Mg Biasa XVIII
Bacaan :
Yes 55:1-3;
Rm 8:35.37-39;
Mat 14:13-21
“Tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka.”
“Bless in disguise” , Rahmat terselubung, itulah kata-kata yang mungkin layak dikenakan terkait dengan bencana alam tsunami di Aceh, gempa bumi di Yogyakarta dan Klaten, dst.. Di satu sisi terjadi penderitaan yang dialami oleh para korban bencana alam dan di sini lain banyak orang ‘tergerak hatinya oleh belas kasihan kepada mereka yang menjadi korban bencana alam’. Mereka yang tergerak oleh belas kasihan selain mereka yang langsung menyaksikan para korban tetapi juga mereka yang hanya mendengar atau menyaksikan berita di media massa, entah televisi atau media cetak.
Di tingkat dunia, entah sebagai Negara atau LSM begitu tanggap untuk segera mengulurkan bantuan bagi para korban Demikian juga rekan-rekan yang berada di Jakarta: mereka yang mungkin dalam hidup sehari-hari bekerja di kantor di depan meja atau hanya tinggal perintah kepada bawahan, tergerak oleh belas kasihan pada korban bencana alam, tidak hanya menyumbangkan sebagian kekayaan tetapi juga bekerja keras, berpartisipasi entah menurunkan atau menaikkan barang-barang(dos dll) dari atau ke mobil/truk, yang akan diteruskan ke para korban. Penderitaan, korban dst..rasanya memang menyentuh atau menggelitik hati orang-orang baik untuk menghayati keutamaan belas kasihan kepada mereka yang menderita atau menjadi korban.
“Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit” (Mat 14:14)Yesus datang ke dunia memang bertugas untuk membahagiakan atau menyelamatkan manusia, menyelamatkan dunia. Maka ketika melihat orang kelaparan, sakit atau menderita hatiNya tergerak untuk menolong mereka. Dalam kisah Warta Gembira hari ini diceriterakan ada banyak orang lelah, letih dan kelaparan, yang sungguh membutuhkan pertolongan.
Melihat orang banyak itu para murid minta kepada Yesus agar ‘mengusir’ mereka karena hari menjelang malam, janganlah mereka menjadi beban, sementara itu Yesus tergerak hatiNya untuk memberi makan kepada mereka. Suatu kesempatan yang baik untuk menyingkapkan jati driNya: Ia membuat mujizat dengan menggandakan ‘lima roti dan dua ikan’ untuk memberi makan ribuan orang. Mujizat terjadi: ribuan orang makan kenyang bahkan berkelimpahan.
Apa yang dikerjakan oleh Yesus ini kiranya layak kita renungkan atau refleksikan. Di sekitar hidup bersama atau kerja kita kiranya ada atau banyak orang yang memerlukan bantuan karena kelaparan, sakit atau menderita atau mungkin ada orang lapar, sakit atau menderita pada suatu saat mendatangi rumah, kantor atau tempat kerja kita. Marilah kita buka hati, jiwa, akal budi dan tubuh atau harta benda kita untuk menolong mereka.
Kami percaya bahwa masing-masing dari kita memiliki hati, yang tergerak oleh belas kasihan, maka hendaknya diwujudkan dalam tindakan. Marilah memberi dalam kekurangan bukan dalam kelimpahan, karena memberi dari atau dalam kelimpahan berarti membuang sampah alias menjadikan orang lain tempat sampah atau melecehkan yang lain, melanggar hak asasi atau harkat martabat manusia. Percayalah, imanilah jika kita berani memberi dari atau dalam kekurangan, pasti akan terjadi mujizat, sebagaimana terjadi ketika Yesus menggandakan ‘lima roti dan dua ikan’ untuk ribuan orang yang kelaparan.
“Mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh. Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak” (Mat 14:20-21)demikian berita dari peristiwa penggandaan roti dan ikan, Hemat saya Tuhan menganugerahi kita semua, manusia di dunia ini, makanan dan minuman yang memadai atau cukup bagi semua. Namun karena ada sementara orang atau kelompok yang serakah, mengumpulkan dan menikmati makanan dan minuman begitu banyak bagi dirinya sendiri atau kelompoknya, maka masih ada yang berkekurangan atau kelaparan. “Berilah kami hari ini rejeki secukupnya”, demikian bagian dari doa Bapa Kami yang kiranya setiap hari kita doakan. Kami percaya jika masing-masing dari kita menghayati doa tersebut akan terjadilah kelimpahan makanan dan minuman dan tidak ada lagi orang yang kelaparan.
“Aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8:38-39)
Apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat di Roma ini kiranya layak menjadi permenungan atau refleksi kita. Masing-masing dari kita diciptakan, dikandung dan dilahirkan, dibesarkan dan dididik dalam dan oleh kasih Allah yang menjadi nyata dalam atau melalui orangtua kita masing-masing serta mereka yang telah berbuat baik kepada kita. Dengan kata lain kasih Allah telah kita terima secara melimpah ruah, sebagaimana sisa makanan dalam penggandaan roti yang diwartakan hari ini.
Allah mengasihi kita tanpa syarat, dalam keadaan atau kondisi macam apapun, maka selayaknya kasih Allah tersebut kita teruskan kepada sesama dan saudara-saudari kita dalam keadaan atau kondisi apapun. Kasih Allah diberikan atau diteruskan ke yang lain tidak akan berkurang, justru terjadi sebaliknya akan semakin mendalam, kuat dan melimpah ruah.
Sebaliknya bagi siapapun yang merasa terbatas atau kekurangan dalam hal uang, marilah kita tanggapi dan refleksikan seruan Tuhan melalui nabi Yesaya ini:
“Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat.”(Yes 55:1-2).Saya dengar dari sana-sini di era atau massa tehnologi canggih seperti HP (Hand Phone), cukup banyak pelajar, mahasiswa atau generasi muda yang memiliki HP sering lebih menggunakan uang saku untuk membeli tambahan pulsa daripada membeli makanan bergizi, atau sementara generasi muda bahkan menggunakan uang untuk membeli ganja atau narkoba, yang sungguh merusak tubuh maupun pribadi yang bersangkutan.
Makanan bergizi sangat penting untuk kesehatan tubuh kita, yang juga berdampak dengan kecerdasan kita, maka marilah kita perhatikan untuk menikmati makanan bergizi, syukur menghayati motto ‘empat sehat lima sempurna’ serta diiringi dengan olahraga yang memadai.
Kasih Allah memang harus menjadi nyata dalam kesehatan dan kebugaran tubuh dan pribadi kita masing-masing.
"Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu” (Kej 1:29)demikian sabda Tuhan kepada kita semua, Semoga sabda ini menyentuh dan menggerakkan hati kita untuk bertindak. Kami berharap aneka usaha penghijauan, entah di kebun rumah maupun di jalan-jalan, hendaknya diusahakan tanaman yang menghasilkan buah, yang berguna bagi manusia. Tanaman yang memadai untuk itu antara lain ‘pohon mangga’, yang tahan terhadap aneka macam jenis cuaca. Maka tanamilah lahan kosong maupun usaha penghijauan jalan dengan ‘pohon mangga’. Ada ketakutan atau kekhawatiran, katanya pohon mangga akan menimbulkan kejahatan, yaitu anak-anak atau siapapun akan mencuri. Jika semua menanam pohon mangga kiranya tidak akan ada pencuri mangga, dan mungkin kita akan menjadi produsen mangga.
“TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya.TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.” (Mzm 145:8-9)
Jakarta, 3 Agustus 2008
Sumber : Romo maryo
0 Komentar:
Post a Comment
Setelah dibaca apa anda punya komentar untuk artikel diatas ?
Jika anda merasa tersentuh, terinspirasi, termotivasi dengan artikel ini bagikan bersama kami dengan meninggalkan pesan, kesan atau komentar apa saja.
Semoga komentar anda dapat menjadi semangat bagi yang lainnya.