaskan selebaran itu akan selamat dari malapetaka.<br /><br />Semua “selebaran rohani” itu sebenarnya adalah sebebaran gelap. Sebab pengirimnya tidak jelas, kalaupun nama dan alamat pengirimnya dicantumkan, biasanya fiktif belaka. Berkaitan dengan doa-doa yang akan disebarluaskan dalam Gereja Katolik selalu dibutuhkan imprimatur (izin terbit) dari Uskup/wakilnya dan nihil obstat yang menyatakan bahwa isinya tidak bertentangan dengan susila dan iman Katolik. Jadi, tak perlu kita terkecoh dan terhasut oleh provokasi dari selebaran gelap itu.<br /><br />Bisa jadi, selebaran gelap tersebut dibuat untuk membingungkan dan menggoyahkan keyakinan iman kita sebagai pengikut Kristus. Mari kita melihat “iming-iming berkat” dan “ancaman kutuk” tersebut dalam perspektif iman Katolik.<br /><br />Hal Pengabulan Doa<br />Yang menarik untuk disimak dari selebaran tersebut adalah adanya kesan kuat bahwa penggandaan dan penyebarluasan selebaran dan teks doa itu menjadi syarat terkabulnya doa. Asalkan kugandakan dan kusebarluaskan, niscaya doa permohonanku terkabul. Di sinilah terjadinya bahaya takhayul. Seakan-akan Tuhan wajib mengabulkan doa kita, sebab kita telah “membayar” dengan menggandakan dan menyebarluaskan teks tersebut. Padahal untuk pengabulan doa, Tuhan tidak butuh suapan. Bahkan korban bakaran dan persembahan Israel kerap ditolak Tuhan, sebab Tuhan tidak memerlukan hal itu. “Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu, sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya” (Mzm 50:12).<br /><br />Dalam Injil dinyatakan dengan jelas, pelbagai syarat pengabulan doa:<br />Pertama, dipanjatkan dengan penuh iman. Banyak penderita sakit dan kelemahan mengalami kesembuhan berkat imannya akan kuasa dan kasih Yesus Kristus. Kepada ibu yang sudah dua belas tahun sakit pendarahan dan menjamah jumbai jubah-Nya, Yesus berkata, “Imanmu telah menyelamatkan engkau!” (Mat 9:22). Iman ini juga nampak dalam ketekunan dan kesetiaan kita dalam doa, seperti janda yang tiada bosan mengetuk pintu hakim yang tidak benar (Luk 18:1).<br /><br />Kedua, sejauh kita mau tinggal dalam dan bersama Kristus, artinya hidup dalam kasih. “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (Yoh 15:7). Bila kita kurang berbuat kasih, niscaya sulit juga doa kita dikabulkan. Sebab dosa-dosa kita bisa menghalangi suara kita sampai di tempat yang mahatinggi (lih. Yes 59:2). Maka saat berdoa novena pun, kita dianjurkan juga menerima Sakramen Tobat. Tuhan juga tak akan mengabulkan permohonan manakala hal itu hendak kita habiskan untuk memuaskan hawa nafsu kita (Yak 4:3).<br /><br />Ketiga, pentingnya dukungan doa dari orang lain. Sebab firman Tuhan, “Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga” (Mat 18:2). Begitu juga melihat iman mereka, iman si lumpuh dan iman keempat teman yang menggotongnya, Yesus tergerak hati untuk menyembuhkan (Mrk 5:2).<br />Iming-iming janji berkat dengan cara instan “doa + fotokopi” mengingatkan kita akan godaan si Jahat yang menyuruh Yesus secara instan mengubah batu menjadi roti (Luk 4:3). Permohonan yang meminta Tuhan membuat mukjijat selekas mungkin ini, tidak menunjukkan bahwa kita beriman pada Tuhan, sebaliknya justru mencobai Tuhan. Seru penjahat yang disalibkan bersama Yesus, “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami” (Luk 23:29).<br /><br />Memang Tuhan itu mahakuasa dan sanggup mengerjakan karya ajaib tanpa kita. Kendati demikian, Tuhan senantiasa mengajak kita untuk berusaha dan bekerjasama dengan rahmat-Nya. Kita ingat kisah mukjizat dalam perkawinan di Kana, di sana manusia harus mengisi tempayan dengan air terlebih dahulu (Yoh 2:7). Begitu juga dengan kisah pergandaan roti untuk menyenyangkan lima ribu orang, dibutuhkan lima roti dan dua ikan (Mrk 6:38) sebagai simbol modal dan usaha kita. Modal dan usaha yang kita persembahkan kepada Tuhan, niscaya akan diberkati Tuhan sehingga berlipat ganda.<br /><br />Jangan Takut!<br />Yang mengherankan adalah selebaran gelap tersebut, berani mengancam siapa saja yang mengabaikan isinya, apalagi mereka yang sampai berani membuangnya. Tak sedikit pembaca yang kemudian mempercayainya, atau setidak-tidaknya berjaga-jaga jangan sampai celaka menimpa mereka lantaran mengabaikan selebaran itu. Bukankah ancaman demikian, tak jauh beda dengan pelbagai ancaman yang menghantui kita manakala mengabaikan perhitungan hari baik - hari buruk dan ancaman “Bathara Kala” bila kita tidak diruwat.<br /><br />Jika hal itu yang terjadi, sebenarnya kita masih dibelenggu oleh ketakutan. Kepada kita yang telah dibaptis, St. Paulus mengingatkan, “Kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu Anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, “ya Abba, ya Bapa!” (Rm 8:15). Yesus Kristus adalah Injil, kabar gembira dari Allah. Sewaktu Dia lahir, malaikat berseru kepada Maria (Luk 1:30) dan para gembala (Luk 2:10), “Jangan takut!” Kata yang sama disampaikan Yesus waktu Dia berjalan di atas air (Yoh 6:20) dan setelah kebangkitan (Mat 28:10). Memang kita tak perlu takut, sebab Allah itu kasih (1 Yoh 4:8) , Dia tak akan menghukum dan mencelakai kita. Dialah Immanuel (Mat 1:23), Allah beserta kita, yang senantiasa melindungi kita (Mat 28:20). Bersama Yesus, siapa takut (Rm 8:35)?<br /><br />Wassalam,<br />Rm. Didik Bagiyowinadi,Pr<br /><br /><br /><br /><br /><br />Klinik Rohani Links :<a href="http://www.klinikrohani.com/" target="_blank"><br /><img alt="http://www.klinikrohani.com/" src="http://2.bp.blogspot.com/_0Sf4Khvuw4w/SLlxcead8vI/AAAAAAAAAnY/9aQHWU2h9hQ/s400/kr3.jpg" border="0" width="80" height="15" /></a><br /><br /></span><div class="blogger-post-footer">www.klinikrohani.com</div>Conveyor Systemhttp://www.blogger.com/profile/04649822171192813817noreply@blogger.com2