06 September 2008

Posted by ShureX Posted on September 06, 2008 | No comments

Renungan 06 September 2008

Minggu Biasa XXIII

"Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata”

Bacaan :
  • Yeh 33:7-9;
  • Rm 13:8-10;
  • Mat 18:15-20
“Negative thinking” dan kebiasaan ngrumpi atau ‘ngrasani’ rasanya cukup marak dalam kehidupan kita masa kini. Ngrumpi atau ‘ngrasani’ pada umum membicarakan kekurangan, kejahatan atau kelemahan orang lain dan orang lain tersebut tidak ada dihadapan mereka alias mendengarkan apa yang sedang dibicarakan tentang dirinya. Sebagai contoh:

(1) bus, kereta api atau pesawat terbang terlambat berangkat atau kedatangan kemudian membicarakan berbagai kekurangan dan kelemahan dari pengelola transportasi atau pemerintah,

(2) merasa dikecewakan oleh saudara-saudarinya, rekan kerja dst.. kemudian dengan leluasa menjelek-jelekan orang yang bersangkutan,

(3) makanan atau minuman tidak enak kemudian ngrasani yang memasak atau yang menyediakan, dst…

Mereka yang suka ngrasani atau ngrumpi hemat kami berarti orang yang tidak pernah bahagia di dalam hidupnya, memboroskan pikiran dan tenaga yang tiada guna. Ngrasani atau ngrumpi juga melecehkan harta martabat orang lain alias melanggar hak azasi manusia. Orang yang memiliki hobby ngrasani atau ngrumpi juga tidak ksatria. Maka marilah kita renungkan dan refleksikan sabda-sabda atau warta gembira hari ini.

"Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata” (Mat 18:15a)

Sabda Yesus di atas inilah kiranya yang menjiwai St.Ignatius Loyola, sebagaimana ia nasihatkan bagi siapapun yang menghendaki tumbuh berkembang sebagai orang beriman, cerdas spiritual: “Setiap orang kristiani yang baik tentu lebih bersedia membenarkan pernyataan sesamanya daripada mempersalahkanya. Jika tak dimengerti, yang menyatakan hendaklah ditanya apakah yang dimaksudkan; dan jika dia salah hendaklah dibetulkan dengan cintakasih; dan jika itu belum cukup hendaklah digunakan segala upaya yang sesuai, supaya sampai pada pemahaman yang benar, dan dengan demikian dijauhkan dari kesalahan” (St.Ignatius Loyola, LR no 22). . Jika kita berani mawas diri dengan benar dan cermat, kiranya masing-masing dari kita telah memiliki pengalaman ini, yaitu ketika kita masih anak-anak diberi nasihat oleh orangtua senantiasa membenarkan dan melaksanakan nasihat tersebut, ketika kita sedang belajar di sekolah (TK, SD, SMP, dst..) senantiasa membenarkan dan menerima apa yang diajarkan atau dikatakan oleh guru atau dosen kita. Dengan kata lain masing-masing dari kita memiliki modal atau kekuatan untuk menghayati sabda Yesus di atas.

“Menegor saudara kita yang bersalah di bawah empat mata” berarti ketika kita melihat saudara kita bersalah maka kita ajak saudara tersebut berduaan atau curhat. Didalam menyampaikan tegoran hendaknya dengan rendah hati dan lemah lembut: mohon kejelasan atas apa yang kita lihat sebagai yang salah, tanpa menuduh atau mengadilinya. Baiklah perjumpaan atau curhat tersebut diawali dengan doa bersama, agar pembicaraan atau curhat ada di dalam Tuhan.

Dengan kata lain pembicaraan berdua menjadi pembicaraan rohani, atau ‘bimbingan rohani’, dimana masing-masing pihak membuka diri atas bisikan dan sentuhan Roh Kudus dan Roh Kuduslah yang akan menunjukkan atau memperlihatkan kebenaran-kebenaran serta apa yang harus kita katakan atau bicarakan berdua/bersama. Jika dengan cara demikian gagal maka baiklah baru melangkah ke cara berikutnya, yaitu “bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan “ (Mat 18:16), dan jika masih gagal baru melangkah cara terakhir, yang kiranya tidak kita kehendaki atau harapkan, yaitu: “Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.”(Mat 18:17)

Cara lain menegor mereka yang berbuat salah antara lain mendoakannya, sebagaimana pernah saya dengar sharing dari seorang bapak. Bapak tersebut membiasakan adanya doa bersama di dalam keluarga, serta melatih anak-anaknya untuk berdoa dan memimpin doa bersama. Bapak tersebut setiap hari berangkat ke kantor/tempat kerja dengan mengendarai sepeda motor: pada awal ia setia mengenakan helm tetapi kemudian, entah karena apa ia enggan lagi mengenakan helm ketika mengendarai sepeda motor. Di dalam doa bersama, salah seorang anaknya berdoa bagi sang bapak demikian: “Ya Tuhan kami berterima kasih atas bapak-ibu yang baik, lebih-lebih bapak yang bekerja keras untuk kami.

Semoga bapak senantiasa mengenakan helm dalam mengendarai sepeda motor agar selamat di perjalanan. Amin”. Sang bapak tersebut memang pernah berkata kepada anak-anaknya perihal pemakaian helm demi keselamatan, maka ketika mendengar doa anaknya ia melelehkan air mata, merasa ditegor dengan keras oleh anaknya. Ia bertobat dan kemudian tidak lupa mengenakan helm ketika mengendarai sepeda motor. Silahkan berdoa bagi siapapun yang kita nilai bersalah atau telah menyakiti kita.
“Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapa pun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain mana pun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat “(Rm 13:8-10)
“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!”, demikian peringatan atau nasihat Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua orang beriman. “Mengasihi diri sendiri” antara lain berarti senantiasa menjaga atau merawat diri agar tetap sehat wal’afiat lahir dan batin, cerdas spiritual: hati, jiwa, akal budi dan tubuh senantiasa segar bugar. Yang paling mudah, dalam arti kelihatan, namun belum tentu dilakukan oleh semua orang, adalah menjaga kesehatan tubuh: makan dengan berpedoman ‘empat sehat lima sempurna’, tidur/istirahat cukup, sering berolahraga, misalnya erobik(jalan kaki, lari atau berenang), dst… Kesehatan dan kesegar-bugaran tubuh akan mendukung kesehatan jiwa, hati dan akal budi. Jika diri kita sehat wal’afiat maka kiranya kita dengan mudah untuk mengasihi sesama dan saudara-saudari kita. Sehat bugar antara lain memang ‘tidak berzinah, tidak membunuh atau melecehkan yang lain, tidak mencuri’.

“Mengasihi sesama manusia” berarti mengajak, mendampingi atau mengingatkan sesama manusia untuk menjaga dan merawat dirinya agar tetap dalam keadaan segar bugar jiwa, hati, akal budi dan tubuh. Marilah kita renungkan dan hayati firman Tuhan yang disampaikan melalui nabi Yeheskiel ini: “Jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu supaya ia bertobat dari hidupnya, tetapi ia tidak mau bertobat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu” (Yeh 33:9). Firman ini baik menjadi permenungan bagi yang memperingatkan maupun yang diingatkan. Hendaknya baik yang memperingatkan maupun yang mengingatkan senantiasa bersikap rendah hati. Bagi ‘yang memperingatkan’ rendah hati berarti menyapa ‘yang diingatkan’ dengan lembut dan sabar, sedangkan bagi ‘yang diingatkan’ rendah hati berarti membuka hati, jiwa, akal budi dan tubuh alias siap sedia untuk ‘disakiti’ hati, jiwa, akal budi maupun tubuhnya. Untuk bertobat, tumbuh dan berkembang atau memperbaharui diri hemat saya harus siap sedia untuk ‘sakit’, dan menderita.
“Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku” (Mzm 95:6-9)

Jakarta, 7 September 2008
Sumber : Romo maryo



Klinik Rohani Links :
http://www.klinikrohani.com/


Categories:

0 Komentar:

Post a Comment

Setelah dibaca apa anda punya komentar untuk artikel diatas ?
Jika anda merasa tersentuh, terinspirasi, termotivasi dengan artikel ini bagikan bersama kami dengan meninggalkan pesan, kesan atau komentar apa saja.

Semoga komentar anda dapat menjadi semangat bagi yang lainnya.

  • Text Widget