Cinta adalah nikmat Allah yang besar selain keimanan dan kesehatan. Cinta harus mampu menyucikan akal, menyingkirkan kekhawatiran dan membangkitkan semangat.
Cinta juga harus bisa mendorong manusia untuk memelihara hati yang mulia. Cinta tak lain adalah wujud timbangan akal dan rasa. Ia adalah ciptaan yang mulia. Bukan karena dorongan nafsu kubangkitkan cinta tapi kulihat cinta itu adalah hati yang mulia. Dalam konteks ini cinta bisa menjadi sesuatu yang baik jika dialihkan semua kekuatan cintanya kepada Allah semata. Sehingga sang pecinta mencintai Allah dengan segenap hati, jiwa dan raganya.
Di sini kita akan melihat bahwa jiwa orang-orang yang mabuk cinta laksana titik-titik embun yang lembut. Ia menyegarkan jiwa dan menguatkan raga. Cinta seperti inilah yang menjadi tujuan kebaikan manusia, puncak kenikmatan dan kesenangannya. Tidak ada yang bisa dilihat lebih indah oleh orang-orang yang saling mencintai seperti halnya pernikahan.
Begitulah seharusnya manusia ketika ia merasakan kenikmatan jatuh cinta. Hatinya tidak memburu seperti kerbau gila. Membabi babi buta seperti kehilangan akal sehat. Seorang manusia ketika jatuh cinta, tidak berpikiran seperti pencuri yang berencana mejarah kehormatan milik ornag lain. Seorang manusia tatkala jatuh cinta bukanlah penipu yang diliputi ketamakan dan kebusukan untuk mengambil kenikmatan tanpa mengikuti aturan.
Ketika manusia jatuh cinta, hatinya harus menjadi pengikut setia ajaran Sang Pemberi Cinta. Tidak ada tempat bagi unsur-unsur nafsu yang merusak. Semua harus melebur ke dalam ketaatan dan keinginan untuk menyayangi. Sebab setiap urusan seorang manusia harus berbuah kebaikan. Termasuk soal cinta. Ia harus membuka jalan menuju keindahan surga. Bukan sebaliknya menjerumuskan kepada kenestapaan api membara.
Ketika manusia jatuh cinta, Ia tidak berada dalam mesin mimpi yang membodohkan. Tak ubahnya seperti playstation atau ding-dong. Ia tidak mengejar ambisi khayalan yang kosong. Sebongkah harapan cinta berbau busuk dari kebun masa depan yang tandus. Cinta, bagi seorang amnusia, bukan sekedar bersentuhannya kulit badan. Bukan pula untuk merasakan nikmatnya mengenang bulu lembut di kening seorang perempuan yang meremang kala dikecup. Tidak juga hanya mengakui betapa sulitnya melupakan harum aroma tubuh kekasih yang mampu menyumpat kepala dan pikiran.
Ketika manusia jatuh cinta, ia sedang jatuh cinta pada keindahan ciptaan Allah. Bisa jadi itu hadir dalam wujud yang sedap dipandang mata. Mungkin juga berbentuk lantunan suara yang menyejukkan hati. Keindahan itu bisa nyata dalam kekuatan kesetiaan untuk berjuang bersama. Di mana kesederhanaan, ketaatan, kekuatan menolak nafsu setan dan penjagaan keyakinan akan Allah menjadi hiasan hari-hari yang panjang.
Ketika manusia jatuh cinta, ia harus beranjak dari egoisme pembangunan unsur diri kepada manfaat bagi umat. Ia mau tak mau harus menjadi unsur diri yang lebih berarti banyak ketimbang sebelumnya. Di mana keluarga adalah pilar utamanya. Suatu ketika hasil yang diharapkan akan menjadi buah manis bagi bangunan suatu bangsa. Sebuah masa depan yang lebih cerah yang dibangun dari generasi yang cerdas dan bijaksana. Harapan ini tidak lain akan keluar dari rahim cinta para manusia.
sumber : -
di kirim oleh : Gundolo Sosro
Cinta juga harus bisa mendorong manusia untuk memelihara hati yang mulia. Cinta tak lain adalah wujud timbangan akal dan rasa. Ia adalah ciptaan yang mulia. Bukan karena dorongan nafsu kubangkitkan cinta tapi kulihat cinta itu adalah hati yang mulia. Dalam konteks ini cinta bisa menjadi sesuatu yang baik jika dialihkan semua kekuatan cintanya kepada Allah semata. Sehingga sang pecinta mencintai Allah dengan segenap hati, jiwa dan raganya.
Di sini kita akan melihat bahwa jiwa orang-orang yang mabuk cinta laksana titik-titik embun yang lembut. Ia menyegarkan jiwa dan menguatkan raga. Cinta seperti inilah yang menjadi tujuan kebaikan manusia, puncak kenikmatan dan kesenangannya. Tidak ada yang bisa dilihat lebih indah oleh orang-orang yang saling mencintai seperti halnya pernikahan.
Begitulah seharusnya manusia ketika ia merasakan kenikmatan jatuh cinta. Hatinya tidak memburu seperti kerbau gila. Membabi babi buta seperti kehilangan akal sehat. Seorang manusia ketika jatuh cinta, tidak berpikiran seperti pencuri yang berencana mejarah kehormatan milik ornag lain. Seorang manusia tatkala jatuh cinta bukanlah penipu yang diliputi ketamakan dan kebusukan untuk mengambil kenikmatan tanpa mengikuti aturan.
Ketika manusia jatuh cinta, hatinya harus menjadi pengikut setia ajaran Sang Pemberi Cinta. Tidak ada tempat bagi unsur-unsur nafsu yang merusak. Semua harus melebur ke dalam ketaatan dan keinginan untuk menyayangi. Sebab setiap urusan seorang manusia harus berbuah kebaikan. Termasuk soal cinta. Ia harus membuka jalan menuju keindahan surga. Bukan sebaliknya menjerumuskan kepada kenestapaan api membara.
Ketika manusia jatuh cinta, Ia tidak berada dalam mesin mimpi yang membodohkan. Tak ubahnya seperti playstation atau ding-dong. Ia tidak mengejar ambisi khayalan yang kosong. Sebongkah harapan cinta berbau busuk dari kebun masa depan yang tandus. Cinta, bagi seorang amnusia, bukan sekedar bersentuhannya kulit badan. Bukan pula untuk merasakan nikmatnya mengenang bulu lembut di kening seorang perempuan yang meremang kala dikecup. Tidak juga hanya mengakui betapa sulitnya melupakan harum aroma tubuh kekasih yang mampu menyumpat kepala dan pikiran.
Ketika manusia jatuh cinta, ia sedang jatuh cinta pada keindahan ciptaan Allah. Bisa jadi itu hadir dalam wujud yang sedap dipandang mata. Mungkin juga berbentuk lantunan suara yang menyejukkan hati. Keindahan itu bisa nyata dalam kekuatan kesetiaan untuk berjuang bersama. Di mana kesederhanaan, ketaatan, kekuatan menolak nafsu setan dan penjagaan keyakinan akan Allah menjadi hiasan hari-hari yang panjang.
Ketika manusia jatuh cinta, ia harus beranjak dari egoisme pembangunan unsur diri kepada manfaat bagi umat. Ia mau tak mau harus menjadi unsur diri yang lebih berarti banyak ketimbang sebelumnya. Di mana keluarga adalah pilar utamanya. Suatu ketika hasil yang diharapkan akan menjadi buah manis bagi bangunan suatu bangsa. Sebuah masa depan yang lebih cerah yang dibangun dari generasi yang cerdas dan bijaksana. Harapan ini tidak lain akan keluar dari rahim cinta para manusia.
sumber : -
di kirim oleh : Gundolo Sosro
0 Komentar:
Post a Comment
Setelah dibaca apa anda punya komentar untuk artikel diatas ?
Jika anda merasa tersentuh, terinspirasi, termotivasi dengan artikel ini bagikan bersama kami dengan meninggalkan pesan, kesan atau komentar apa saja.
Semoga komentar anda dapat menjadi semangat bagi yang lainnya.