11 December 2008

Posted by ShureX Posted on December 11, 2008 | No comments

RITUAL DOA

Komunikasi Langsung Dengan Allah Bapa di Surga

"Maka naiklah asap kemenyan bersam-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah." Wahyu 8:4

Allah sangat menghargai doa. Sebab hanya melalui doa Allah dapat berkomunikasi dengan kita. Tanpa doa hubungan kita dengan Allah terputus.

Tetapi doa sendiri sepertinya tidak lagi menjadi bagian yang penting dalam kehidupan rohani kita. Kita menganggap doa itu suatu kewajiban yang harus dilaksanakan, sebab kalau tidak.... kita akan berpikiran bahwa dengan muka merah Allah akan mendatangi dan menghukum kita. Dahulu, saat masih kanak-kanak, kalau tidak berdoa sebelum makan, khawatir nasinya keluar masih tetap jadi nasi. Jadi berdoa membawa kita pada ketakutan.

Tetapi setelah dewasa kita sadar bahwa doa bukan sekedar KEWAJIBAN, tetapi juga sarana untuk berkomunikasi dengan Allah dan alat untuk membawa kita semakin INTIM denganNya. Banyak orang Kristen yang frustasi dengan kehidupan doanya. Mereka merasa doa-doa mereka tertiup angin, sehingga jawabannya tidak kunjung tiba. Anda pasti merasakan hal yang demikian manakala permintaan Anda tidak datang-datang juga. akhirnya Anda patah semangat lalu tidak berdoa lagi. Itu salah !

Dalam kitab Wahyu ini tuhan berkenan menyingkapkan suatu rahasia. Dan Alkitab menyebutkan tentang asap kemenyan yang dipersembahkan bersama doa-doa orang kudus. Ayat 4 seperti pada pembacaan di atas disebutkan tentang naiknya asap tersebut BERSAMA doa-doa orang kudus lainnya.

Tidak ada doa yang sia-sia ! Asalkan Anda melakukannya dengan iman dan segenap hati Anda, maka doa itu adalah asap yang akan naik ke tahta Allah. Jauh sebelum kitab Wahyu ditulis, Daud sudah mengungkapkan kebenaran ini, "Biarlah doaku adalah bagiMu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang." (Mazmur 141:2)

Anda lihat, doa bukan sekedar perkara meminta saja, tetapi suatu persembahan yang menyenangkan hati Tuhan. Apabila Anda berdoa yakinlah bahwa Anda sedang melakukan ritual penting dalam peribadahan Anda kepada Allah. Di dalam Perjanjian Lama seluruh acara peribadahan bangsa Israel dilakukan dengan segenap hati. Maka Anda juga harus melakukan hal yang sama. Ketika Anda sedang berada di dalam kamar dan berlutut, lakukanlah dengan segenap hati. Sebab Anda sedang membakar ukupan yang berisi doa-doa Anda. Jadi janganlah mengira bahwa doa itu bernilai rendah. Jangan anggap enteng perihal doa ini.

Renungan:
Mulailah giat untuk berdoa. Semakin banyak Anda berdoa, maka Anda semakin sering mempersembahkan ukupan kepada Allah. Dan saya yakin Anda akan berubah menjadi manusia yang mencerminkan rupa Kristus.

DOA ADALAH RITUAL MEMPERSEMBAHKAN KORBAN UKUPAN KEPADA ALLAH.

sumber : renungan.com


Klinik Rohani Links :
http://www.klinikrohani.com/


06 December 2008

Posted by ShureX Posted on December 06, 2008 | No comments

Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma

"Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma"


Bacaan :
[Yes 30: 19-21.23-26; Mat 9:35-10:1.6-8]

Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan. melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma."(Mat 9:35-10:1.6-8)

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Hidup kita adalah anugerah Tuhan, yang kita terima secara cuma-cuma melalui orangtua atau bapak-ibu kita masing-masing, maka hemat saya segala sesuatu yang menyertai hidup kita, yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini tidak lain adalah juga anugerah Tuhan yang kita terima secara cuma-cuma melalui orang-orang yang telah berbuat baik dan mengasihi kita. "Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma", demikian sabda Yesus. Mungkin tidak ada atau jarang yang memberikan dengan cuma-cuma apa yang telah kita terima, maka baiklah sabda ini kita hayati secara lain, yaitu jika kita belajar atau bekerja hendaknya sungguh-sungguh, dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan/tubuh.

Dengan kata lain marilah di masa Adven ini kita tingkatkan dan perdalam ‘lakutapa atau matiraga’ secara positif, yaitu dengan setia dan taat pada panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Kepada para pelajar atau mahasiswa yang sedang belajar kami harapkan sungguh belajar sehingga terampil dalam belajar dan dengan demikian akan berhasil atau sukses dalam belajar, dan kemudian siap sedia untuk menjadi “pekerja-pekerja yang handal”., sedangkan kepada para pekerja, entah pekerjaan, tugas atau jabatan apapun, kami harapkan untuk sungguh bekerja sehingga terampil dalam bekerja.

Percayalah dan imanilah jika kita terampil dalam belajar maupun bekerja, maka kita juga akan semakin menerima lebih banyak aneka macam anugerah Tuhan dalam berbagai bentuk. Hendaknya, entah selama belajar atau bekerja, senantiasa menghayati semangat persaudaraan sejati, solidaritas dan keberpihakan kepada mereka yang miskin dan berkekurangan, yang bodoh atau kurang beruntung, dst..

· “TUHAN akan memberi hujan bagi benih yang baru kamu taburkan di ladangmu, dan dari hasil tanah itu kamu akan makan roti yang lezat dan berlimpah-limpah. Pada waktu itu ternakmu akan makan rumput di padang rumput yang luas; sapi-sapi dan keledai-keledai yang mengerjakan tanah akan memakan makanan campuran yang sedap, yang sudah ditampi dan diayak. Dari setiap gunung yang tinggi dan dari setiap bukit yang menjulang akan memancar sungai-sungai pada hari pembunuhan yang besar, apabila menara-menara runtuh”(Yes 30:23-25), demikian hiburan yang penuh harapan dari Yesaya.

Apa yang diimpikan Yesaya tersebut kiranya juga akan menjadi nyata dalam diri kita, jika kita sungguh belajar atau bekerja sesuai dengan tugas dan pengutusan kita masing-masing, sesuai dengan aneka tatanan dan aturan hidup yang terkait dengannya. Maka baiklah di hari-hari awal masa Adven ini kita mawas diri aneka tatanan dan aturan yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. “Jer basuki mowo beyo” (= Untuk hidup bahagia, damai sejahtera harus berjuang dan berkorban), demikian kata pepatah Jawa. Rasanya untuk setia dan taat terhadap aneka tatanan dan aturan yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, kita harus berani berjuang dan berkorban.

Apa yang diterima atau diperoleh dengan dan dalam perjuangan dan pengorbanan sejati sungguh merupakan kebahagiaan dan kenikmatan sejati yang tak tergoyahkan dan tahan lama atau bahkan sampai mati. Maka jauhkan aneka bentuk budaya atau cara hidup dan cara bertindak ‘instant’. Ingat dan renungkan juga pepatah ini :”Berrakit-rakit ke hulu, berrenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian”, jangan dibalik atau terjadi "bersenang-senang dahalu bersakit-sakit kemudian".


“Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka; Ia menentukan jumlah bintang-bintang dan menyebut nama-nama semuanya.Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaan-Nya tak terhingga. TUHAN menegakkan kembali orang-orang yang tertindas, tetapi merendahkan orang-orang fasik sampai ke bumi.” (Mzm 147:3-6)


Jakarta, 6 Desember 2008


Sumber : Romo Maryo



Klinik Rohani Links :
http://www.klinikrohani.com/


05 December 2008

Posted by ShureX Posted on December 05, 2008 | No comments

Buta dan Pelita

Seorang pelajar yang karena ilmunya, menghina orang yang tidak pernah bersekolah. Adalah sama seperti orang yang buta dalam kegelapan, menenteng pelita yang tidak bisa dilihatnya.


di kirim oleh : shane sunpei

03 December 2008

Posted by ShureX Posted on December 03, 2008 | No comments

Membahagiakan Orang Lain

Ada seorang pemuda terkena penyakit yang mengharuskan usus kecilnya dipotong sepanjang satu meter. Setelah operasi dilakukan, ternyata penyakit yang dideritanya tidak juga hilang. Operasi itu dilakukan sekedar membuang bagian ususnya yang sudah rusak.

Selama proses penyembuhan dari operasi, pemuda itu harus berpuasa selama 10 hari. Tidak makan dan tidak minum. Dia mendapatkan cairan tubuhnya hanya dari infus. Sesudah itu barulah dia bisa menerima minuman dan setelah beberapa hari kemudian mulai bisa makan makanan cair.

Selama berpuasa setelah operasi, saat masih terbaring di rumah sakit, istrinya menghubungi saya dan menceritakan keadaan suaminya. Lewat istrinya saya menganjurkan agar pemuda itu mengembangkan pikiran yang penuh cinta kasih.

Setelah keluar dari rumah sakit, pemuda itu datang menemui saya. Dia mengatakan bahwa saat terbaring di rumah sakit - saat merasakan kesakitan yang besar dan merasa sedih karena ternyata penyakitnya tidak bisa disembuhkan - sulit bagi dirinya untuk mengembangkan pikiran penuh cinta kasih.

Dia berkata "Saya sendiri sangat membutuhkan pertolongan. Keadaan saya sangat buruk. Bagaimana mungkin saya bisa mengembangkan pikiran cinta kasih? Bukankah saya sendiri yang sebenarnya harus dikasihani?"

Saya berkata, "Sejak Anda mulai memikirkan diri sendiri, sejak Anda mulai menuntut, maka pada saat itulah Anda mulai merasa menderita. Sebaliknya, sejak Anda mulai memikirkan orang lain, mengharapkan orang lain bahagia, justru pada saat itulah Anda mulai merasa bahagia. Dengan mengembagnkan pikiran penuh cinta kasih, saya berharap semoga penderitaan yang Anda rasakan bisa berkurang."

Pemuda-pemudi ketika masih berpacaran, mereka sangat memperhatikan pasangannya. Mereka berusaha saling membahagiakan pasangannya. Oleh karena ingin membahagiakan pasangannya, perasaan mereka dipenuhi kebahagiaan. Tetapi setelah menikah, biasanya mereka mulai banyak berharap kepada pasangannya.

Mereka menuntut pasangannya untuk ini dan itu, menuntut pasangannya untuk bersikap begini dan begitu. Ketika mereka mulai memikirkan diri sendiri dan mulai banyak menuntut, pada saat itulah penderitaan mulai datang.

Penderitaan datang saat kita menuntut orang lain untuk membahagiakan kita. Sebaliknya, kebahagiaan datang justru saat kita ingin membahagiakan orang lain.

(Dikutip dari buku : Bersahabat Dengan Kehidupan – Sri Pannyavaro)
sumber : kaskus.us



Klinik Rohani Links :
http://www.klinikrohani.com/


02 December 2008

Posted by ShureX Posted on December 02, 2008 | No comments

Bersyukur setiap saat

Buku Telepon

Suatu ketika di ruang kelas sekolah menengah, terlihat suatu percakapan yang menarik. Seorang Pak Guru, dengan buku di tangan, tampak menanyakan sesuatu kepada murid-muridnya di depan kelas. Sementara itu, dari mulutnya keluar sebuah pertanyaan.

"Anak-anak, kita sudah hampir memasuki saat-saat terakhir bersekolah disini. Setelah 3 tahun, pencapaian terbesar apa yang membuat kalian bahagia ?. Adakah hal-hal besar yang kalian peroleh selama ini ?"

Murid-murid tampak saling pandang. Terdengar suara lagi dari Pak Guru, "Ya, ceritakanlah satu hal terbesar yang terjadi dalam hidup kalian ..."

Lagi-lagi semua murid saling pandang, hingga kemudian tangan Pak Guru itu menunjuk pada seorang murid.

"Nah, kamu yang berkacamata, adakah hal besar yang kamu temui ? Berbagilah dengan teman-temanmu ..."

Sesaat, terlontar sebuah cerita dari si murid, "Seminggu yang lalu, adalah saat-saat yang sangat besar buat saya. Orang tua saya, baru saja membelikan sebuah motor, persis seperti yang saya impikan selama ini."

Matanya berbinar, tangannya tampak seperti sedang menunggang sesuatu. "Motor sport dengan lampu yang berkilat, pasti tak ada yang bisa mengalahkan kebahagiaan itu !"

Pak Guru tersenyum.
Tangannya menunjuk beberapa murid lainnya.
Maka, terdengarlah beragam cerita dari murid-murid yang hadir.

Ada anak yang baru saja mendapatkan sebuah mobil.
Ada pula yang baru dapat melewatkan liburan di luar negeri.
Sementara, ada murid yang bercerita tentang keberhasilannya mendaki gunung.

Semuanya bercerita tentang hal-hal besar yang mereka temui dan mereka dapatkan. Hampir semua telah bicara,hingga terdengar suara dari arah belakang.

"Pak Guru ... Pak, saya belum bercerita."

Rupanya, ada seorang anak di pojok kanan yang luput dipanggil.

Matanya berbinar. Mata yang sama seperti saat anak-anak lainnya bercerita tentang kisah besar yang mereka punya.

"Maaf, silahkan, ayo berbagi dengan kami semua," ujar Pak Guru kepada murid berambut lurus itu.

"Apa hal terbesar yang kamu dapatkan ?" ujar Pak Guru mengulang pertanyaannya kembali.

"Keberhasilan terbesar buat saya, dan juga buat keluarga saya adalah ... saat nama keluarga kami tercantum dalam Buku Telepon yang baru terbit 3 hari yang lalu."

Sesaat senyap.

Tak sedetik, terdengar tawa-tawa kecil yang memenuhi ruangan kelas itu.
Ada yang tersenyum simpul, terkikik-kikik, bahkan tertawa terbahak mendengar
cerita itu.

Dari sudut kelas, ada yang berkomentar, "Ha ? Saya sudah sejak lahir menemukan nama keluarga saya di Buku Telepon.

Buku Telepon ?
Betapa menyedihkan ... hahaha ..."

Dari sudut lain, ada pula yang menimpali, "Apa tak ada hal besar lain yang kamu dapat selain hal yang lumrah semacam itu ?"

Lagi-lagi terdengar derai-derai tawa kecil yang masih memenuhi ruangan.
Pak Guru berusaha menengahi situasi ini, sambil mengangkat tangan.

"Tenang sebentar anak-anak, kita belum mendengar cerita selanjutnya. Silahkan teruskan, Nak ..."

Anak berambut lurus itu pun kembali angkat bicara.

"Ya, memang itulah kebahagiaan terbesar yang pernah saya dapatkan.
Dulu, Papa saya bukanlah orang baik-baik.
Karenanya, kami sering berpindah-pindah rumah.
Kami tak pernah menetap, karena selalu merasa di kejar polisi."

Matanya tampak menerawang.
Ada bias pantulan cermin dari kedua bola mata anak itu, dan ia melanjutkan.

" Tapi, kini Papa telah berubah.
Dia telah mau menjadi Papa yang baik buat keluarga saya.
Sayang, semua itu tidak butuh waktu dan usaha.

Tak pernah ada Bank dan Yayasan yang mau memberikan pinjaman modal buat bekerja. Hingga setahun lalu, ada seseorang yang rela meminjamkan modal buat Papa saya.

Dan kini, Papa berhasil.
Bukan hanya itu, Papa juga membeli sebuah rumah kecil buat kami.
Dan kami tak perlu berpindah-pindah lagi."

"Tahukah kalian, apa artinya kalau nama keluarga saya ada di Buku Telepon?

Itu artinya, saya tak perlu lagi merasa takut setiap malam dibangunkan Papa untuk terus berlari. Itu artinya, saya tak perlu lagi kehilangan teman-teman yang saya sayangi.

Itu juga berarti, saya tak harus tidur di dalam mobil setiap malam yang dingin. Dan itu artinya, saya, dan juga keluarga saya, adalah sama derajatnya dengan keluarga-keluarga lainnya."

Matanya kembali menerawang. Ada bulir bening yang mengalir.

" Itu artinya, akan ada harapan-harapan baru yang saya dapatkan nanti ..."

Kelas terdiam.
Pak Guru tersenyum haru.
Murid-murid tertunduk.

Mereka baru saja menyaksikan sebuah fragmen tentang kehidupan. Mereka juga baru saja mendapatkan hikmah tentang pencapaian besar, dan kebahagiaan.

Mereka juga belajar satu hal :
" Bersyukurlah dan berbahagialah setiap kali kita mendengar keberhasilan orang lain.Sekecil apapun ...Sebesar apapun ..."


sumber : pentholdjkn.multiply.com

Aku bersyukur kepada-Mu, sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi keselamatanku. ~ Mzm 118:21

Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. ~ Mzm 139:14


Klinik Rohani Links :
http://www.klinikrohani.com/


01 December 2008

Posted by ShureX Posted on December 01, 2008 | No comments

Malaikat Pelindung

Suatu ketika ada seorang bayi yang siap untuk dilahirkan. Maka ia bertanya kepada Tuhan, “Ya Tuhan, engkau akan mengirimkan aku ke bumi. Tapi aku takut, aku masih sangat kecil dan tak berdaya. Siapakah nanti yang akan melindungiku disana?”

Tuhanpun menjawab, “Diantara semua malaikat-Ku, Aku akan memilih seseorang yang khusus untukmu, dia akan merawat dan mengasihimu.”

Si kecil bertanya lagi, “Tapi disini disurga ini aku tak berbuat apa-apa, kecuali tersenyum dan bernyanyi. Semua itu sudah cukup untuk membuatku bahagia.”

Tuhanpun menjawab, “Taka apa, Malaikatmu itu akan selalu menyenandungkan lagu untukmu dan dia akan membuatmu tersenyum setiap hari. Kamu akan merasakan cinta dan kasih sayang, dan itu semua pasti akan membuatmu bahagia.”

Namun Si kecil bertanya lagi, “Bagaimana aku bisa mengerti ucapan mereka, jika aku tak tahu bahasa yang mereka pakai?

Tuhanpun menjawab, “Malaikatmu itu akan membisikkanmu kata-kata yang indah, dia akan selalu sabar berada disampingmu. Dan dengan kasihnya dia akan mengajarkanmu berbicara dengan bahasa manusia.

Si kecil bertanya lagi, “Lalu bagaimana jika aku ingin berbicara padamu Ya Tuhan?”

Tuhanpun kembali menjawab, “Malaikatmu itu akan membimbingmu, dia akan menengadahkan tangannya bersamamu dan mengajarkanmu untuk berdo’a.”

Lagi-lagi Si kecil menyelidik, “Namun aku mendengar disana banyak sekali orang jahat, siapakah nanti yang akan melindungiku?”

Tuhanpun menjawab, “Tenang, malaikatmu akan terus melindungimu walaupun nyawa yang menjadi taruhannya. Dia sering akan melupakan kepentingannya sendiri untuk keselamatanmu.”

Namun Sikecil kini malah menjadi sedih, “Tuhan tentu aku akan menjadi sedih jika tak melihat-Mu lagi.”

Tuhan menjawab lagi, “Malaikatmu akan selalu mengajarkan keagungan-Ku, dan dia akan mendidikmu bagaimana agar selalu patuh dan taat kepada-Ku. Dia akan selalu membimbingmu untuk selalu mengingat-Ku. Walau begitu aku akan selalu ada disisimu.”

Hening. Kedamaianpun kembali menerpa surga. Suara-suara panggilan dari bumi mulai sayup-sayup terdengar. “Ya Tuhan, aku akan pergi sekarang, tolong sebutkan nama dari malaikat pelingdungku itu…”

Tuhan kembali menjawab, “Nama malaikatmu itu tak begitu penting… Hanya saja kamu akan sering menyebutnya dengan panggilan: Ibu…”


Oleh: Tidak Diketahui
sumber : heartnsouls.com




Klinik Rohani Links :
http://www.klinikrohani.com/


Posted by ShureX Posted on December 01, 2008 | No comments

MENANTIKAN SUKACITA

Sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai.
—Mazmur 30:6


Baca: 2 Korintus 4:8-18

Sebagian besar hidup kita berpusat pada masa-masa penantian. Kita akan sangat merasa kehilangan jika pada suatu pagi kita bangun dan tiba-tiba mendengar pengumuman tak terduga: "10 menit lagi Natal!" Sukacita dalam banyak peristiwa hidup dialami karena kita memiliki waktu untuk menantikannya.

Hari Natal, acara liburan, perjalanan misi, pertandingan olahraga. Semuanya menjadi semakin bernilai disebabkan oleh jam-jam yang kita habiskan untuk menanti datangnya saat-saat itu—semua kesenangan, tantangan, dan kegembiraan yang akan datang dari pengalaman itu silih berganti memenuhi benak kita.

Saya terpikir akan nilai dari sebuah penantian dan perasaan menggebu-gebu yang menyertainya di dalam hati manusia saat saya membaca Mazmur 30:6, "Sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar soraksorai." Sang pemazmur sedang menyatakan suatu pemikiran yang memberikan penghiburan, yaitu bahwa kesusahan duniawi hanya terasa sesaat saja jika dibandingkan dengan sukacita yang kita nantikan akan terjadi di surga hingga selamaselamanya. Rasul Paulus menuliskan pemikiran yang serupa dalam 2 Korintus 4:17. Dalam ayat tersebut, kita menemukan bahwa "penderitaan ringan" akan menuntun kita pada kemuliaan kekal.

Untuk saat ini, sebagian dari kita yang berdukacita dapat terus memiliki pengharapan daripada tenggelam dalam keputusasaan dan memiliki sikap hati yang menantikan daripada terus berduka. Mungkin saja hati kita mengalami kelamnya malam hari, tetapi di hadapan kita terbentang fajar kekekalan. Dan seiring fajar itu, Allah menjanjikan sukacita yang tak akan pernah berakhir dari pagi surgawi. —JDB

Kesengsaraan, dukacita, dan penderitaan
Tidak lain adalah batu loncatan surga
Menuju hari esok yang cerah dan penuh sukacita
Tempat di mana tidak ada lagi kesedihan. —Glass

Kita mampu menghadapi pencobaan dalam hidup ini karena adanya janji sukacita di kehidupan mendatang.


Sumber : rbcintl.org


Klinik Rohani Links :
http://www.klinikrohani.com/


  • Text Widget