18 September 2008

Posted by ShureX Posted on September 18, 2008 | No comments

Renungan 19 September 2008

“Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.”

Bacaan :
1Kor 15:12-20;
Luk 8:1-3
“Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat,Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.”(Luk 8:1-3), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Dalam tradisi Jawa ada istilah ‘konco wingking’ (teman di belakang), yang tidak lain dikenakan pada para isteri atau perempuan. Istilah ini muncul dari cara berjalan suami-isteri yang tidak berdampingan, melainkan isteri berjalan di belakang suami, mengikutinya. Dalam praksis, terutama dalam acara bersama (pesta atau perayaan) memang pada umumnya para perempuan bekerja giat ‘di belakang’ alias mempersiapkan atau memasak kebutuhan-kebutuhan untuk pesta, maka rasanya peran mereka senada dengan apa yang diwartakan hari ini: “perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka”.

Peran tersembunyi ini hemat saya penting sekali, sebagaimana juga dikatakan dalam pepatah ‘the man behind the gun’ (manusia yang berada di balik senjata). Peran mereka tidak lain adalah memberdayakan rombongan, sehingga rombongan dapat melaksanakan tugas perutusan atau pekerjaannya, dan rombongan ini pada umumnya terdiri dari kaum lelaki. Maka baiklah pada kesempatan ini saya mengajak anda sekalian untuk bersyukur dan berterima kasih kepada mereka, entah kaum perempuan atau laki-laki, yang dengan kekayaan mereka, kerja keras tanpa kenal lelah, bekerja di balik layer, melayani kebutuhan bersama. Mungkin peran ini di kota-kota saat ini dikerjakan oleh para pembantu di dalam rumah tangga atau keluarga atau pekerja dalam berbagai acara atau kepentingan.

Yang terjadi dalam hidup sehari-hari kiranya adalah para pembantu, maka baiklah kita bersyukur dan berterima kasih kepada para pembatu rumah tangga kita, yang melayani rombongan/seluruh anggota keluarga/komunitas. Pada hari-hari ini kiranya anda yang memiliki pembantu akan merasa pentingnya peran mereka ketika mereka ‘cuti untuk mudik dalam rangka merayakan Idul Fitri’. Semoga peristiwa tahunan ketika para pembantu rumah tangga, yang kebanyakan perempuan, sedang cuti saat ini, mengingatkan dan menyadarkan kita untuk senantiasa berterima kasih dan bersyukur atas pelayanan dan peran mereka, dan selanjutnya memperlakukan pembantu rumah tangga sebaik mungkin.


· “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia. Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal”(1Kor 15:19-20), demikian kesaksian atau peringatan Paulus kepada umat di Korintus, kepada kita semua. Kesaksian ini mengajak kita untuk tidak hanya berharap pada Tuhan selama hidup, tetapi juga dalam kematian.

Mungkin belum ‘mati sepenuhnya’ melainkan setengah atau seperempat mati alias berada di dalam penderitaan, sakit atau kesengsaraan, inilah yang kiranya layak menjadi permenungan kita. Artinya agar kita dapat berharap pada Tuhan dalam kematian, hendaknya dalam berbagai derita, sakit atau kesengsaraan di dunia ini, karena harus melayani dengan kerja keras tanpa kenal lelah, marilah kita tetap berharap kepada Tuhan. Ketika tidak ada orang yang memuji dan menghargai kerja keras pelayanan kita hendaknya tidak menjadi putus asa atau frustrasi, melainkan tetap bergairah dan bergembiralah. Dengan kata lain jangan hanya bekerja keras melayani ketika dipuji atau dihargai oleh sesama dan saudara-saudari kita saja, melainkan entah dipuji atau tidak dipuji, dihargai atau tidak dihargai kita tetap bekerja keras melayani demi kebahagiaan atau kesejahteraan bersama.

Mereka yang dalam derita, sakit dan sengsara di dunia ini tetap bergairah dan bergembira, maka ketika dipanggil Tuhan tetap bergairah dan bergembira, sehingga ketika telah mati, terbaring tidur sebagai mayat, nampak senyum dan ceria, nampak lebih cantik atau tampan. Saat-saat terakhir hidupnya, menjelang dipanggil Tuhan, ceria dan gembira, maka pada saat dipanggil Tuhan tetap ceria dan gembira serta nampak ceria dan gembira terus sebagai jenazah, ia percaya bahwa “Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal”

“Aku berseru kepada-Mu, karena Engkau menjawab aku, ya Allah; sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, dengarkanlah perkataanku.Tunjukkanlah kasih setia-Mu yang ajaib, ya Engkau, yang menyelamatkan orang-orang yang berlindung pada tangan kanan-Mu terhadap pemberontak.”(Mzm 17:6-7)
Jakarta, 19 September 2008

Sumber : Romo Maryo



Klinik Rohani Links :
http://www.klinikrohani.com/


Categories:

0 Komentar:

Post a Comment

Setelah dibaca apa anda punya komentar untuk artikel diatas ?
Jika anda merasa tersentuh, terinspirasi, termotivasi dengan artikel ini bagikan bersama kami dengan meninggalkan pesan, kesan atau komentar apa saja.

Semoga komentar anda dapat menjadi semangat bagi yang lainnya.

  • Text Widget