—Pengkhotbah 9:9
Bacaan: Kejadian 24:61-67
Seorang pria mengunjungi pendetanya untuk konseling. Di tangannya ada berlembar-lembar keluhan tentang istrinya. Setelah berjam-jam mendengarkan keluh kesahnya, pendetanya itu tidak dapat menahan lagi untuk tidak bertanya, "Jika istri Anda sedemikian buruknya, mengapa Anda menikahinya?" Segera pria itu menjawab dengan ketus, "Ia tidak seperti itu sebelumnya!" Pendeta yang tidak ragu dalam mengungkapkan pikirannya ini bertanya, "Jadi, apakah Anda ingin mengatakan bahwa istri Anda berubah menjadi seperti sekarang karena ia menikah dengan Anda?"
Terlepas dari benar atau tidaknya cerita itu, cerita tersebut menyatakan pelajaran penting yang dapat dipelajari. Kadang-kadang, perasaan terhadap pasangan kita mungkin bertambah dingin. Namun, cinta itu lebih dari perasaan semata—cinta adalah komitmen seumur hidup.
Meskipun kebanyakan orang memilih untuk menikah hanya karena cinta, tetapi dalam banyak kebudayaan, ada orang yang menikah karena telah dijodohkan. Di dalam kehidupan Ishak dan Ribka yang tercatat dalam kitab Kejadian, cinta timbul setelah pernikahan. Dikatakan dalam pasal 24 bahwa Ishak menikahi Ribka dan kemudian Ishak mencintainya (ay.67).
Cinta alkitabiah adalah memiliki makna kerelaan kita untuk melakukan apa yang baik bagi pasangan kita. Suami diperintahkan untuk "mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri" (Ef. 5:28).
Jadi, dalam ketaatan kepada Tuhan, marilah kita mempertahankan janji nikah kita untuk mencintai pasangan kita "sampai maut memisahkan kita." —AL
Melalui rasa sakit dan pergumulan;
Dan dengan pertolongan dan anugerah Allah
Kita akan menjaga janji ini sehidup semati.
—D. De Haan
============================
Cinta lebih dari sekadar perasaan, itu adalah suatu komitmen.
sumber : http://www.rbcintl.org/
--------------------------
I Korintus 7:10-11 Kepada orang-orang yang telah kawin aku -- tidak, bukan aku, tetapi Tuhan -- perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya. Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya.
Matius 19:6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
0 Komentar:
Post a Comment
Setelah dibaca apa anda punya komentar untuk artikel diatas ?
Jika anda merasa tersentuh, terinspirasi, termotivasi dengan artikel ini bagikan bersama kami dengan meninggalkan pesan, kesan atau komentar apa saja.
Semoga komentar anda dapat menjadi semangat bagi yang lainnya.