Suatu kali saya dan teman saya mendaftarkan diri untuk mengikuti senam aerobik di sebuah sanggar senam. Sebetulnya saya dan teman saya bukanlah orang dengan tubuh yang kelebihan berat badan sehingga kami harus berusaha untuk menurunkan dengan cara berolah raga. Alasan kami mengikuti senam karena kami merasa perlu berolah raga untuk menjaga kebugaran tubuh kami. Sore itu kami pun mulai berlatih senam. Dalam ruangan berukuran 7 x 8 m itu ada kira-kira 20-an orang perempuan yang berlatih senam. Pada latihan perdana saya, saya merasa kagok dan berkali-kali ketinggalan mengikuti gerakan instruktur senam dengan musik yang berdentum-dentum. Ini membuat saya sedikit merasa jengkel dan malu, malu dilihat yang lainnya. Selanjutnya setelah 2-3 kali latihan saya bisa mengikutinya.
Selama latihan senam itu saya melihat dan berpikir bahwa orang mau bersusah payah untuk mendapatkan sesuatu. Contohnya saja para perempuan di sanggar senam itu. Ibu-ibu yang tubuhnya sudah tidak bisa dikatakan bagus lagi karena usia harus bersusah payah berlatih senam untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal. Mereka tidak saja harus mengeluarkan uang tapi juga harus menyisihkan waktunya. Ada banyak motivasi yang mendasari perempuan-perempuan itu mengikuti senam. Ingin mendapatkan bentuk tubuh yang bagus, ideal adalah sebagian besar alasannya. Ada juga karena ingin menjaga kondisi tubuh agar tetap bugar dan fit seperti saya dan teman saya. Dan tidak jarang mereka mengikuti senam untuk mengisi waktu di sore hari.
Ingat latihan senam untuk mendapatkan tubuh yang ideal membuat saya tersadar akan usaha-usaha manusia berlatih guna memperoleh sesuatu. Seorang atlit lari atau perenang harus meluangkan waktu setidaknya 2-3 jam untuk latihan setiap hari. Seorang perenang bukan tidak mungkin harus bangun pagi-pagi buta dan menceburkan diri di kolam renang dengan air yang bisa membuat badan menggigil. Seorang atlit lari harus berlatih berlari tatkala semua orang masih lelap dalam tidur mereka.
Latihan juga diperlukan oleh seorang pelajar dalam mengerjakan soal-soal agar mereka lulus ujian. Sebelum menghadapi ujian nasional seorang pelajar di bangku terakhir harus giat membiasakan diri dengan soal-soal setiap hari. Bahkan seorang seniman lukispun harus mengasah kemampuan seni setiap saat. Agar hasil lukisannya baik. Seorang bayi berumur sekitar 9-12 bulan pun harus berlatih berjalan. Berkali-kali mencoba berjalan satu dua langkah, jatuh kemudian berdiri lagi.
Jika kita perhatikan, orang mau bersusah payah berlatih untuk mendapatkan sesuatu dalam urusan duniawi. Seorang atlit atau perenang berlatih agar bisa memperoleh kemenangan. Seorang pelajar harus berlatih menyelesaikan soal-soal agar ia lulus ujian nasional. Seorang pelukis harus berlatih agar menghasilkan lukisan-lukisan yang indah. Seorang ibu paruh baya meluangkan waktunya tiap sore berlatih senam agar memperoleh bentuk tubuh yang ideal.
Begitu pula untuk kehidupan rohani dan hal-hal yanga bersifat kekal. Paulus menasehatkan Timotius sebagai rekan sepelayanannya yang masih muda untuk berlatih secara rohani. Dalam pelayanannya Timotius menghadapi pengajar-pengajar sesat yang telah menjerumuskan jemaat Tuhan saat itu. Pengajaran sesat tentunya menghalangi pelayanan Timotius. Timotius yang masih muda harus menghadapi hal ini. Dalam 1 Tim 4:8 Paulus mengingatkan agar Timotius melatih dirinya beribadah. Lebih lanjut Paulus mengatakan bahwa ibadah itu berguna dalam segala hal karena mengandung janji, baik untuk hidup kita saat ini, juga untuk hidup yang akan datang.
Melalui ibadah, persekutuan dengan Allah kia akan diperlengkapi dengan banyak hal. Tuhan akan berbicara kepada kita melalui firmanNya. Tuhan akan mengkuatkan kita melalui doa-doa yang kita panjatkan. Tuhan juga mendukung kita melalui persekutuan ibadah kita dengan orang-orang seiman. Latihan ibadah merupakan wujud kehidupan relegius kita yang akan berdampak pada kehidupan speritualitas kita. Jika kita mempunyai hubungan pribadi yang dekat dengan Tuhan maka kehidupan iman kita akan bertumbuh. Selanjutnya Tuhan akan melihat apakah latihan ibadah kita melalui banyak hal yang kita hadapi dalam hidup ini. Contohnya saja kita dilatih untuk belajar mengkontrol emosi kita. Apakah kita masih orang yang pemarah? Akan menjadi ibadah yang mubajir jika kita tetap menjadi orang yang pemarah setelah kita keluar dari kebaktian minggu. Akan menjadi tak berguna saat teduh yang kita lakukan tiap pagi jika kita masih menjadi orang yang tidak peka akan masalah orang lain.
Suatu kali, Tuhan mengingatkan saya akan pentingnya mengontrol amarah saya dalam satu bacaan saat teduh. Saya merasa diingatkan untuk tidak gampang marah. Saya merasa firman Tuhan yang saya baca pagi hari tersebut mengunggah saya untuk menjadi orang yang sabar dan tidak marah. Kemudian saat saya berada di kantor Tuhan melatih saya apakah saya bisa melakukan firman Tuhan itu. Saya diperhadapkan dengan pekerjaan yang menuntut kesabaran, saya harus berhadapan dengan atasan yang memberikan banyak tugas hari itu. Saya juga harus menghadapi situasi dan kondisi pekerjaan yang membuat saya gampang marah. Saya tahu ini adalah kelanjutkan latihan ibadah saya setelah saya bersaat teduh. Pada kesempatan yang lain Tuhan juga mengajarkan kepada saya agar tidak menjadi orang yang suka bergosip. Pelajaran ini saya dapatkan melalui kotbah di kebaktian minggu pagi. Selanjutnya Tuhan melatih saya apakah saya masih sering bergosip dengan orang-orang sekitar saya. Saya terus diingatkan apakah saya mampu menahan keinginan untuk tidak bergosip.
Latihan-latihan yang Tuhan berikan dalam hidup kita bertujuan agar kita menghasilkan buah-buah Roh (Gal 5:22). Tuhan menginginkan kita mempunyai karakter Kristus. Tentunya karakter tersebut tidak begitu saja muncul dalam diri kita. Kita harus melalui latihan-latihan bersama Tuhan. Jika untuk hal-hal duniawi kita rela mengkorban waktu, tenaga, dan uang untuk menghasilkan sesuatu maka alangkah mulianya jika kita mau menyediakan hati kita untuk dilatih Tuhan agar kita memperoleh buah-buah Rohani. Buah-buah roh yang akan memperlengkapi kita menjalani hidup lebih baik lagi. Amin.
Oleh : Christina Dameria
sumber : http://www.glorianet.org/
Selama latihan senam itu saya melihat dan berpikir bahwa orang mau bersusah payah untuk mendapatkan sesuatu. Contohnya saja para perempuan di sanggar senam itu. Ibu-ibu yang tubuhnya sudah tidak bisa dikatakan bagus lagi karena usia harus bersusah payah berlatih senam untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal. Mereka tidak saja harus mengeluarkan uang tapi juga harus menyisihkan waktunya. Ada banyak motivasi yang mendasari perempuan-perempuan itu mengikuti senam. Ingin mendapatkan bentuk tubuh yang bagus, ideal adalah sebagian besar alasannya. Ada juga karena ingin menjaga kondisi tubuh agar tetap bugar dan fit seperti saya dan teman saya. Dan tidak jarang mereka mengikuti senam untuk mengisi waktu di sore hari.
Ingat latihan senam untuk mendapatkan tubuh yang ideal membuat saya tersadar akan usaha-usaha manusia berlatih guna memperoleh sesuatu. Seorang atlit lari atau perenang harus meluangkan waktu setidaknya 2-3 jam untuk latihan setiap hari. Seorang perenang bukan tidak mungkin harus bangun pagi-pagi buta dan menceburkan diri di kolam renang dengan air yang bisa membuat badan menggigil. Seorang atlit lari harus berlatih berlari tatkala semua orang masih lelap dalam tidur mereka.
Latihan juga diperlukan oleh seorang pelajar dalam mengerjakan soal-soal agar mereka lulus ujian. Sebelum menghadapi ujian nasional seorang pelajar di bangku terakhir harus giat membiasakan diri dengan soal-soal setiap hari. Bahkan seorang seniman lukispun harus mengasah kemampuan seni setiap saat. Agar hasil lukisannya baik. Seorang bayi berumur sekitar 9-12 bulan pun harus berlatih berjalan. Berkali-kali mencoba berjalan satu dua langkah, jatuh kemudian berdiri lagi.
Jika kita perhatikan, orang mau bersusah payah berlatih untuk mendapatkan sesuatu dalam urusan duniawi. Seorang atlit atau perenang berlatih agar bisa memperoleh kemenangan. Seorang pelajar harus berlatih menyelesaikan soal-soal agar ia lulus ujian nasional. Seorang pelukis harus berlatih agar menghasilkan lukisan-lukisan yang indah. Seorang ibu paruh baya meluangkan waktunya tiap sore berlatih senam agar memperoleh bentuk tubuh yang ideal.
Begitu pula untuk kehidupan rohani dan hal-hal yanga bersifat kekal. Paulus menasehatkan Timotius sebagai rekan sepelayanannya yang masih muda untuk berlatih secara rohani. Dalam pelayanannya Timotius menghadapi pengajar-pengajar sesat yang telah menjerumuskan jemaat Tuhan saat itu. Pengajaran sesat tentunya menghalangi pelayanan Timotius. Timotius yang masih muda harus menghadapi hal ini. Dalam 1 Tim 4:8 Paulus mengingatkan agar Timotius melatih dirinya beribadah. Lebih lanjut Paulus mengatakan bahwa ibadah itu berguna dalam segala hal karena mengandung janji, baik untuk hidup kita saat ini, juga untuk hidup yang akan datang.
Melalui ibadah, persekutuan dengan Allah kia akan diperlengkapi dengan banyak hal. Tuhan akan berbicara kepada kita melalui firmanNya. Tuhan akan mengkuatkan kita melalui doa-doa yang kita panjatkan. Tuhan juga mendukung kita melalui persekutuan ibadah kita dengan orang-orang seiman. Latihan ibadah merupakan wujud kehidupan relegius kita yang akan berdampak pada kehidupan speritualitas kita. Jika kita mempunyai hubungan pribadi yang dekat dengan Tuhan maka kehidupan iman kita akan bertumbuh. Selanjutnya Tuhan akan melihat apakah latihan ibadah kita melalui banyak hal yang kita hadapi dalam hidup ini. Contohnya saja kita dilatih untuk belajar mengkontrol emosi kita. Apakah kita masih orang yang pemarah? Akan menjadi ibadah yang mubajir jika kita tetap menjadi orang yang pemarah setelah kita keluar dari kebaktian minggu. Akan menjadi tak berguna saat teduh yang kita lakukan tiap pagi jika kita masih menjadi orang yang tidak peka akan masalah orang lain.
Suatu kali, Tuhan mengingatkan saya akan pentingnya mengontrol amarah saya dalam satu bacaan saat teduh. Saya merasa diingatkan untuk tidak gampang marah. Saya merasa firman Tuhan yang saya baca pagi hari tersebut mengunggah saya untuk menjadi orang yang sabar dan tidak marah. Kemudian saat saya berada di kantor Tuhan melatih saya apakah saya bisa melakukan firman Tuhan itu. Saya diperhadapkan dengan pekerjaan yang menuntut kesabaran, saya harus berhadapan dengan atasan yang memberikan banyak tugas hari itu. Saya juga harus menghadapi situasi dan kondisi pekerjaan yang membuat saya gampang marah. Saya tahu ini adalah kelanjutkan latihan ibadah saya setelah saya bersaat teduh. Pada kesempatan yang lain Tuhan juga mengajarkan kepada saya agar tidak menjadi orang yang suka bergosip. Pelajaran ini saya dapatkan melalui kotbah di kebaktian minggu pagi. Selanjutnya Tuhan melatih saya apakah saya masih sering bergosip dengan orang-orang sekitar saya. Saya terus diingatkan apakah saya mampu menahan keinginan untuk tidak bergosip.
Latihan-latihan yang Tuhan berikan dalam hidup kita bertujuan agar kita menghasilkan buah-buah Roh (Gal 5:22). Tuhan menginginkan kita mempunyai karakter Kristus. Tentunya karakter tersebut tidak begitu saja muncul dalam diri kita. Kita harus melalui latihan-latihan bersama Tuhan. Jika untuk hal-hal duniawi kita rela mengkorban waktu, tenaga, dan uang untuk menghasilkan sesuatu maka alangkah mulianya jika kita mau menyediakan hati kita untuk dilatih Tuhan agar kita memperoleh buah-buah Rohani. Buah-buah roh yang akan memperlengkapi kita menjalani hidup lebih baik lagi. Amin.
Oleh : Christina Dameria
sumber : http://www.glorianet.org/
0 Komentar:
Post a Comment
Setelah dibaca apa anda punya komentar untuk artikel diatas ?
Jika anda merasa tersentuh, terinspirasi, termotivasi dengan artikel ini bagikan bersama kami dengan meninggalkan pesan, kesan atau komentar apa saja.
Semoga komentar anda dapat menjadi semangat bagi yang lainnya.