31 March 2009

Posted by ShureX Posted on March 31, 2009 | 1 comment

1000 Hari Sabtu

Makin tua, aku makin menikmati Sabtu pagi. Mungkin karena adanya keheningan sunyi senyap sebab aku yang pertama bangun pagi, atau mungkin juga karena tak terkira gembiraku sebab tak usah masuk kerja. Apapun alasannya, beberapa jam pertama Sabtu pagi amat menyenangkan.

Beberapa minggu yang lalu, aku agak memaksa diriku ke dapur dengan membawa secangkir kopi hangat di satu tangan dan koran pagi itu di tangan lainnya. Apa yang biasa saya lakukan di Sabtu pagi, berubah menjadi saat yang tak terlupakan dalam hidup ini. Begini kisahnya.

Aku keraskan suara radioku untuk mendengarkan suatu acara Bincang-bincang Sabtu Pagi. Aku dengar seseorang agak tua dengan suara e masnya. Ia sedang berbicara mengenai seribu kelereng kepada seseorang di telpon yang dipanggil "Tom". Aku tergelitik dan duduk ingin mendengarkan apa obrolannya.

"Dengar Tom, kedengarannya kau memang sibuk dengan pekerjamu. Aku yakin mereka menggajimu cukup banyak, tapi kan sangat sayang sekali kau harus meninggalkan rumah dan keluargamu terlalu sering. Sulit kupercaya kok ada anak muda yang harus bekerja 60 atau 70 jam seminggunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk menonton pertunjukan tarian putrimu pun kau tak sempat".

Ia melanjutkan : "Biar kuceritakan ini, Tom, sesuatu yang membantuku mengatur dan menjaga prioritas apa yang yang harus kulakukan dalam hidupku".

Lalu mulailah ia menerangkan teori "seribu kelereng" nya. "Begini Tom, suatu hari aku duduk-duduk dan mulai menghiitung- hitung. Kan umumnya orang rata-rata hidup 75 tahun. Ya aku tahu, ada yang lebih dan ada yang kurang, tapi secara rata-rata umumnya kan sekitar 75 tahun. Lalu, aku kalikan 75 ini dengan 52 dan mendapatkan angka 3900 yang merupakan jumlah semua hari Sabtu yang rata-rata dimiliki seseorang selama hidupnya. Sekarang perhatikan benar-benar Tom, aku mau beranjak ke hal yang lebih penting".

"Tahu tidak, setelah aku berumur 55 tahun baru terpikir olehku semua detail ini", sambungnya, "dan pada saat itu aku kan sudah melewatkan 2800 hari Sabtu. Aku terbiasa memikirkan, andaikata aku bisa hidup sampai 75 tahun, maka buatku cuma tersisa sekitar 1000 hari Sabtu yang masih bisa kunikmati".

"Lalu aku pergi ketoko mainan dan membeli tiap butir kelereng yang ada. Aku butuh mengunjungi tiga toko, baru bisa mendapatkan 1000 kelereng itu. Kubawa pulang, kumasukkan dalam sebuah kotak plastik bening besar yang kuletakkan di tempat kerjaku, di samping radio. Setiap Sabtu sejak itu, aku selalu ambil sebutir kelereng dan membuangnya" .

"Aku alami, bahwa dengan mengawasi kelereng-kelereng itu menghilang, aku lebih memfokuskan diri pada hal-hal yang betul-betul penting dalam hidupku. Sungguh, tak ada yang lebih berharga daripada mengamati waktumu di dunia ini menghilang dan berkurang, untuk menolongmu membenahi dan meluruskan segala prioritas hidupmu".

"Sekarang aku ingin memberikan pesan terakhir sebelum kuputuskan teleponmu dan mengajak keluar istriku tersayang untuk sarapan pagi. Pagi ini, kelereng terakhirku telah kuambil, kukeluarkan dari kotaknya. Aku befikir, kalau aku sampai bertahan hingga Sabtu yang akan datang, maka Allah telah memberi aku dengan sedikit waktu tambahan ekstra untuk kuhabiskan dengan orang-orang yang kusayangi".

"Senang sekali bisa berbicara denganmu, Tom. Aku harap kau bisa melewatkan lebih banyak waktu dengan orang-orang yang kau kasihi, dan aku berharap suatu saat bisa berjumpa denganmu. Selamat pagi!"

Saat dia berhenti, begitu sunyi hening, jatuhnya satu jarumpun bisa terdengar! Untuk sejenak, bahkan moderator acara itupun membisu. Mungkin ia mau memberi para pendengarnya, kesempatan untuk memikirkan segalanya. Sebenarnya aku sudah merencanakan mau bekerja pagi itu, tetapi aku ganti acara, aku naik ke atas dan membangunkan istriku dengan sebuah kecupan.

"Ayo sayang, kuajak kau dan anak-anak ke luar, pergi sarapan"
kataku, "Lho, ada apa ini...?", tanyanya tersenyum. "Ah, tidak ada apa-apa, tidak ada yang spesial", jawabku, " Kan sudah cukup lama kita tidak melewatkan hari Sabtu dengan anak-anak ? Oh ya, nanti kita berhenti juga di toko mainan ya? Aku butuh beli kelereng."

*Pesan dari cerita ini : *
SPEND YOUR WEEKEND WISELY AND MAY ALL SATURDAYS BE SPECIAL AND MAY YOU HAVE MANY HAPPY YEARS AFTER YOU LOSE ALL YOUR MARBLES.

Shared by Fr. Rick of Kingston , NY
--
Best Regard
Erwin Arianto,SE
えるウィン アリアンと




Klinik Rohani Links :
http://www.klinikrohani.com/

30 March 2009

Posted by ShureX Posted on March 30, 2009 | 12 comments

Maafkan Aku, Ayah ...

“Guratan ini adalah suara hati yang nyata dalam satu episode hidupku”

Aku terkulai di bangsal sebagai pesakit didera koma. “Aku, manusia paling tak berguna, dan paling hina di dunia.” Krisis arti diri dan hidup menyeretku dalam kekosongan.

Ingatanku diajak masuk masa-masa indah bersama saudara sepanggilan. Menenun dalam persaudaraan “Menjadi seorang imam”. Begitu kami berhasrat. Empat tahun pertama pendidikan seminari kujalani.

4 April 1998. Dia pergi. Tinggalkan luka kedukaan mendalam. Dia tak lagi menyaksikan kebanggaannya menapaki jalan-jalan suci. Tubuh kaku diatas peti, pemandangan ini yang kanyataan hiduapku.

Tak kan lagi terdegar, “Anakku, bagaimana kabarmu. Apa kesulitanmu dalam pendidikan, anakku. Semangat ya anakku, gapailah impianmu seturut rencana Dia yang memanggilmu!”

Dalam ketidakmampuan menolak rencana Tuhan, aku coba iklas melepasnya. Balutan imanku menguatkan, “ini bukan akhir”. Ia telah bersama-Nya. Keyakinan ini menegarkanku—tak menangisinya. “Kurelakan dia menjumpai Allah yang mencintainya. Aku tak mau membuatnya bersedih.”

“Apakah pengalaman ini, bagian rencana-Nya dalam jalan panggilanku?”

Satu, dua, tiga, empat, lima, enam tahun berlalu. Pendidikan kebiaraan pun telah kuselesaikan. Gelar sarjana sastra telah kuraih.

“Tahun ini adalah masa pastoralku. Aku mau belajar bagaimana sih menjadi gembala.”

“Fr. Clemens,” begitu aku dipanggil.

Tahun keenam perjananku sebagai frater diputuskan. Tidak sedikitpun terlintas dalam benak ini aku tidak diterima. Namun, “RencanaKu bukanlah rencanamu, jalan-Ku bukanlah jalanmu.” Inilah kenyataannya. Nafasku terhenti. Tubuh ini kaku. Tak yakin akan hal itu. “Anda tidak diterima”. Bersama itu pula manisnya masa pastoral, kini harus terkubur, terkubur sebelum tumbuh dalam sejarah panggilanku.

“Apakah maksud pengalaman ini?”

Terdiam, kesendirian dan keheningan dalam kamar. Di sudut kamar meratapi jalan-jalan indah. Pengalaman hari ini. Semua jadi satu. Tak kusadari berapa lama aku menundukkan kepala seperti pejuang kalah berperang..

Gerimis turun ikut berkabung dalam kekecewaan dan kesedihanku. Tak kuasa melawan pahit kenyatan ini. Kupandangi foto-foto kisah pendakianku.

Wajah-wajah pendukung panggilanku melintas menyergap. Satu wajah pun menguat dipandanganku. Airmata tangisanlah sebagai jawabannya. Tak tahu kapan tangan ini menggapai jurnal harianku—tepat membuka 04 April 1998.

Tangisku semakin menjadi. Kicauan kakak tua di depan kamar pun seakan berubah menjadi tangisan kesedihannya padaku.

“Maafkan aku ayah, perjalanan ini harus terhenti. Maafkan aku, ayah.” Inilah yang mewakili seluruh kekecewaanku.

Di pojok kamar, di ruang doa pribadiku. Dengklik terbalut ulos merah keemasan dan sebatang lilin menemani lukisan kecil Yesus mengetuk pintu. Berteman cahaya lilin unggu, ku berpasrah. Kuyakinkan diri ini bersandar pada rencana-Nya selanjutnya.

Dua hari berjelang “aku harus pulang ke tanah kelahiranku. Aku tidak mau menambah sakit ketidaksiapanku menerima pengalaman ini. Ya, menyakitkan tatkala menyaksikan diri ini kini tak termasuk lagi bagian dari bilangan mereka.”

Kutinggalkan selaksa pengalaman perjuanganku di biara. Persaudaraan dan sejuta pengalaman yang tak terlupakan. Kukuatkan langkahku meninggalkan semua itu. “Selamat tinggal dan berjuanglah saudara-saudaraku. Terimakasih atas semua apa yang pernah kita rajut bersama. Kita saling mendoakan dimana pun kita berada dalam perjuangan kita masing-masing.”

Kisah-kisah itu tidak jua berakhir. Stigma yang mempurukkan diri pun masih harus kuterima dari umat. Tanpa mau tahu alasan. “Mereka kira aku ini keluar karena kasus perempuan, hanya curi-curi ilmu setelah sarjana didapat, lalu keluar”. Dan masih banyak lagi vonis-vonis yang mematikan. Rasa malupun hinggap dalam diriku ini. Siksa bukan hanya tertuju padaku seorang. Ibu tercinta dan keluargapun turut menerimanya.

“Sungguh kejamnya”, tangisku.

Tak sanggup kuterima ini. Kukuatkan niatku. Setelah makan bersama sekeluarga keputusanku yang berat ini harus kusampaikan.

“Ibuku yang kusayangi, abang dan adik-adiku. aku berencana besok merantau ke kota Jakarta. Cukuplah masa penenangan ini. Aku mau membangun masa depanku yang baru di tempat baru.”

Kupandangi wajah-wajah di hadapanku sepertinya tak percaya pada keputusanku. Di tengah kesunyian itu mereka tak berdaya mencegahnya.

Sehari, seminggu, sebulan, setahun berlalu. Kugapai masa depanku bersama impian yang kuikat satu dalam diri ini. Kesuksesan demi kesuksesan pun mulai jelas di hadapanku. Namun satu yang tak dapat terlepas dariku. “Aku adalah seorang mantan frater”.

Pengalaman itupun muncul bersamaan dengan lingkungan gereja tempatku berdomisili. Gambaran negatif yang tak mau menerima mantan frater pun menambah luka diri ini.

Deburan ombak pantai menghadirkan semuanya secara jelas di pelupuk mata. Pasir putih yang terhampar seluas pantai tak lagi menggugah. Desiran angin dan gelak tawa gembira pengunjung pantai pun tak dapat mengubah pasang surut emosi kekecewaan dalam hatiku.

Berganti hari, berganti minggu dan bulan. Kini sudah bulan kedua pergumulan ini kugeluti sendiri. Tak ada teman tempat berbagi. Kesendirian dan seribu satu emosi membuatku seperti mayat hidup. Bergerak dan melakukan sesuatu sesuai tanpa daya. Semakin larut semakin membuatku tersiksa.

Entah sudah berapa lama mata ini terkatup, terbuka sesaat. Terdengar tangisan. Kucoba cari asal tangisan menyayat hatiku.

“Ibu, jangan menangis,” pintaku. Airmata menetesi pipi anggun itu. Tangisan ibu tak kuasa merasakan derita anak kandungnya. Di tangannya seuntai rosario—“dia sedang mendaraskan doa”. Pandangan kami beradu. Mata indah nya seakan berbicara “anakku, biarlah deritamu ini ibu yang menggantikannya.” pipi ini.

“Anakku, janganlah kau menangis.” Tangannya menghapus airmataku.

Sosok-sosok di sampingnya adalah pribadi-pribadi yang memahamiku. Abang, yang sangat menyayangiku, adik-adiku yang selalu menguatkan dan menyemangatiku. Rasa sedih Tak bisa disembunyikan dari wajah mereka..

Saat itu 4 April 2006. “Ayah mana? Aku mau bertemu dengannya. Aku mau meminta maaf padanya. Maaf yang harus kuutarakan. ‘Maafkan aku ayah,. Aku telah gagal berjuang menjawab panggilan menjadi seorang pastor. Maafkan aku, ayah....’” mulut ini berkata, begitu saja.

Tangis mereka semakin memecah. Sesekali ku mendengar “sudah, sudah jangan kau ingat-ingat lagi. Kita sudah tidak mengingatnya. Kamu tetap anakku. Kau adalah kebanggan kami.” Dalam dekapan ibu tercinta, aku sempat melihat mereka semuanya satu per satu, “maafkan aku, selamat tinggal. Doakan aku”.


Jakarta, 16 Desember 2008

Srihandriatmo Malau
(Andri Malau Lambe Raja)



Klinik Rohani Links :
http://www.klinikrohani.com/

28 March 2009

Posted by ShureX Posted on March 28, 2009 | 1 comment

Menemukan Panggilan Kita

Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. —Efesus 4:1



Baca: Efesus 4:1-16


Suatu pergumulan yang terus-menerus kita alami di saat belajar mengikut Kristus adalah ketika kita mencoba untuk menemukan panggilan hidup kita. Kita sering berpikir bahwa panggilan itu berkaitan dengan pekerjaan dan lokasi kita. Namun, mungkin yang lebih penting dari itu adalah soal karakter, yakni keberadaan diri yang mendasari perilaku. "Tuhan, apa yang Engkau kehendaki bagiku?"

Dalam Efesus 4, Paulus menulis, "Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu" (ay.1). Ia melanjutkan ini dengan tiga "hendaklah", seperti tertulis dalam satu terjemahan: Hendaklah selalu rendah hati, hendaklah lemah lembut, hendaklah sabar, "tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu" (ay.2). Paulus menulis ini dari penjara, suatu tempat yang sulit, namun ia terus setia pada panggilan Allah atas hidupnya.

Oswald Chambers berkata: "Pengabdian bukanlah menyerahkan panggilan hidup kita pada Allah, tetapi pemisahan dari semua panggilan lainnya dan memberikan diri kita sepenuhnya pada Allah, mengizinkan kedaulatan Allah menempatkan kita sesuai kehendak-Nya—dalam bidang bisnis, hukum, ilmu pengetahuan, pertukangan, politik; atau dalam pekerjaan yang sederhana sekalipun. Kita ditempatkan di sana untuk bekerja sesuai hukum dan prinsip Kerajaan Allah."

Bila kita adalah orang-orang yang tepat di mata Allah, kita dapat melakukan tugas apa pun yang diberikan-Nya, di mana pun Dia menempatkan kita. Dengan itulah, kita menemukan dan meyakini panggilan-Nya bagi kita. —DCM

Engkau dipanggil dengan suatu panggilan ilahi
Untuk menjadi terang dunia;
Untuk memancarkan cahaya Injil
Hingga terangnya bisa dilihat banyak orang. —NN.


Yang terpenting bukanlah apa yang Anda kerjakan, tetapi siapakah diri Anda.


sumber : rbcintl.org


Klinik Rohani Links :
http://www.klinikrohani.com/

24 March 2009

Posted by ShureX Posted on March 24, 2009 | No comments

Jika hati sudah tak sejalan

Jika hati sudah tak sejalan, dengan siapakah hidup dipercayakan?

Dengan apakah hati dapat terobati? Bila hati sudah jatuh!

Tak seorangpun dapat mengubahnya, kecuali dirinya sendiri. Walaupun dengan mengorbankan nyawa! tetap saja membisu.

Mengapa marah dalam hati bila sesuatu hal tidak berjalan sesuai dengan kehendak dan keinginan hati?

Tidak tahukah, bahwa dunia bukanlah temuan manusia. Dan dunia tak mungkin dapat dimiliki selamanya, karena tak selamanya manusia hidup di dunia.

Maka itu waspadalah, supaya tidak lekat pada hal-hal duniawi itu dan terjerat olehnya, serta terjerumus di dalamnya.

Sehingga hati tak akan menanggapi ejekan-ejekan/sindiran-sindiran yang ada, serta akan mudah menahan cacian-cacian atau umpatan.

Namun tetap seperti bunga-bunga bermekaran, walaupun tidak ada yang melihatnya.Bahkan seperti pohon-pohon yang selalu berbuah, namun tak pernah bertanya siapa yang memakannya?


======================================
Amsal 14:10 "Hati mengenal kepedihannya sendiri, dan orang lain tidak dapat turut merasakan kesenangannya."

Amsal 19:2 "Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah."

Markus 9:50 "Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."


Salam Damai dan Doa
"Semoga Allah memberimu Damai"


Oleh : Belfry Augustinus



Klinik Rohani Links :
http://www.klinikrohani.com/

23 March 2009

Posted by ShureX Posted on March 23, 2009 | No comments

"Pergilah, anakmu hidup!"

(Yes 65:17-21; Yoh 4:43-54)

“Dan setelah dua hari itu Yesus berangkat dari sana ke Galilea, sebab Yesus sendiri telah bersaksi, bahwa seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri. Maka setelah Ia tiba di Galilea, orang-orang Galilea pun menyambut Dia, karena mereka telah melihat segala sesuatu yang dikerjakan-Nya di Yerusalem pada pesta itu, sebab mereka sendiri pun turut ke pesta itu. Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya sedang sakit. Ketika ia mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya lalu meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati. Maka kata Yesus kepadanya: "Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya." Pegawai istana itu berkata kepada-Nya: "Tuhan, datanglah sebelum anakku mati." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, anakmu hidup!" Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi. Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup.Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka: "Kemarin siang pukul satu demamnya hilang." Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya: "Anakmu hidup." Lalu ia pun percaya, ia dan seluruh keluarganya.Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.” (Yoh 4:43-54), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Sabda Yesus memang kuat dan kuasa, maka siapapun yang percaya akan sabdaNya serta melaksanakan sabda-sabdaNya akan selamat, damai sejahtera, sebagimana dialami oleh seorang pegawai istana yang mohon penyembuhan kepadaNya bagi anaknya yang sakit keras, hampir mati. “Pergilah, anakmu hidup!”, demikian sabdaNya kepada sang pegawai istana, dan pada saat itu juga anaknya yang berada di rumah sembuh dari penyakitnya. Sabda Yesus atau Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci antara lain dalam hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita bersama ‘diterjemahkan’ ke dalam aneka tatanan dan aturan. Maka marilah ,jika kita sungguh menghendaki hidup bahagia, damai sejahtera dan selamat, dengan rendah hati kita hayati atau laksanakan aneka aturan dan tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan, tugas pengutusan, jabatan atau kedudukan serta fungsi kita masing-masing.

Maka baiklah jika kita atau saudara kita ‘hampir mati’ alias sedang menderita sakit atau berkurang kesehatan dan kebugarannya atau berdoa, hendaknya mohon penyembuhan antara lain dengan merenungkan sabda Tuhan atau kembali setia pada aturan dan tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusannya. Segala macam bentuk penyakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi dan sakit tubuh, hemat saya terjadi karena pelanggaran atau ketidak-setiaan pada aturan dan tatanan hidup. “Pergilah’, demikian sabda Yesus, kiranya antara lain berarti berjalanlah di jalan aturan atau tatanan hidup, telusurilah aneka petunjuk dan arahan yang baik dan benar, jangan hanya mengikuti keinginan atau kemauan sendiri alias hidup seenak sendiri, menurut selera pribadi.


· "Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati. Tetapi bergiranglah dan bersorak-sorak untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan,” (Yes 65:17-18). Ajakan untuk “bergiranglah dan bersorak-sorailah untuk selamanya atas apa yang Kuciptakan” kiranya baik menjadi permenungan atau refleksikan. Segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan baik adanya, maka jika ada yang tidak baik berarti berasal dari setan yang hidup dan bekerja dalam diri pendosa. Dalam kenyataan hidup kita masa kini memang ada yang tidak baik, tetapi juga ada yang baik, dan kiranya yang baik lebih banyak daripada yang tidak baik. Maka bagi yang baik marilah bergotong-royong atau bekerjasama untuk memperbaiki apa yang tidak baik dalam lingkungan hidup kita.

Bergirang dan bersorak-sorai berarti senantiasa bergairah, dinamis dan tak kenal putus asa, dan dengan demikian ada kekuatan luar biasa di dalam diri orang yang bergirang dan bersorak-sorai. Kita dipanggil untuk bergairah, dinamis dan tak kenal putus asa dalam rangka memperbaiki apa yang tidak baik atau bertobat atau memperbaharui diri. Dalam semangat yang demikian berarti ‘otak bawah sadar’ kita bekerja seratus persen (100%), dan apa yang kita dambakan atau impikan akan terwujud, tentu saja harus disertai dengan penyerahan diri yang ditandai oleh pengorbanan dan perjuangan. Dalam rangka bertobat atau memperbaharui diri hendaknya juga tidak mengingat-ingat dalam hati kegagalan atau keterbatasan atau kekurangan yang ada; dan dengan bergairah, dinamis dan tak kenal putus asa dalam bertobat atau memperbaharui diri kiranya segala kelemahan dan kekurangan kita akan sembuh dengan sendirinya.

“Aku akan memuji Engkau, ya TUHAN, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak memberi musuh-musuhku bersukacita atas aku. TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur. Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus” (Mzm 30:2.4-5)


Jakarta, 23 Maret 2009


oleh : Romo Maryo



Klinik Rohani Links :
http://www.klinikrohani.com/

21 March 2009

Posted by ShureX Posted on March 21, 2009 | 7 comments

Karena cinta tidak selalu harus berwujud "bunga"

Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul dihati saya ketika saya bersandar di bahunya yang bidang.

Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan - alasansaya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.

Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar - benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan. Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian. "Mengapa?", dia bertanya dengan terkejut. "Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan" Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.

Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya? Dan akhirnya dia bertanya, "Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?".

Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, "Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah pikiran saya: Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?"

Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok." Hati saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada dirumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan coret - coretan tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan....

"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya."

Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.

"Kamu bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari - jari saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya."

"Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang."

"Kamu suka jalan - jalan ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa memberikan mata saya untuk mengarahkanmu."

"Kamu selalu pegal - pegal pada waktu 'teman baikmu' datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal."

"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi 'aneh'. Dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami."

"Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu."

"Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna - warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu".

"Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku."

"Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bias mencintaimu lebih dari saya mencintaimu."

"Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup bagimu.Aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu."

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya. "Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk
tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu."

"Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia.".

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku. Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintaiku.Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu. Karena cinta tidak selalu harus berwujud "bunga".

sumber : Indoforum.org



Klinik Rohani Links :
http://www.klinikrohani.com/

19 March 2009

Posted by Conveyor System Posted on March 19, 2009 | 2 comments

Tinjauan Kritis atas Pelbagai Selebaran ”Berkat-Kutuk”



Tinjauan Kritis atas Pelbagai Selebaran ”Berkat-Kutuk”

F.X. Didik Bagiyowinadi, Pr


Foto ini saya pernah lihat. Saya nggak ngerti soal rekayasa foto atau yang lain. Tapi saya cuman mau mengkritisi point motivasi penyebaran foto ini, yang sangat klasik dan "bodoh" yakni soal berkat dan kutuk. Intinya:

1. Kalau kamu menyebarkan foto ini, entah kamu sendiri percaya atau tidak, kamu akan dapat berkat (dapat lotery, rejeki, karier naik, dlll...)

2. Kalau kamu abaikan/buang, kamu akan celaka!
Model berkat-kutuk ini juga sudah lama muncul dalam surat berantai. Tujuannya apa? Ya, sekedar untuk membingungkan umat dan me- ngacaukan iman umat, bahwa ber- kat dan rejeki yang dianugerahkan Tuhan terletak pada soal menuruti selebaran itu (fotokopi, sebarkan di milis, dsb) dan celakanya kemudian ditanamkan gambaran keliru bahwa Tuhan itu tukang mengancam! Penerima pun dibuat ketakutan, terlebih yang lemah imannya. Saat bertugas di Blim- bing, ada anak SMA kasihkan fotokopian selebaran berkat-kutuk demikian ke saya, lalu di hadapan-nya, langsung selebaran itu saya sobek untuk menunjukkan pada dia bahwa isinya tidak benar dan hal itu tidak mempengaruhi hidup kita.

Siapa yang diuntungkan? Pak pos? Provider HP? Entahlah. Yang pasti tujuannya untuk menggoyahkan penghayatan iman orang Katolik, terlebih bila dalam gambar/cerita itu ada kaitannya dengan patung/gambar Yesus dan Maria, atau mimpi paus, penampakan Maria, dsb...dsb...
Model motivasi "berkat-kutuk" ini sudah pasti bertentangan dengan ajaran iman:

1. Allah adalah kasih, Dia lebih dulu mengasihi kita. Kasih dan berkat-Nya tidak tergantung pada "persembahan fotokopian atau forward" selebaran itu.

2. Tuhan menawarkan keselamatan, tapi tidak pernah memaksa kita untuk menerimanya, apalagi sampai mengancam. Paham ancaman demikian memang ada dalam Perjanjian Lama, dengan harapan umat bertobat; namun Perjanjian Baru memperbaharuinya dengan tekanan: Allah adalah kasih.

3. Keselamatan kita tidak terletak pada soal fotokopian-forward tulisan, tapi pada (dalam pemahaman Kristen-Katolik): percaya pada Yesus-Kristus, yang berarti kemudian juga mau melaksanakan ajaran kasih-Nya. Iman akan Kristus tanpa perbuatan kasih adalah iman yang mati (bdk. Yak 2:17).

4. Dalam Injil banyak kali diserukan "Jangan takut!" karena Tuhan senantiasa memberkati dan menyertai kita (Mzm 22; Mat 28:19-20). Siapa lagi yang suka membuat kita merasa takut (termasuk ancaman cis-wak, Bethara kala, hari naas) dll, kalau bukan mereka yang digunakan oleh kuasa kegelapan? Orang beriman sudah tidak percaya lagi dengan soal begituan.

5. Rejeki dan berkat kita peroleh dari kemurahan Tuhan, tapi juga menuntut kerjasama dan usaha dari pihak kita. Kita ingat, dalam mukjizat pergandaan roti (Yoh 6) dan perubahan air menjadi anggur (Yoh 2), Tuhan Yesus meminta kita bekerjasama dengan usaha dari pihak kita ("lima roti - dua ikan" dan "mengisi tempayan penuh dengan air").

6. Maka kesimpulannya, foto dan selebaran beginian tidak perlu diteruskan, karena bisa kali sungguh menggoyahkan iman orang lain (termasuk mengiming-imingi rejeki dengan jalan pintas, kayak pencobaan Setan pada Yesus untuk mengubah batu jadi roti). Mendingan meneruskan sms atau fotokopian ayat-ayat KS yang menguatkan iman (tapi yang beginian mungkin nggak laku ya... soale nggak ada iming-iming menang lotre hehe...)

7. Berikut lampirkan tulisan saya dalam buku "Beriman Katolik dari Altar Sampai Pasar" (Pustaka Nusatama, 2008) hlm. 178-183, yakni tinjauan kritis atas selebaran bekat-kutuk. Semoga membantu.

Bersama Yesus, Siapa Takut?
Tinjauan Kritis atas Pelbagai Selebaran “Berkat-Kutuk”

Sumber: F.X. Didik Bagiyowinadi, Pr, Beriman Katolik dari Altar Sampai Pasar (Pustaka Nusatama, 2006), hlm. 178-183.

Selebaran Gelap

Sampai hari ini banyak di antara kita yang masih menerima atau menjumpai “selebaran rohani” berisi iming-iming janji berkat bagi yang mengindahkan isinya dan ancaman kutukan bagi yang mengabaikan. Biasanya kita diminta memfotokopi dan menyebarluaskannya. Atau, bila pesan dalam email, kita diminta untuk memforwardnya.
Entah lantaran tergiur iming-iming berkatnya atau takut akan ancaman kutukannya, banyak orang menurutinya. Begitu juga dengan teks novena, misal novena kepada Yudas Tadeus, ditambahkan syarat pengabulannya: “Novena ini didoakan 6 kali sehari selama 9 hari berturut-turut dan tinggalkan 9 lembar salinan doa ini di gereja tiap hari. Buatkan 81 salinan dan tinggalkan 9 lembar salinannya di gereja selama 9 hari berturut-turut, Anda akan menerima intensi doa sebelum hari ke-9 berlalu.” Pernah juga dulu ada selebaran tentang penglihatan Tuhan Yesus kepada paus yang berisi tentang bencana dan hari kiamat. Anehnya, mereka yang mau menyebarluaskan selebaran itu akan selamat dari malapetaka.

Semua “selebaran rohani” itu sebenarnya adalah sebebaran gelap. Sebab pengirimnya tidak jelas, kalaupun nama dan alamat pengirimnya dicantumkan, biasanya fiktif belaka. Berkaitan dengan doa-doa yang akan disebarluaskan dalam Gereja Katolik selalu dibutuhkan imprimatur (izin terbit) dari Uskup/wakilnya dan nihil obstat yang menyatakan bahwa isinya tidak bertentangan dengan susila dan iman Katolik. Jadi, tak perlu kita terkecoh dan terhasut oleh provokasi dari selebaran gelap itu.

Bisa jadi, selebaran gelap tersebut dibuat untuk membingungkan dan menggoyahkan keyakinan iman kita sebagai pengikut Kristus. Mari kita melihat “iming-iming berkat” dan “ancaman kutuk” tersebut dalam perspektif iman Katolik.

Hal Pengabulan Doa
Yang menarik untuk disimak dari selebaran tersebut adalah adanya kesan kuat bahwa penggandaan dan penyebarluasan selebaran dan teks doa itu menjadi syarat terkabulnya doa. Asalkan kugandakan dan kusebarluaskan, niscaya doa permohonanku terkabul. Di sinilah terjadinya bahaya takhayul. Seakan-akan Tuhan wajib mengabulkan doa kita, sebab kita telah “membayar” dengan menggandakan dan menyebarluaskan teks tersebut. Padahal untuk pengabulan doa, Tuhan tidak butuh suapan. Bahkan korban bakaran dan persembahan Israel kerap ditolak Tuhan, sebab Tuhan tidak memerlukan hal itu. “Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu, sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya” (Mzm 50:12).

Dalam Injil dinyatakan dengan jelas, pelbagai syarat pengabulan doa:
Pertama, dipanjatkan dengan penuh iman. Banyak penderita sakit dan kelemahan mengalami kesembuhan berkat imannya akan kuasa dan kasih Yesus Kristus. Kepada ibu yang sudah dua belas tahun sakit pendarahan dan menjamah jumbai jubah-Nya, Yesus berkata, “Imanmu telah menyelamatkan engkau!” (Mat 9:22). Iman ini juga nampak dalam ketekunan dan kesetiaan kita dalam doa, seperti janda yang tiada bosan mengetuk pintu hakim yang tidak benar (Luk 18:1).

Kedua, sejauh kita mau tinggal dalam dan bersama Kristus, artinya hidup dalam kasih. “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (Yoh 15:7). Bila kita kurang berbuat kasih, niscaya sulit juga doa kita dikabulkan. Sebab dosa-dosa kita bisa menghalangi suara kita sampai di tempat yang mahatinggi (lih. Yes 59:2). Maka saat berdoa novena pun, kita dianjurkan juga menerima Sakramen Tobat. Tuhan juga tak akan mengabulkan permohonan manakala hal itu hendak kita habiskan untuk memuaskan hawa nafsu kita (Yak 4:3).

Ketiga, pentingnya dukungan doa dari orang lain. Sebab firman Tuhan, “Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga” (Mat 18:2). Begitu juga melihat iman mereka, iman si lumpuh dan iman keempat teman yang menggotongnya, Yesus tergerak hati untuk menyembuhkan (Mrk 5:2).
Iming-iming janji berkat dengan cara instan “doa + fotokopi” mengingatkan kita akan godaan si Jahat yang menyuruh Yesus secara instan mengubah batu menjadi roti (Luk 4:3). Permohonan yang meminta Tuhan membuat mukjijat selekas mungkin ini, tidak menunjukkan bahwa kita beriman pada Tuhan, sebaliknya justru mencobai Tuhan. Seru penjahat yang disalibkan bersama Yesus, “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami” (Luk 23:29).

Memang Tuhan itu mahakuasa dan sanggup mengerjakan karya ajaib tanpa kita. Kendati demikian, Tuhan senantiasa mengajak kita untuk berusaha dan bekerjasama dengan rahmat-Nya. Kita ingat kisah mukjizat dalam perkawinan di Kana, di sana manusia harus mengisi tempayan dengan air terlebih dahulu (Yoh 2:7). Begitu juga dengan kisah pergandaan roti untuk menyenyangkan lima ribu orang, dibutuhkan lima roti dan dua ikan (Mrk 6:38) sebagai simbol modal dan usaha kita. Modal dan usaha yang kita persembahkan kepada Tuhan, niscaya akan diberkati Tuhan sehingga berlipat ganda.

Jangan Takut!
Yang mengherankan adalah selebaran gelap tersebut, berani mengancam siapa saja yang mengabaikan isinya, apalagi mereka yang sampai berani membuangnya. Tak sedikit pembaca yang kemudian mempercayainya, atau setidak-tidaknya berjaga-jaga jangan sampai celaka menimpa mereka lantaran mengabaikan selebaran itu. Bukankah ancaman demikian, tak jauh beda dengan pelbagai ancaman yang menghantui kita manakala mengabaikan perhitungan hari baik - hari buruk dan ancaman “Bathara Kala” bila kita tidak diruwat.

Jika hal itu yang terjadi, sebenarnya kita masih dibelenggu oleh ketakutan. Kepada kita yang telah dibaptis, St. Paulus mengingatkan, “Kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu Anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, “ya Abba, ya Bapa!” (Rm 8:15). Yesus Kristus adalah Injil, kabar gembira dari Allah. Sewaktu Dia lahir, malaikat berseru kepada Maria (Luk 1:30) dan para gembala (Luk 2:10), “Jangan takut!” Kata yang sama disampaikan Yesus waktu Dia berjalan di atas air (Yoh 6:20) dan setelah kebangkitan (Mat 28:10). Memang kita tak perlu takut, sebab Allah itu kasih (1 Yoh 4:8) , Dia tak akan menghukum dan mencelakai kita. Dialah Immanuel (Mat 1:23), Allah beserta kita, yang senantiasa melindungi kita (Mat 28:20). Bersama Yesus, siapa takut (Rm 8:35)?

Wassalam,
Rm. Didik Bagiyowinadi,Pr





Klinik Rohani Links :
http://www.klinikrohani.com/


18 March 2009

Posted by ShureX Posted on March 18, 2009 | 8 comments

Anda Spesial !

Suatu hari seorang penceramah terkenal membuka seminarnya dengan cara yang unik. Sambil memegang uang pecahan Rp. 100.000,00.- ia bertanya kepadahadirin,

"Siapa yang mau uang ini?" Tampak banyak tangan diacungkan. Pertanda banyak minat.

"Saya akan berikan ini kepada salah satu dari Anda sekalian, tapi sebelumnya perkenankanlah saya melakukan ini."

Ia berdiri mendekati hadirin. Uang itu diremas-remas dengan tangannya sampai berlipat2. Lalu bertanya lagi,"Siapa yang masih mau uang ini?" Jumlah tangan yang teracung tak berkurang.

"Baiklah," jawabnya, "Apa jadinya bila saya melakukan ini?" ujarnya sambil menjatuhkan uang itu ke lantai dan menginjak2nya dengan sepatunya. Meski masih utuh, kini uang itu jadi amat kotor dan tak mulus lagi.

"Nah, apakah sekarang masih ada yang berminat?" Tangan-tangan yang mengacung masih tetap banyak.

"Hadirin sekalian, Anda baru saja menghadapi sebuah pelajaran penting.

Apapun yang terjadi dengan uang ini, anda masih berminat karena apa yang saya lakukan tidak akan mengurangi nilainya. Biarpun lecek dan kotor, uang itu tetap bernilai Rp. 100.000,00.-

Dalam kehidupan ini kita pernah beberapa kali terjatuh, terkoyak, dan berlepotan kotoran akibat keputusan yang kita buat dan situasi yang menerpa kita. Dalam kondisi seperti itu, kita merasa tak berharga, tak berarti.

Padahal apapun yang telah dan akan terjadi, Anda tidak pernah akan kehilangan nilai di mata mereka yang mencintai Anda, terlebih di mata Tuhan.
Jangan pernah lupa - Anda spesial...!!!

sumber : indoforum.org


“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” (Kejadian 1:27)

“Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.” (2 Korintus 3:18b)



Klinik Rohani Links :
http://www.klinikrohani.com/

17 March 2009

Posted by Conveyor System Posted on March 17, 2009 | 5 comments

CATATAN KRITIS ATAS PESAN ‘MARIA-Dalam Nubuat Agnes Sawarno

CATATAN KRITIS ATAS PESAN ‘MARIA'

Dalam Nubuat Agnes Sawarno 1
Oleh:
F.X. Didik Bagiyowinadi,Pr
2

BAGIAN I - PENGANTAR

Sewaktu masih bertugas di paroki (2002­2006), sama seperti para romo paroki lainnya di Indonesia , beberapa kali saya menerima kiriman edaran berisi Pesan Tuhan Yesus dan Bunda Maria melalui Kelompok Pelayanan Kasih dari Ibu yang Berbahagia. Terus­terang saya hanya mengabaikannya karena tidak mempercayai isinya dan saya kira persoalan itu sudah selesai. Ternyata sampai hari ini di milis­milis Katolik, pesan yang senada “bertobatlah dan persiapkan diri” untuk menghadapi “pemurnian dunia dalam kegelapan tiga hari” masih bermunculan. Terakhir, Jumat, 6 Maret 2009 lalu dalam milis Dempo 94, seorang teman sekelas saya meminta tanggapan saya terhadap fenomena ini dengan harapan bisa sedikit memberikan pencerahan. Maka saya pun menyempatkan diri untuk mempelajari lebih serius pesan­pesan ‘Maria'3 ini. Dan syukur pada Allah bahwa pesan­pesan ‘Maria' ini sudah terarsip rapi dalam website kelompok ini4 sehingga memudahkan penelusuran dan proses mempelajarinya. Tulisan ini merupakan catatan dari “hasil studi dan refleksi pribadi” saya atas pesan­pesan tersebut, yang barangkali bisa menjadi titik tolak bagi mereka yang berminat mengkritisinya lebih lanjut.

Secara pribadi saya tidak kenal dan tidak ada hubungan sama sekali dengan Ibu Agnes Sawarno yang mengklaim telah mendapatkan pewahyuan dari Tuhan Yesus dan Bunda Maria ataupun dengan kelompok pelayanan ini. Saya hanyalah salah satu dari putra­putri Bunda Maria yang telah mengalami kasih keibuannya. Maka dengan tulisan singkat ini saya berharap bisa menyajikan sedikit pencerahan kepada pembaca dan syukur bila kemudian kita bisa mengungkapkan hormat­kasih (devosi) kita secara sehat dan benar

kepada Bunda kita tercinta. Apa yang saya tulis ini, sungguh merupakan refleksi pribadi, jadi tetap terbuka untuk Anda terima, kritisi, ataupun abaikan. Maka nanti kesimpulan akhirnya tetap saya serahkan kepada Anda sendiri, saya sekedar membagikan hasil penelusuran dan refleksi pribadi ini. Dan saya berharap, kita semua semakin dilimpahi rahmat untuk semakin bertumbuh dalam kedewasaan iman dan kasih kepada Allah Tritunggal Mahakudus (bdk. Ef 4:13), tidak mudah terombang­ambingkan oleh pelbagai angin pengajaran (bdk. Ef 4:14), dan terlebih berkembang dalam kasih­hormat kepada Bunda Maria tercinta. Dan dengan demikian semoga kita juga diteguhkan untuk terus mewartakan dan membangun Kerajaan Allah di bumi Indonesia tercinta.

1. UNDANGAN UNTUK MENGUJI NUBUAT

Sewaktu pertama kali mengunjungi website kelompok pelayanan ini, saya tersentuh dengan kutipan 1 Tes 5:19­21 dalam home website mereka: maupun sumber website. Bunyinya begini: “Janganlah padamkan Roh, dan janganlah anggap rendah nubuat­nubuat. Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.” Maka saya berharap bahwa upaya penelusuran dan refleksi ini sungguh dimotivasi maksud tulus untuk “tidak merendahkan nubuat­nubuat” dan “menguji segala sesuatu” sehingga nantinya bisa memberikan pencerahan kepada pembaca. Dalam hal ini saya .akan membatasi diri hanya pada penelusuran ‘pesan­pesan “Maria' untuk menyelidiki siapakah ‘Maria' yang berbicara di sini. Apakah dia sungguh Bunda Maria seperti dinyatakan dalam Kitab Suci? Dan karenanya layakkah kita mempercayai pesan­pesannya? “Pengujian pesan­pesan ‘Maria'” ini patut dilakukan, terlebih bagi publikasi di kalangan umat Katolik yang tidak mencantumkan “Nihil Obstat” dan “Imprimatur”. Di website tersebut memang dikutip Pernyataan dari Konggregasi Suci untuk Ajaran Iman, AAS 58 1186 (disetujui Paus Paulus VI tanggal 14 Oktober 1966) yang menyatakan, “bahwa Nihil Obstat dan Imprimatur TIDAK DIPERLUKAN lagi bagi penerbitan­penerbitan yang berurusan dengan wahyu­wahyu perorangan, penampakan­penampakan, ramalan­ramalan atau mujisat­mujisat baru, ASAL TIDAK BERLAWANAN DENGAN IMAN5 dan moral”.

Saya menerima pernyataan tersebut, bahwa tak diperlukan nihil obstat dan imprimatur, ASAL TIDAK BERLAWANAN DENGAN IMAN DAN MORAL. Berkaitan dengan poin moral dalam pesan­pesan ‘Maria' di sini, saya tidak merasa perlu untuk menelusuri lebih lanjut karena isinya niscaya anjuran berbuat kebaikan (berdoa, bertobat, melayani, dan mengamalkan kasih). Sebaliknya, pada poin tidak berlawanan dengan iman Katolik, inilah yang akan dijadikan titik tolak penelusuran pesan­pesan ‘Maria' dalam tulisan ini. Apalagi pada bagian prakata web “Maria Ibu yang berbahagia”, setelah mengirimkan banyak pesan kepada para uskup dan pastor paroki (termasuk kepada saya dulu) mereka tidak menerima adanya reaksi negatif, maka mereka berpendapat: “Hingga kini BELUM ADA REAKSI NEGATIF

terhadap isi pesan­pesan itu. INI BERARTI bahwa isi pesan­pesan itu SESUAI DENGAN AJARAN IMAN kita. Maka UMAT TIDAK USAH TAKUT MENERIMA DAN MELAKSANAKANNYA. Malahan dengan melaksanakan pesan­pesan itu orang justru MENGHAYATI IMANNYA DENGAN LEBIH BAIK LAGI.”6 Padahal, belum adanya reaksi negatif bukanlah tanda bahwa hal ini otomatis sesuai dengan ajaran iman kita. Seperti dinyatakan oleh penulis kitab Pengkotbah, “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya” (Pkh 3:1).

Maka saat membaca home website tersebut saya semakin dibuat penasaran akan klaim di atas, terlebih lagi saya ingin memberikan jawaban yang fair dan mendasar kepada teman yang bertanya dan syukur bila bisa memberikan pencerahan kepada pembaca. Namun, harus saya akui bahwa dalam penelusuran ini saya tidak membaca semua pesan­pesan ‘Maria' ini, melainkan hanya menelusuri dan menguji sejauhmana hal itu selaras dengan IMAN KATOLIK7. Gereja Katolik mengajarkan bahwa wahyu umum sudah selesai sampai meninggalnya Rasul terakhir (St. Yohanes Rasul). Maka kalaupun ada wahyu­wahyu perorangan, hal itu tidak akan mempengaruhi keselamatan kita, dan bila hal itu sungguh berasal dari Allah yang benar, niscaya isinya akan selaras dengan wahyu umum yang tertuang dalam Alkitab. Maka pesan­pesan ‘Maria' ini perlu dikonfrontasikan dengan Alkitab sebagai sumber iman Katolik, sejauhmana sesuai dan selaras dengan sumber iman kita. Seandainya kenyatannya kemudian justru sebaliknya, jelas bagi saya secara pribadi bahwa ini bukanlah nubuat yang berasal dari Tuhan dan tidak perlu dipercaya. Apalagi Gereja mengajarkan kita TIDAK WAJIB MEMPERCAYAI WAHYU­WAHYU PRIBADI, apalagi bila hal itu tidak benar.

2. PERINGATAN UNTUK WASPADA AKAN PARA NABI PALSU DAN NUBUATANNYA

Mengapa kita perlu senantiasa menguji nubuat­nubuat? Karena Alkitab dan Tuhan Yesus sendiri mengingatkan kita untuk senantiasa waspada karena akan senantiasa ada nabi­nabi palsu dan nubuat­nubuat palsu. Berikut teks­teks kitab Suci yang senantiasa memberi peringatan kepada kita agar senantiasa waspada akan pelbagai penyesatan.

Ulangan 18:10­11 Di antaramu JANGANLAH didapati seorangpun yang mempersembahkan anaknya laki­laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, 11 seorang pemantera, ataupun seorang yang BERTANYA KEPADA ARWAH ATAU KEPADA ROH PERAMAL ATAU YANG MEMINTA PETUNJUK KEPADA ORANG­ORANG MATI.

Ulangan 18:21­22 21 Jika sekiranya kamu berkata dalam hatimu: Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan TUHAN? APABILA SEORANG NABI BERKATA DEMI NAMA TUHAN DAN PERKATAANNYA ITU TIDAK TERJADI DAN TIDAK SAMPAI, MAKA ITULAH PERKATAAN YANG TIDAK DIFIRMANKAN TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya."

Yeremiah 23:25­27 Aku telah mendengar apa yang dikatakan oleh para nabi, yang bernubuat palsu demi nama­Ku dengan mengatakan: Aku telah bermimpi, aku telah bermimpi! Sampai bilamana hal itu ada dalam hati para nabi YANG BERNUBUAT PALSU DAN YANG MENUBUATKAN TIPU REKAAN HATINYA SENDIRI, yang merancang membuat umat­Ku melupakan nama­Ku dengan mimpi­mimpinya yang mereka ceritakan seorang kepada seorang, sama seperti nenek moyang mereka melupakan nama­Ku oleh karena Baal?

Matius 24:23­24 Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihat, Mesias ada di sini, atau Mesias ada di sana , jangan kamu percaya. Sebab MESIAS­MESIAS PALSU DAN NABI­NABI PALSU akan muncul dan mereka akan mengadakan TANDA­TANDA YANG DAHSYAT DAN MUJIZAT­MUJIZAT, sehingga sekiranya mungkin, mereka MENYESATKAN ORANG­ORANG PILIHAN juga.

Lukas 17:1­2 Yesus berkata kepada murid­murid­Nya: "TIDAK MUNGKIN TIDAK AKAN ADA PENYESATAN, TETAPI CELAKALAH ORANG YANG MENGADAKANNYA. Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari orang­orang yang lemah ini.

2Korintus 11:13­15 Sebab orang­orang itu adalah rasul­rasul palsu, pekerja­pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul­rasul Kristus. Hal itu tidak usah mengherankan, sebab IBLISPUN MENYAMAR SEBAGAI MALAIKAT TERANG. Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan­pelayannya menyamar sebagai pelayan­pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka.

Galatia 1:6­8 Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.

1Yohanes 4:1 Saudara­saudaraku yang kekasih, JANGANLAH PERCAYA AKAN SETIAP ROH, TETAPI UJILAH ROH­ROH ITU, APAKAH MEREKA BERASAL DARI ALLAH; sebab banyak nabi­nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.

Selanjutnya pada bagian berikut kita akan menelusuri beberapa pesan ‘Maria' seperti diklaim telah dinubuatkan melalui Ibu Agnes Sawarno. Fokus perhatian kita hanya pada pesan­pesan itu sendiri, dengan menguji: apakah hal itu sesuai dengan Alkitab? Apakah ‘Maria' di sini sama dengan Bunda Maria yang dinyatakan dalam Alkitab? Dan dengan demikian apakah aneka pesan dan nubuat ini sungguh berasal dari Allah Tritunggal yang maha benar?

BAGIAN II

MENGUJI ISI ANEKA PESAN ‘MARIA'

Pada bagian ini kita akan mengangkat beberapa poin pesan ‘Maria' sebagaimana diklaim telah dinubuatkan melalui Ibu Agnes Sawarno sejak tahun 1995. Inti pesan awal adalah akan datangnya Kegelapan tiga hari (KTH) di seluruh bumi, yang merupakan titik awal Pemurnian Dunia. Maka, dipesankan agar kita mempersiapkan diri menyambut Pemurnian Dunia tersebut. Untuk bisa menerima pernyataan ini, tidak cukup kita bertanya apakah hal demikian sungguh akan terjadi karena toh tidak seorang pun tahu datangnya saat itu, hanya Allah Bapa yang tahu; tetapi kita juga perlu bertanya secara kritis siapakah ‘Maria' yang berpesan melalui nubuat Ibu Agnes Sawarno ini? Dan karenanya, perlukah kita mempercayai pesan­pesannya? Maka di sini akan dipaparkan bagaimana ‘Maria' menyatakan dirinya seperti terungkap dalam pesan­pesannya melalui Ibu Agnes Sawarno 8. Setiap bagian akan diberikan catatan dan refleksi kritis atas fenomena dan pernyataan tersebut.

1. Nubuat KEGELAPAN TIGA HARI DI AWAL TAHUN (1996?)....

A. Dalam Kumpulan Isi hati Tuhan Yesus&Bunda Maria

Berikut sumber dan pesan awal berkaitan dengan ramalan Kegelapan Tiga Hari: (sumber)

KEHADIRAN KE­I IBU MARIA

Cimahi, 3 April 1995 (pagi)

(Ibu hadir membawa mujizat melalui matahari dengan segala pesona dan keindahan surgawi, red)

PESAN IBU MARIA

Setiap Senin IBU hadir, supaya umat diajak doa ROSARIO, dan rumahmu supaya dibersihkan untuk tempat berdoa.

Anak – anakKu banyak yang pintar berdoa tetapi tidak berbuat apa­apa, mereka sibuk dengan dunianya sendiri. Maka Aku datang ke sini untuk mengajak anak­anakKu, untuk berdoa dan berbuat kasih kepada saudara­saudaramuyang menderita.

Aku datang ke sini untuk membawa anakKu kepada ALLAH. Karena akan terjadi 3 (tiga) hari kegelapan di seluruh bumi, tidak ada Matahari, Bulan, Bintang, YANG AKAN TERJADI PADA AWAL TAHUN.

Ini semua merupakan suatu tanda, agar manusia sadar untuk kembali kepada ALLAH.

B. Kisah Penampakan di rumah … Disaksikan oleh Ibu Agnes Sendiri (sumber)

3 April 1995, kurang lebih pada waktu yang sama, pagi hari, ia mendapat penglihatan yang sama : PESONA SURGAWI. Anaknya, Tony, yang juga ikut ke Sendangsono ada di rumah saat itu dan juga melihat pesona itu. Tony kemudian bertanya apakah mungkin Bunda Maria juga akan datang menampakkan diri ? Ia kemudian minta agar Tony memanggil Ibu Fransisca yang rumahnya dekat, masih satu kompleks perumahan, untuk mengkonfirmasikan kejadian itu. Saat Ibu Fransisca tiba, pemandangan itu masih tetap ada. Suami Ibu Fransisca, BAPAK NURBIYANTORO­PUN MELIHATNYA. Ia kemudian BERANGKAT KE KANTOR, TETAPI BAHKAN DI SANA IA TETAP MASIH DAPAT MELIHAT PESONA ITU. Ibu Agnes dan Ibu Fransisca sepakat untuk berdoa rosario bersama. PADA SAAT BERDOA ITULAH IBU MARIA MENAMPAKKAN DIRI KEMBALI PADA IBU AGNES; IBU FRANSISCA TIDAK MELIHAT IBU MARIA.

Pesan yang pertama di Cimahi ini isinya minta agar Ibu Agnes mengumpulkan orang­orang untuk berdoa rosario bersama dan agar rumah Ibu Agnes dibersihkan untuk tempat berdoa.Ibu Maria mengungkapkan keprihatinannya atas anak­anaknya :

“Anak­anakku banyak yang pintar berdoa tetapi tidak berbuat apa­apa, mereka sibuk dengan dunianya sendiri. Maka aku datang ke sini untuk mengajak anak­anakku untuk berdoa dan berbuat kasih kepada saudara­saudaramu yang menderita”.

“Aku datang ke sini untuk membawa anakku kepada Allah. Karena akan terjadi TIGA HARI KEGELAPAN DI SELURUH BUMI, tidak ada matahari, bulan, bintang ; INI AKAN TERJADI PADA AWAL TAHUN. Ini semua merupakan tanda, agar manusia sadar untuk kembali kepada Allah”.

Hari yang dipilih Ibu Maria adalah hari Senin yang akan datang (10 April 1995), dan Ibu Maria akan hadir. Ibu Maria bahkan mengatakan akan datang setiap hari Senin.

C. Penampakan Kedua 'Maria' – Cimahi, 10 April 1995 (sumber)

PESAN IBU MARIA

Supaya memberitahukan kepada PASTOR PAROKI, agar tempat untuk berdoa diberkati. Agar MEMBAWA AIR DARI RUMAH MASING­MASING, UNTUK PENYEMBUHAN. Ajaklah saudara­saudaramu, untuk berdoa bersamaKu di tempat ini, karena akan Kujadikan saksi tentang kehadiranKu di sini.

Berdoalah ROSARIO kamu, tengah malam karena di saat kamu berdoa Aku akan melawati kamu satu persatu dan doamu akan Kubawa kehadirat ALLAH YANG MAHA TINGGI.

Berpuasalah kamu setiap hari Jumat, berpantang, dan mati raga, agar kamu terhindar dari roh yang jahat.

D. ‘MARIA' BATAL BERPESAN …. KARENA PERSOALAN TEKNIS (sumber)

Novena I ­1998, hari ke 5. 11 Januari 1998

Hambatan dalam tugas

Hari yang ke­5 ini kami kelompok sedianya melayani saudara­saudara kami di Ambarawa, tapi KENDARAAN YANG KAMI PAKAI KOPLINGNYA HABIS di kota Batang Jawa­Tengah, sehingga kami tidak dapat melanjutkan perjalanan ke Ambarawa. Dengan TERPAKSA KAMI TUNGGU PERBAIKAN MOBIL, dimana perkerjaan baru selesai pada pukul 22.30.

Selanjutnya kami teruskan perjalanan dan sampai di Ambarawa pada pukul 01.30, SEHINGGA PESAN BUNDA MARIA PADA HARI YANG KE­5 TIDAK ADA. Inilah UJIAN KESABARAN yang Tuhan berikan kepada kami kelompok Pelayanan Kasih Dari Ibu Yang Bahagia ini, agar kami lebih sabar dan tahan uji.. Terima kasih ya Allah atas segala yang boleh kami alami bersama Mu.

Transcriptor

CATATAN DAN REFLEKSI KRITIS:

  • Pesan pertama disampaikan langsung kepada Ibu Agnes, hanya dia yang bisa melihat dan mendengar “Bunda Maria' dan selanjutnya pesan “Tuhan Yesus” dan “Bunda Maria” melalui mulut Ibu Agnes Sawarno.
  • Kegelapan tiga hari akan terjadi pada AWAL TAHUN. Konteks awalnya agaknya awal tahun 1996, dan bila demikian yang dimaksudkan, berarti Kegelapan tiga hati itu tidak terjadi. Atau, haruskah hal ini ditafsirkan dengan pada awal tahun …. (jadi awal dari setiap tahun?). Bukankah kita pun sering mendengar banyak ramalan tentang datangnya hari kiamat, yang akhirnya selalu mbleset, dan biasanya kemudian direvisi pada nubuat­nubuat berikutnya (nubuat pertama yang mbleset biasanya segera dilupakan orang karena perhatian sudah teralihkan pada ‘nubuat revisi').
  • ‘Maria' menepati janjinya menyatakan pesannya setiap kali kelompok ini berkumpul, bahkan juga dalam rangkaian doa novena selama sembilan hari berturut­turut. Fenomena demikian saya rasa kurang lazim, bagaimana mungkin Maria muncul dan berpesan setiap hari, dan ujung­ujungnya…. tidak jadi datang dengan pesannya gara­gara persoalan teknis yang dialami oleh ibu Agnes dan kelompok pelayanannya.
  • Dan tentunya frase yang biasanya muncul tiap kali ‘Maria berpesan': “INI AKU IBUMU MARIA BERSAMA AGNES. INI AKU, BUKAN AGNES SUPAYA KAMU PERCAYA”, tidak kita jumpai pada tanggal 11 Januari 1998.
  • Bagaimana mungkin ‘Maria' selalu muncul dan menyampaikan pesan tiap kali kelompok ini mengadakan pelayanan? Tiga kanak­kanak sederhana di Fatima (1917) ‘hanya' enam kali mengalami kunjungan Bunda Maria! Dan bila kita menyimak pesan­pesan itu, beberapa kali terjadi “pengulangan pesan”, terlebih bila tempat dan audiencenya berbeda.

2. TSUNAMI KELUPAAN DIINGATKAN SEBELUMNYA?

A. Pesan ‘Maria' tgl 18 Des 2004 – Tidak menyinggung soal Tsunami sama sekali (Tsunami terjadi pada 26 Des 2004) (sumber)

…… Anak­anakKu semuanya, mengapa Aku datang ke negaramu? Karena di negaramu ini banyak anak­anakKu, perlu Aku kunjungi, perlu Aku membawa mereka ke jalan yang benar adalah Allah sendiri. Banyak anak­anakKu yang tersesat karena mengimani..., percaya kepada Allah hanya sedikit. Dan Aku minta kepadamu, sepenuhnyalah engkau percaya kepada Allah supaya kamu tidak masuk dalam pencobaan yang datang dari dunia ini.

Anak­anakKu, INI AKU IBUMU MARIA BERSAMA AGNES. INI AKU, BUKAN AGNES SUPAYA KAMU PERCAYA. Jangan kamu pertanyakan dalam hatimu tetapi berdoa minta pengertian dari Allah yang sama yang Aku sembah seluruh bumi yang percaya kepadaNya dan juga mereka yang sudah pulang kembali dalam kebahagiaan.

Anak­anakKu yang Aku kasihi, waktunya sudah dekat. Kamu akan mengalami pemurnian. Sekarang banyak penderitaan, di seluruh bumi akan mengalami itu semuanya; dan juga kamu akan mengalami penderitaan, kepedihan di negaramu ini. Tetapi siapa yang percaya yang dekat dengan Allah, dia tidak masuk dalam pencobaan yang datang dari dunia ini. Persiapkan dirimu dengan baik anak­anakKu, SUPAYA PEMURNIAN ITU BUKAN MENAKUTKAN TETAPI ENGKAU BERSUKA­CITA KARENA KUASA ALLAH TURUN KE BUMI INI UNTUK MENYELESAIKAN DUNIA ini. Dan sekali lagi Aku minta kepadamu, melayani dengan benar, mengasihi dengan benar, mencintai dengan benar dalam kehidupanmu.

B. Muncul Pesan ‘Penghakiman' dari ‘Tuhan Yesus'-31 Des 2004(sumber)

Tuhan Yesus berkata antara lain: “Aku datang pada malam ini untuk menyatakan dan menyampaikan kepada kamu semua yang ada di sini, siapa yang percaya, dia selamat dalam namaKu. SIAPA YANG TIDAK PERCAYA ATAS KEHADIRANKU, DIA AKAN KUHUKUM BERSAMA DUNIA. Lihat, AKU TELAH MELAKUKANNYA. Bisakah mereka selamat bersama dunia? Tidak, anak­anakKu.”

Selanjutnya Tuhan Yesus mengatakan bahwa Dia masih akan menyediakan sedikit waktu bagi anak­anakNya supaya mereka siap dan berjaga­jaga dalam perjalanan hidupnya, karena Dia akan menurunkan KuasaNya untuk menyelesaikan dunia [….]

Baiklah, sekali lagi jaga dirimu baik­baik karena kuasa­KU akan turun menimpa bumi ini. Di seluruh bumi, AKU memurnikan manusia. Siapa yang setia, dia selamat dalam pemurnian dan bahagia bersama­KU. AKU Allah yang nyata, Allah yang hidup, Allah yang dekat. AKU MELAKUKAN APA SAJA, ITU ADALAH KUASA­KU; DENGAN CARA INIPUN, INI KUASA­KU. Tidak ada satu pun yang bisa mengambil bagian­bagian dalam perjalanan ini bersama anak ini. TIDAK SATUPUN DAYA DAN KUASA MANUSIA UNTUK MENGHAKIMI ANAK INI. Tidak ada! Karena AKU bersamanya. Saat ini juga dia bersama­KU dan AKU berbicara melalui anak ini, kamu mendengarkan, AKU ada di

Surga. Tidak dimengerti, ini kuasa­KU! Kuasa­KU tidak ada satu pun yang mengerti maupun di Surga, para malaikat semua ada bersama­KU, mereka tidak akan mengerti kuasa­KU.

CATATAN DAN REFLEKSI KRITIS

  • Mengapa ‘Maria' tidak mengingatkan lagi akan datangnya gempa­tsunami yang akan datang seminggu kemudian? Kelupaan? ‘Maria' sendiri tidak tahu? Atau? Dan setelah terjadi, “Tuhan Yesus' menyatakan bahwa itulah hukuman bagi mereka yang tidak percaya pada kehadirannya di Indonesia !
  • Sekarang mari kita bandingkan dengan dua pernyataan Tuhan Yesus dalam Injil: “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” (Mrk 16:16) – Teks ini sering dikutip oleh Agnes Sawarno dalam aneka nubuatannya. Sekedar catatan, ayat ini termasuk bagian penutup Injil Markus (16:9­20) yang tidak terdapat pada manuskrip­manuskrip tertua 9.
  • “Barangsiapa percaya kepada­Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah” (Yoh 3:18).
  • Kedua teks ini menyebut soal PERCAYA PADA PRIBADI TUHAN YESUS, BUKAN PADA KEHADIRAN­NYA DI INDONESIA! Tuhan Yesus senantiasa hadir menyertai Gereja­Nya sepanjang masa dan dimana pun (bdk. Mat 18:20; 28:20).
  • Dalam peristiwa tsunawi tersebut, apakah berarti kita yang SELAMAT DARI TSUNAMI­GEMPA ini berarti LEBIH SEDIKIT BERDOSA dibanding mereka yang menderita dan meninggal dalam bencana tersebut?
  • Jauh­jauh hari Tuhan Yesus sudah memberikan tanggapan­Nya bagi mereka yang mengkaitkan musibah/bencana dengan dosa, yakni dalam Lukas 13:1­5. “Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang­orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan.Yesus menjawab mereka: "SANGKAMU orang­orang Galilea ini LEBIH BESAR DOSANYA dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? TIDAK! KATA­KU KEPADAMU. TETAPI JIKALAU KAMU TIDAK BERTOBAT, KAMU SEMUA AKAN BINASA ATAS CARA DEMIKIAN. Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? Tidak! kata­Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian”
  • Kesimpulan: Nasib mereka yang menderita sengsara akibat bencana itu semestinya menjadi TANDA PERINGATAN BAGI KITA UNTUK BERTOBAT, TANPA MENGHAKIMI bahwa itu merupakan hukuman “BAGI MEREKA YANG TIDAK PERCAYA AKAN KEHADIRAN­NYA”.
  • Ternyata bukan hanya ‘Maria”, tetapi juga “Tuhan Yesus” sering menegaskan bahwa “anak ini” (yang bernubuat) sungguh dipakai sebagai juru bicaranya secara langsung. Hal ini tidak mengherankan karena yang didengar oleh umat adalah suara ibu Agnes Sawarno sendiri. Sementara dalam peristiwa pembaptisan Tuhan Yesus menampakkan kemuliaannya, suara Allah Bapa didengar oleh ketiga rasul (Mat 17:5­6). Demikian pula Bunda Maria yang menampakkan diri kepada tiga kanak­kanak di Fatima, wajah dan suaranya dilihat dan didengar langsung oleh ketiga anak itu; tidak melalui perantara.

3. BAGAIMANA MENGHADAPI SAAT ITU? ( sumber)

negaramu tidak ada damai. Akan terjadi pergolakan yang cukup berat dan besar di negaramu ini, tetapi KALAU KAMU BERSATU DALAM DOA MASUK DALAM KEPASRAHAN, ENGKAU TERHINDAR DARI SEGALA APA YANG TERJADI, yang akan terjadi di negaramu ini. Itu bukan saja di negaramu, di seluruh bumi akan mengalami pergolakan kehidupan manusia yang sudah jauh dari Allah. … Anak­anakKu yang Aku kasihi, kelaparan, menangis, pembunuhan, pertumpahan darah, sakit, gempa, badai akan turun segera di seluruh bumi. Persiapkan dirimu dengan baik dan bertobatlah mulai malam ini dan kembalilah kepada Allah, supaya kamu selamat dengan peristiwa­peristiwa itu yang akan turun ke bumi ini. Engkau tidak perlu takut! Bersyukurlah engkau mempunyai Ibu di Surga bisa memberikan itu semua yang akan terjadi supaya kamu siap dengan hatimu, siap dengan segala­galanya. (15 Mei 2004)

BANDINGKAN: Dalam Injil Matius Tuhan Yesus memang sudah menyebutkan kemungkinan tersebut, tetapi itu BELUMLAH KESUDAHANNYA.

Matius 24:6­8 Kamu akan mendengar deru perang atau kabar­kabar tentang perang. Namun berawas­awaslah jangan kamu gelisah; SEBAB SEMUANYA ITU HARUS TERJADI, TETAPI ITU BELUM KESUDAHANNYA. 7 Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat. 8 Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru.

APA YANG PERLU DILAKUKAN BILA SAAT ITU TIBA? (sumber)

Kalau dunia tidak dimurnikan, kamu akan habis ditelan oleh dunia ini. Siapakah akan melanjutkan karya keselamatan kerajaan Allah di bumi ini? Maka Allah akan memurnikan supaya kamu utuh kembali seperti semula menjadi rencana Allah supaya kau memuliakan Allah. Dalam satu masa, Allah menyertai kamu. Manna akan diturunkan dari Surga untuk kamu semua. Jangan kamu kuatir! Setelah hari pemurnian itu selesai anakKu, kamu semua bahagia. Semua disediakan Allah bagimu. Satu masa Allah menyertaimu. … sebentar lagi kamu akan mengalami kegoncangan. Kegoncangan yang dasyat..., yang akan turun ke bumi ini. Tapi jangan takut, apabila itu terjadi DIAMLAH KAMU DI RUMAH DAN BERDOA APA YANG TELAH KUAJARKAN KEPADAMU. JANGAN ENGKAU LARI KEMANA­MANA. PERCAYA..! Kuasa Allah akan melindungi kamu sekalian dan KAMU TIDAK CELAKA dengan peristiwa­peristiwa yang akan turun ke bumi ini karena bumi ini akan digoncangkan oleh Allah. Lihat! Engkau sudah melihat, bukan saja di tanah airmu, di seluruh bumi mengalami. Tapi saatnya akan tiba, kamu akan mengalami tiga (3) hari kegelapan itu, maka saat­saat itulah Tuhan memurnikan dunia. Selama tiga (3) hari Tuhan memurnikan dunia. MANA YANG BENAR AKAN TUHAN TUNJUKKAN, MANA YANG SALAH AKAN TUHAN TUNJUKKAN. MUSNAHLAH SEMUA YANG TIDAK BAIK YANG DATANG DARI DUNIA, dan KAMU SEMUA SELAMAT dari semua peristiwa itu. (4 Februari 2005)

CATATAN DAN REFLEKSI KRITIS:

Bencana akan selalu ada, tetapi Tuhan Yesus menegaskan bahwa itu belumlah kesudahannya. Kapan kesudahannya? Tidak seorang pun yang tahu, bahkan Yesus pun tidak, hanya Allah Bapa yang tahu (Mat 24:36). Maka yang merasa bisa meramalkan datangnya hari akhir itu berarti merasa lebih dari Tuhan Yesus.

Sebenarnya apa artinya keselamatan? Apakah sekedar KESELAMATAN FISIK terbebas dari bencana dan musibah?

Anjuran ‘Maria' untuk menghadapi saat itu: Masuk rumah, berdoa, tetap percaya, dsb. Apakah hal ini juga berarti YANG PENTING AKU DAN KELUARGAKU SELAMAT? Apakah pada saat yang lain terkena musibah kita sudah tak perlu menolong mereka lagi, toh “mereka bagian dari dunia dan layak menerima hukuman”? Apakah Tuhan Yesus memang sudah TIDAK HADIR LAGI dalam diri sesama yang menjadi korban bencana tersebut (bdk. Mat 25:40)?

Wacana “pemurnian dunia” ini apakah mirip dengan musibah air bah di zaman Nuh ketika Tuhan sudah tidak tahan lagi melihat kejahatan manusia? Bukankah akhirnya Tuhan justru menyesal telah mendatangkan air bah dan kemudian mengadakan perjanjian dengan Nuh? Firman­Nya, “Maka Kuadakan perjanjian­Ku dengan kamu, bahwa SEJAK INI TIDAK ADA YANG HIDUP YANG AKAN DILENYAPKAN oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi" (Kej 9:11).

Bila perhatian kita hanya tertuju pada “tibanya saat akhir”, lantas bagaimana kita bisa mencurahkan hati­pikiran­tenaga untuk bersama semua orang yang berkehendak baik untuk membangun Kerajaan Allah (kebenaran, keadilan, kasih) dalam masyarakat kita? Jangan­jangan kemudian kita lupa pada Tuhan Yesus yang sungguh nyata hadir pada sesama yang hina­menderita di sekitar kita.

“Pemurnian dunia” apakah dimengerti bahwa Tuhan akan membinasakan semua orang yang telah berbuat kejahatan dan kefasikan melalui aneka “malapetaka”, namun menyelamatkan sebagian orang yang saleh untuk meneruskan kehidupan di dunia ini? Saya kira jawaban Injil tentang perumpamaan lalang di antara gandum (Mat 13:24­30) telah memberikan jawaban tepat. Tuhan menunggu sampai “masa panen” dimana lalang disabit bersama­sama dengan gandum. Baru setelahnya dipisah­pisahkan. Tuhan tidak mengizinkan lalang­lalang itu dicabuti dulu, sebab khawatirnya justru gandum yang ikut tercabut. Kita yang sering berpikir bahwa dunia akan segera membaik manakala lalang­lalang itu dicabut, kiranya perlu merefleksikan diri, jangan­jangan kita sendiri termasuk lalang itu. Jadi, bersyukurlah atas kemurahan Tuhan yang telah memberi kesempatan kita untuk bertobat dan memperbaharui diri.

4. ANEKA PETUNJUK UNTUK MEMPERSIAPKAN DIRI …

Banyak anjuran moral yang disampaikan “Tuhan Yesus” dan ‘Maria” dalam nubuat ibu Agnes Sawarno; dan niscaya bisa Anda temukan hampir dalam setiap pesan; misalnya berpuasa setiap hari Jumat, bertobat, berdoa pasrah, melayani, berdamai, dan mengamalkan kasih persaudaraan. Dan niscaya tidak sedikit yang berpikir, seandainya pun ramalan kegelapan tiga hari itu tidak segera terjadi, bukankah setidaknya saya sudah berusaha hidup lebih baik dan mempersiapkan diri? Lantas apa yang salah untuk dilakukan?

Di bagian pengantar telah saya tegaskan, saya tidak meragukan aneka anjuran moral ini yang niscaya mengajak kita mengamalkan kasih. Namun, yang perlu dikritisi adalah motivasi berbuat kasih itu sendiri. Kita melakukan itu semua bukan lantaran

takut pada hukuman! Biar saat “kegelapan tiga hari” nanti termasuk yang diselamatkan? Supaya nanti kita tidak ikut binasa? Bila pola pikir kita demikian, lantas apa artinya rahmat penebusan Kristus yang telah mati di kayu salib bagi penebusan dosa­dosa kita? Bukankah kita selamat justru karena telah dikasihi dan ditebus oleh darah mulia Kristus sendiri? Allah lebih dulu telah mengasihi kita dengan memberikan Putra­Nya yang tunggal. “Karena BEGITU BESAR KASIH ALLAH AKAN DUNIA INI, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak­Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada­Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. 17 Sebab Allah mengutus Anak­Nya ke dalam dunia BUKAN UNTUK MENGHAKIMI DUNIA, melainkan UNTUK MENYELAMATKANNYA OLEH DIA” (YOH 3:16­17). Dan mengapa kita berbuat kasih? “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi ALLAH YANG TELAH MENGASIHI KITA dan yang telah mengutus Anak­Nya sebagai pendamaian bagi dosa­dosa kita” (1 Yoh 4:10). Allah telah lebih dahulu mengasihi kita, maka kita pun berbuat kasih sebagai ungkapan syukur dan identitas sebagai murid Kristus. “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid­murid­Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh 13:35).

Nah, untuk menerima perintah Tuhan dan melakukannya, tidak perlu kita menunggu datangnya nubuat, bukankah kita bisa membaca dan merenungkan Sabda­Nya dalam Alkitab? Di sana Tuhan sungguh mau bersabda dan menyapa kita. Kita akan menemukan apa yang sungguh dikehendaki Tuhan untuk kita lakukan. Setelah membaca dan merenungkannya, mari kita indahkan nasihat Bunda Maria dalam pesta perkawinan di Kana, “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!" (Yoh 2,5). Inilah satu­satunya perkataan Bunda Maria kepada kita semua yang tercatat dalam Injil Yohanes! Bunda Maria tidak meminta hal lainnya, kecuali kita mau mendengarkan dan melaksanakan perintah Tuhan Yesus! Itu semua bisa kita baca dan renungkan dalam Alkitab. Alkitab memuat keseluruhan wahyu Tuhan. Inilah pewahyuan umum yang menjadi sumber iman kita. Aneka wahyu pribadi yang diterima seseorang perlu dikoreksi dengan Wahyu umum yang tertuang dalam Alkitab, untuk mengetahui apakah itu sungguh berasal dari Allah Tritunggal mahakudus dan maha benar.

5. PERNYATAAN “MARIA” YANG SERBA NYLENEH

Selanjutnya kita akan melihat lebih jauh aneka pernyataan “Maria” yang nyleneh dalam nubuat yang disampaikan ibu Agnes Sawarno. Dari sini kita bisa semakin jelas melihat, benarkah “Maria” ini sungguh­sungguh Bunda Maria seperti kita kenal dalam Injil. Setiap pernyataan yang nyleneh ini akan dikonfontasikan dengan Sabda Tuhan sendiri dalam Alkitab. Bila “Maria” ini sungguh berasal dari Allah yang benar, pernyataannya tidak akan bertentangan dengan isi Alkitab.

A. Roh Maria sudah ada Sebelum dunia diciptakan?(sumber)

Karena AKU ADA SEBELUM DUNIA INI DIJADIKAN AKU SUDAH ADA BERSAMA ALLAH. Supaya kamu imam­imamku mengerti. BUKAN AKU WANITA DIPILIH DARI SEMUA WANITA YANG ADA PADA WAKTU ITU, TIDAK! AKU ROH, ROH YANG ADA DAN DIJADIKAN. Aku hidup untuk bekerja sama dengan Allah UNTUK

MENYELAMATKAN MANUSIA. Dan sekarang, juga Aku dihadirkan ke bumi ini bersama anak­anakku. Dan keadaanku adalah kekal dan abadi bersama Allah. AKU BUKAN WANITA, MANUSIA WANITA, TIDAK! Allah telah mempersiapkan itu semua dalam semua rencana­Nya untuk hadir ke bumi ini. Maka ROHKU ADA SEBELUM SEMUA DICIPTAKAN, AKU SUDAH ADA BERSAMA ALLAH. (Cimahi, 4 Januari 2008).

Sebelumnya ‘Maria' juga mengklaim: ( sumber )

Anak­anakku yang Aku kasihi, Akulah Ibumu. AKU ADA SEBELUM DUNIA DIJADIKAN.(AMSAL 8 : 22­31) Setelah itu Aku dihadirkan ke bumi ini untuk kehadiran Tuhan Allahmu untuk menyelamatkan manusia. Setelah peristiwa itu terjadi, Tuhanmu menyerahkan kamu semua kepadaku (Yoh 19:26­27). Itu bagian dari kehidupanku, kamu semuanya. Dan Aku adalah Ibumu yang diserahkan Allah langsung kepadamu. (Lembang­Cimahi, 18 Maret 2007)

CATATAN DAN REFLEKSI KRITIS:

Yang ada bersama Allah sebelum penciptaan dunia, menurut Kitab Suci adalah: KEBIJAKSANAAN/ HIKMAT: (Amsal 8:22, 30­31) “TUHAN telah menciptakan aku (baca: hikmat) sebagai permulaan pekerjaan­Nya, sebagai perbuatan­Nya yang pertama­tama dahulu kala. … (Pada saat penciptaan) aku ada serta­Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenangan­Nya, dan senantiasa bermain­main di hadapan­Nya; 31 aku bermain­main di atas muka bumi­Nya dan anak­anak manusia menjadi kesenanganku”.

Tradisi Yahudi menafsirkan kebijaksanaan/hikmat yang sudah ada sebelum terciptanya dunia adalah Taurat, sementara tradisi Kristen menafsirkannya sebagai preeksistensi Kristus, sang Firman yang menjelma menjadi Manusia (Yoh 1:14), seperti dinyatakan dalam Prologue Yohanes 1:1­2: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama­sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 2 Ia pada mulanya bersama­sama dengan Allah”. Adakah hubungan antara prologue Yohanes ini dengan nubuat Ibu Agnes Sawarno yang konon banyak (membaca dan merenungkan?) dibimbing langsung oleh Rasul Yohanes? Entahlah.

Maria dipuji yang BERBAHAGIA DI ANTARA SEMUA WANITA oleh Elisabeth: “Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, 42 lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu” (Luk 1,41­42). Siapakah “Maria” yang bernubuat dalam diri Ibu Agnes sampai berani menyangkal pernyataan Alkitab?

“Maria” disini mengaku diri “Aku BUKAN WANITA, manusia wanita, tidak!” Ini bertentangan dengan kesaksian Rasul Paulus, “ Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak­Nya, yang LAHIR DARI SEORANG PEREMPUAN dan takluk kepada hukum Taurat (Gal 4,4). Juga pernyataan penginjil Matius “Sesungguhnya, ANAK DARA itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki­laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" yang berarti: Allah menyertai kita” (Mat 1:23). Kata “anak dara” atau “perawan” ini merupakan pemenuhan nubuat Tuhan melalui nabi Yesaya

7:14 (teks Alkitab Ibrani: perempuan muda; sedangkan Septuaginta­Alkitab berbahasa Yunani: PERAWAN).

“Maria” menyatakan diri “Bukan manusia wanita, tapi Roh, yang ada dan dijadikan, … untuk ikut menyelamatkan dunia”. Pernyataan ini semakin menegaskan siapakah “Maria” yang berbicara dalam nubuatan Ibu Agnes Sawarno. Saya pribadi akhirnya mengambil kesimpulan bahwa “Maria” ini bukanlah Bunda Maria yang kita kenal dalam Kitab Suci. Dia bukanlah Bunda Maria yang senantiasa mendoakan kita putra­putri­Nya. Dia bukanlah Bunda Maria dari Nazaret yang kita kasihi dan hormati. Maka dengan sadar sejak awal tulisan saya menyebutnya “Maria” dengan tanda petik karena saya tidak ingin mengacaukan dengan Bunda Maria yang kita hormat­kasihi bersama.

B. Tuhan Yesus Tidak sungguh-sungguh menderita di kayu salib? (sumber)

Mengapa anak­anakku, di saat itu Tuhanmu membiarkan diri­Nya menderita? (Karena ingin) dinyatakan kepadamu, setia dalam penderitaan asal kamu bahagia bersatu dengan­Nya. TAPI ALLAHMU TIDAK MENDERITA, HANYA KAMU SEBAGAI MANUSIA MELIHAT SEMUA PENDERITAAN ITU, tapi Dia adalah Allah, bisa menyelesaikan semua segala rencana­Nya untuk menebus dosa manusia sehingga kamu bisa datang menuju kepada Allah di surga. (Wonogiri, 9 Nov 2008)

CATATAN DAN REFLEKSI KRITIS:

Pengajaran “Maria” ini semakin nyleneh, bertentangan dengan kebenaran Alkitab. Dengan kata lain, “Maria” mengajarkan bahwa Tuhan Yesus saat berada di kayu salib itu sebenarnya tidak sungguh menderita, “hanya kamu sebagai manusia melihat semua penderitaan itu”. Jadi, Tuhan Yesus tidak benar­benar menderita? Dia hanya “kelihatannya” saja menderita! Bukankah pernyataan ini mirip dengan bidaah doketisme (topeng/pura­pura) yang tidak mengakui kemanusiaan Yesus dan menyatakan bahwa Tuhan Yesus yang sungguh Allah itu tidaklah sungguh­sungguh menderita. Prologue Injil Yohanes telah menegaskan bahwa “Firman telah menjadi manusia” (terjemahan harafiahnya: menjadi daging). Kata “daging” juga menunjukkan aspek kelemahan dan kerapuhan sebagai manusia. Sebagai manusia pun dia telah banyak kali dicobai, namun tidak jatuh dalam dosa (Ibr 4:15). Mereka yang menyangkal kemanusiaan Yesus telah dikecam oleh Yohanes dalam suratnya, “Demikianlah kita mengenal Roh Allah: SETIAP ROH YANG MENGAKU, BAHWA YESUS KRISTUS TELAH DATANG SEBAGAI MANUSIA, BERASAL DARI ALLAH, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia” (1 Yoh 4:2­3).

C. ‘Maria' itu Roh, maka Tidak Pernah dilahirkan ataupun Melahirkan Yesus? (sumber)

Anakkku, sebenarnya Tuhanmu ada di rahimku ini, itu HANYA SUATU PANDANGAN ROHANI YANG DITANAMKAN DALAM KEHIDUPANMU. AKU TIDAK PERNAH MELAHIRKAN APAPUN. SUNGGUH, AKU ROH. AKU BUKAN MANUSIA. Tidak ada yang bisa mengerti masalah ini, maka Aku memberikan pengertian saat­saat terakhir ini.

Tuhan hadir bersamaku dan hadir diantara kamu, itu kuasa­Nya. Aku Ibumu bukan seperti kamu wanita yang melahirkan seorang anak. Tidak, anakku! Aku roh. Aku roh dan kamu percaya bahwa Aku juga dilahirkan dengan seorang wanita tua. Aku juga bukan dilahirkan anakku. Aku roh. Ingat nubuat para Nabi. “Seorang dara akan

mengandung.” Tidak ada wanita dikatakan dara anakku. Itu menunjukkan bahwa Akutidak dilahirkan seperti wanita melahirkan. AKU TIDAK DILAHIRKAN DAN AKU JUGA TIDAK PERNAH MELAHIRKAN. Semua itu kuasa Allah, hadir diantara manusia. Jangan pikirkan tapi imani saja. Aku Ibu Maria mengatakan benar. Sungguh! (Wonogiri, 9 Nov 2008).

CATATAN DAN REFLEKSI KRITIS:

Sekarang kita semakin bisa melihat betapa nyleneh pernyataan si ‘Maria” ini.

Dia menegaskan dirinya sebenarnya adalah roh. Dia menolak kesaksian Injil bahwa Bunda Maria sungguh telah melahirkan Yesus:

Matius 1:24­25 “…[Yusuf] mengambil Maria sebagai isterinya, 25 tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai IA MELAHIRKAN ANAKNYA LAKI­LAKI dan Yusuf menamakan Dia Yesus.

Lukas 2:6­7 Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, 7 dan ia MELAHIRKAN SEORANG ANAK LAKI­LAKI, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.

Bila si “Maria” ini memang bukan Bunda Maria dari Nazaret yang telah melahirkan Yesus­Kristus seperti yang kita akui dalam Credo, ya pantas bila dia mengaku diri tidak pernah melahirkan dan dilahirkan! Aneh sekali bahwa dia juga berargumentasi bahwa nubuat Yesaya 7:14 hanya menyebut kata “dara”, bukan wanita/perempuan. Semoga si “Maria” ini mengerti bahasa Indonesia dengan baik, bahwa dara itu berpadanan dengan jejaka, jadi artinya perawan/gadis. Ini terjemahan dari text Septuaginta (Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani: he parthenos; text Yunani lainnya menyebutnya dengan he neanis artinya perempuan muda seperti

dalam Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani (ha almah). Perawan/gadis itu termasuk perempuan muda, tetapi tidak sebaliknya. Terjemahan Alkitab LAI mengikuti text Perjanjian Lama bahasa Ibrani; sementara kutipan Mat 1:23 mengikuti Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani (kitab suci gereja awali pada masa itu, khususnya yang berada di luar Palestina). Wah, jangan­jangan si “Maria” ini hanya baca Mat 1:23 terjemahan LAI yang menerjemahkannya dengan kata “anak dara”, yang sebenarnya sinonim dengan perawan/gadis, sebab text Mat 1:23 dalam bahasa Yunani juga menyebut he parthenos.

D. Maria Membenarkan Agresi Israel ? (sumber)

Anak­anakKu, lihat! Peperangan sudah dimulai. Lihat! Dunia sudah mulai gelisah. Lihat! Ya! Bangsa yang terpilih tetaplah terpilih. Allah tidak akan meninggalkan bangsa yang terpilih itu, adalah bangsa Israel . JANGAN KAMU KATAKAN KEJAM! TIDAK! Engkau sudah tahu sejarahnya. BIARLAH ITU DIPULIHKAN, DIAMBIL KEMBALI

Itulah tanda yang akan datang. (Wisma Shamadi Klender­Jakarta, 17 Januari 2009).

CATATAN DAN REFLEKSI KRITIS:

Wah, kali ini “Maria” juga mengikuti berita politik terbaru, yakni agresi Israel atas terror Hamas sekitar Natal 2008 lalu. Agak sulit juga menunjukkan teks Kitab Suci yang berkaitan dengan peristiwa ini. Barangkali bisa didiskusikan soal nasib bangsa Yahudi sebagai bangsa terpilih yang telah “menyalibkan Messias”. St. Paulus juga bergumul dengan persoalan ini, bagaimanakah nanti nasib bangsanya sebab mereka telah menolak bahkan menyalibkan Messias yang telah diutus oleh Allah? Yang pasti, sekarang keselamatan telah ditawarkan kepada segala bangsa, bukan monopoli orang Israel/Yahudi lagi. Bahkan sebelumnya Tuhan Yesus telah mengatakan, “Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu” (Mat 21:43). Merenungkan sikap bangsanya, St. Paulus dalam surat di Roma (11:1­10) menegaskan Tuhan tidak akan pernah meninggalkan umat pilihan­Nya; namun karena sikap mereka akan Kristus, dia berkeyakinan, “Demikian juga pada waktu ini ada tinggal SUATU SISA, menurut pilihan KASIH KARUNIA. Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia” (Rom 11:5­6).

Maka, sekarang wacana peperangan antara negara Israel dan Palestina (Hamas) tidak perlu dilihat dalam kacamata bangsa terpilih atau bukan. Sebab keselamatan melalui Yesus Kristus telah ditawarkan kepada semua bangsa. Dan bila kita mencermati peristiwa tersebut, bukankah agresi Israel maupun terror Hamas sama­sama dikecam oleh Paus Benediktus XVI maupun PBB? Sebab semua itu menyebabkan jatuhnya banyak korban sipil, terlebih anak­anak, baik di kalangan Israel maupun Palestina. Kenapa di sini “Maria” justru “mendukung dan membiarkan” peperangan itu, hanya lantaran Israel adalah “bangsa terpilih”? Tetapi bila dia bukanlah Bunda Maria, sang Ratu Pencinta Damai, ya sikapnya bisa kita mengerti. Sebab Bunda Maria niscaya mengingat pula bahwa di antara orang Arab­Palestina itu pun cukup banyak yang Kristen­Katolik, mereka adalah anak­anaknya juga. Bahkan umat Arab­Katolik di Palestina maupun di Israel biasa berdoa dengan bahasa Arab dan menyapanya dengan “Assalamualaikum Mariyam …” Dan bisa dipastikan Bunda Maria akan mendengarkan dan mendoakan mereka juga, karena dia pun mengerti doa yang dipanjatkan dalam bahasa Arab, seperti halnya doa­doa dan pujian yang kita panjatkan dalam bahasa Indonesia.

E. Perumusan ulang Pesan untuk “awal Tahun 1996” untuk tahun 2009? (sumber)

Terima kasih para imam. Aku ingin untuk kamu semua yang ada di sini, Aku: Ibumu, Maria mau menyampaikan ini, TAHUN INI , anakKu, kamu akan mengalami banyak hal. Kalau kamu tidak memulai mengerti untuk melayani anak­anakKu dimanapun kamu berada, aduh, Aku harus bicara apa supaya kamu mau mendengar dan menerima tentang kebenaran ini ?

TAHUN INI kamu mengalami cukup banyak , cukup berat peristiwa – peristiwa. Bukan saja di tempatmu ini, di seluruh bumi. Persiapkan, hai para imam! Jangan kamu kuatir, jangan kamu malu, jangan kamu takut untuk menerima kebenaran ini. Memang secara dunia , pikiran manusia, ini tidak bisa diterima, karena cukup luar biasa, banyak TANDA­TANDA DIBERIKAN DI DALAM KELOMPOK INI. Bukalah hatimu para imam. Mulailah, mulailah untuk mengerti, juga persiapkan dirimu dengan baik. Itu harapanKu, supaya kamu nanti bisa melindungi anak­anakKu di saat penderitaan itu datang di antara kamu. Percayalah! Semua itu akan terjadi. PEPERANGAN AKAN TERBUKA, PERTUMPAHAN DARAH AKAN TERJADI DI MANA­MANA. Kamu harus percaya para imam, karena engkau lebih daripada anak­anakKu, maka bijaksanalah kamu untuk menerima nubuat ini. (Wisma Klender­Jakarta, 17 Januari 2009)

CATATAN DAN REFLEKSI KRITIS:

Rumusan soal “Kegelapan tiga hari” pada awal tahun (1996), tidak disebut lagi. Tetapi “tanda­tanda” kearah sana sepertinya diinsyaratkan dan akan terjadi: PADA TAHUN INI (2009).

Tahun ini (2009) akan terjadi peperangan terbuka (berarti bukan hanya satu kali perang, tapi beberapa kali) dan pertumpahan darah. Apakah aka ada kerusuhan lagi seperti kerusuhan Mei 1998 lalu? Disebabkan oleh hasil pemilu 2009? Atau? …. Bila sampai akhir tahun 2009 yang dinubuatkan ini tidak terjadi, apakah lantas akan dirumuskan ulang seperti nubuat awal bahwa KGT akan terjadi pada awal tahun 1996 dulu?

Mungkin kita bisa mengingat tragedi jemaat “Pondok Nabi” di Bandung yang meramalkan dan menantikan hari kiamat pada hari Senin, 10 Nov 2003, pk. 15.00. Dan ternyata ‘Tuhan Yesus' tidak jadi datang untuk menjemput dan mengangkat kelompok ini ….(karena mungkin tempat itu keduluan didatangi polisi???)

F. ‘Bunda Maria' mengurusi sampai soal pakaian ke Gereja? ( sumber )

Inilah yang Aku minta daripadamu. Dan sampaikan pada saudara­saudaramu anak­anakKu, kalau engkau pakai pakaian untuk tubuhmu, PAKAILAH YANG SOPAN. Aku minta daripadamu, tunjukkanlah bahwa engkau anak­anak Allah yang menjadi contoh bagi mereka yang tidak mengenal Allah; terutama Aku melihat anak­anakKu saat MASUK KE RUMAH TUHAN, mereka memakai PAKAIAN YANG TIDAK SENONOH. Aku sedih, di manakah rasa hormatmu? Jangan kau lakukan itu lagi dan sampaikan kepada saudara­saudaramu, TUTUPILAH TUBUHMU DENGAN SOPAN; itulah anak­anak Allah. Jangan melampaui batas dan jangan berlebihan; itu tidak baik. Berlakulah seperti anak­anakKu pada saat menghadap Allah. […] Jangan kau lakukan lagi seperti itu, jangan kau mudah dipengaruhi oleh dunia ini yang banyak menyesatkan bagi manusia­manusia yang jauh dari Allah! Katakan kepada imammu. Apakah IMAMMU TIDAK RNELIHAT anak­anakKu seperti itu? MENGAPA ITU DIBIARKAN TUMBUH? Aku tidak mengerti; tapi dari kamu yang mendengarkan Aku berbicara, di mana engkau bertemu dengan saudara­saudaramu, engkau melihat seperti itu, tegurlah mereka dengan baik. Sadarkan dia dengan baik. Siapa yang menampakkan tubuhnya, dia sudah membuat dosa, dosa dalam dirimu.. (Cimahi, 2 Februari 1997).

CATATAN DAN REFLEKSI KRITIS:

Secara pribadi saya mendukung anjuran untuk pergi ke gereja dengan pakaian yang sopan dan pantas. Bahkan di Italia bila ada turis yang mau masuk basilika­basilika dengan berpakaian yang kurang pantas, akan ditolak, atau minimal akan dipinjami kain penutup. Namun, saya merasa heran saja bila Bunda Maria sampai berpesan soal beginian (bukan maksud saya meremehkan isinya). Tetapi bila yang usil dan cerewet ini adalah si “Maria”, ya saya maklum. Sebab soal pakaian setidaknya masih bisa diupayakan melalui pengumuman gereja (Sentilan dalam homili pastor?) serta pengarahan dan teladan orangtua masih bisa kita harapkan.

G. Konsili Vatikan II itu Salah? ( sumber )

Hai para imam dan kamu anak­anakku bersama Agnes yang Kuajak kamu, Kubawa kamu ke negara lain (dalam misi ke Fatima, Mei 2005, red), Aku akan menyatakan kepadamu, disanalah banyak anak­anakku yang telah meninggalkan Allah dalam kehidupannya maka Aku membawamu. Aku jadikan kamu saksi. Apabila engkau menyampaikan kebenaran ini kepada pemimpinmu yang tertinggi. Aku menyebut dia, menyebut dia saat ini adalah Benedictus. (Paus Benedictus XVI) Bawalah pesan ini semua kepadanya saat­saat terakhir ini. Dan Aku berkata kepadamu hai para imam, lakukan dan kerjakan. Kamu jangan kuatir, karena surga telah melihat apa yang telah menjadi keputusan mereka adalah salah. Kemenangan ada didalam Allah. Semua itu ada didalam Allah dan keselamatan ada di tangan Allah, dan mereka telah takut kepada dunia.

Pernyataan itulah, keputusan itulah (Konsili Vatikan II, red) yang menggoyahkan iman anak­anakku dan juga iman kepada para imam. Dan Aku Ibumu…, saat terakhir harus dinyatakan kebenaran ini, siapa yang percaya dia diselamatkan, siapa yang tidak percaya dia akan celaka bersama dunia. Inilah saat­saat terakhir bagi dunia. (Wisma Samadi Klender, 13 Nov 2005).

CATATAN DAN REFLEKSI KRITIS:

Kali ini yang menentang keputusan Konsili Vatikan II bukan hanya kelompok Lafebrevre ataupun Serikat St. Pius X yang selalu berpegang teguh pada “doktrin” Extra Ecclesiam Nulla Salus (Di luar Gereja [Katolik] tidak ada keselamatan), menostalgiakan misa dalam bahasa latin, dan mempertanyakan praktek penerimaan komuni di tangan. Tapi ternyata “Maria” juga ikut menyatakan bahwa keputusan Konsili Vatikan II itu adalah salah karena mengakibatkan umat yang meninggalkan Gereja Katolik, dsb,dsb.

Mungkin dalam hal ini para teolog­dogmatik yang lebih baik memberikan tanggapannya. Secara pribadi saya hanya berefleksi sederhana: bila terhadap Alkitab saja si “Maria” ini berani menentang dan memutarbalikkan isinya, apalagi “sekedar” Konsili Vatikan II dan aneka peraturan gereja yang kerap dicapnya sebagai sekedar peraturan buatan manusia.

H. Belum Semua Pesan Fatima Dibuka kepada Dunia?

Dalam surat kami yang terakhir tanggal 10 Mei 2005 telah kami sampaikan bahwa atas penugasan oleh Tuhan Yesus Kristus dan Ibu Maria, Agnes Sawarno bersama 20 anggota Kelompok Pelayanan Kasih Dari Ibu Yang Bahagia berangkat ke Fatima. Agnes Sawarno harus melanjutkan tugas yang belum diselesaikan oleh Suster Lucia sampai saat meninggalnya, yaitu “Menyampaikan pesan yang diterima tahun 1917 dan masih belum dibuka, berkenaan dengan Pemurnian Dunia” sehingga Gereja Katolik dapat mempersiapkan anak­anak­Nya menghadapi masa pemurnian dunia yang akan memuncak pada Tiga Hari Kegelapan yang akan meliputi seluruh bumi. Pada surat yang sama kami juga melampirkan booklet dengan judul “THE MIRACLE OF THE SUN IS PERFORMED AGAIN AND THE PURIFICATION IS NEAR” yang kami persiapkan dan diperbanyak untuk dibagikan di Fatima. Dalam booklet tersebut kami sampaikan apa yang menjadi tugas kami yaitu “Untuk menjadi Utusan dan Saksi dalam menggemakan kembali Pesan Fatima 1917, bahwa masih ada pesan yang belum diumumkan kepada dunia dan harus segera dilaksanakan, demikian juga agar benua Eropa mendapatkan “tanda” untuk pertobatan mereka menjelang pemurnian dunia. ( Surat kepada Para Uskup dan Imam, tertanggal Jakarta , 12 September 2005).

CATATAN DAN REFLEKSI KRITIS:

Ibu Agnes dan kelompoknya selalu menegaskan bahwa mereka membawa misi untuk melanjutkan misi Sr. Lucia, karena ada pesan Fatima yang belum dibuka kepada dunia, yakni soal pemurnian dunia.

Pertama, saya perlu mendeskripsikan fenomena Fatima pada tahun 1917 itu sendiri. Penampakan ini dilihat dan didengar oleh ketiga anak kecil nan polos dan mereka tidak “merekayasanya”. Rangkaian penampakan itu sendiri terjadi “hanya” enam kali; tidak berlangsung terus­menerus.

Pesan utamanya adalah: Pertama, berdoalah dan berbuat silih untuk pertobatan orang berdosa dan untuk menangkal pengaruh ateisme/komunisme. Kedua, hormatilah Hati Tak Bercela Maria, maka banyak orang berdosa akan diselamatkan. Ketiga, diberikan gambaran ada seorang uskup tua bertongkat dan berpakaian putih tertembak. Pesan pertama membawa buah pada kehancuran Negara Komunis­Uni Sovietpada tahun 1990. Sedangkan pesan ketiga sendiri baru dinyatakan kepada dunia oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 2000. Saya sempat bertanya kepada Rm. Stefanus Suryanto,CP yang telah menulis buku Paus Benediktus XVI (Obor,2008) yang di dalamnya disinggung pandangan Kardinal Ratzinger soal nubuat Fatima . Menurut Rm. Stefanus Suryanto,CP ketiga rahasia Fatima itu sama sekali tidak menyinggung soal pemurnian dunia.

Atau dengan pernyataan kelompok ini, apakah berarti selama ini Paus Yohanes Paulus II dan Sr. Lucia tidak membuka seluruh rahasia Fatima ? Masih ada yang ditutupi? Sayang, bahwa kelompok pelayanan ini baru menyinggung nubuat pemurnian dunia ini berkaitan dengan rahasia Fatima setelah Sr. Lucia (Februari 2005) dan Paus Yohanes Paulus II (April 2005) sama­sama sudah meninggal dunia, sehingga tidak bisa dikonfirmasikan. Atau, pertanyaan kritis boleh dibalik, kenapa nubuat pemurnian dunia ini baru dikaitkan dengan rahasia Fatima setelah meninggalnya kedua tokoh ini? Maaf, terus­terang saya tidak mengecek kapan pertama kali pesan kegelapan tiga hari ataupun pemurnian dunia dalam nubuat Ibu Agnes Sawarno berkaitan dengan pesan Fatima . Bila keterkaitannya dengan Fatima sudah disebut jauh­jauh hari sebelum kedua tokoh ini meninggal, apakah berarti selama ini memang alm. Paus Yohanes Paulus II dan Sr. Lucia menutupi (alias berbohong tentang) salah satu rahasia Fatima , yakni soal pemurnian dunia? Tetapi bila kenyataannya adalah sebaliknya, maka akan konsisten dengan identitas dan sikap “Maria” yang telah kita kritisi pada halaman­halaman sebelumnya. Saya yakin, Anda bisa mengambil kesimpulan dan sikap sendiri

BAGIAN III -REFLEKSI AKHIR

Setelah kita menguji aneka pesan ‘Maria' dalam nubuat Ibu Agnes Sawarno, sekarang saya akan membagikan refleksi saya secara pribadi berkaitan fenomena ini dan bagaimana kita perlu mewujudkan iman Katolik dalam konteks keindonesiaan. Sekali lagi, ini sekedar sharing refleksi pribadi, barangkali bermanfaat untuk makin memahami fenomena ini, mengambil sikap pribadi secara tepat, dan syukur bila makin mengembangkan devosi yang sehat­subur kepada Bunda Maria tercinta 10 .

IDENTITAS “MARIA” DALAM NUBUAT IBU AGNES SAWARNO

Dari proses penelusuran, analisa kritis, dan refleksi atas beberapa poin pesan ‘Maria' dalam nubuat ibu Agnes Sawarno, identitas ‘Maria' di sini bisa dirangkum sebagai berikut: Dia adalah roh, tidak dilahirkan dan tidak pernah melahirkan. Dia bukanlah manusia­wanita. Dia “hanya” mengenal Alkitab terjemahan LAI, itu pun agaknya kurang mengerti bahasa Indonesia dengan baik. ‘Maria' banyak menyitir pandangan dalam Injil Yohanes, terlebih pandangan negatif terhadap dunia. ‘Maria' berani menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan pernyataan Alkitab. ‘Maria' sangat mendukung apa saja yang dilakukan “Negara Israel ” dan tidak (mau) tahu bahwa banyak orang Katolik di Israel dan Palestina justru berdoa dalam bahasa Arab, bukan bahasa Ibrani­modern. ‘Maria' sampai peduli soal pakaian ke gereja. Dia berani menyatakan bahwa Konsili Vatikan II adalah salah karena mengakibatkan banyak umat meninggalkan Gereja Katolik. Bahkan ‘Maria' seakan mengindikasikan bahwa Paus Yohanes Paulus II dan Sr. Lucia berbohong, atau bahasa halusnya: belum membuka, semua rahasia Fatima , yakni tentang pemurnian dunia. Maka, siapakah ‘Maria' ini? Entahlah.

Secara pribadi saya berkesimpulan ‘Maria' ini bukanlah Bunda Maria dari Nazareth seperti dinyatakan dalam Alkitab dan kita akui dalam Credo. Dia bukanlah Bunda Maria yang senantiasa kita hormat­kasihi. Dia bukanlah Bunda Maria yang senantiasa kita mohonkan doanya. Maka, saya tidak mempercayai apa yang dia katakan dan pesankan. Bahwa ada pula pesan­pesannya yang bagus dan indah, saya berpendapat itu semua umunya sudah tertulis dalam Alkitab. Apalagi Bunda Maria dalam pesta perkawinan di Kana “hanya” berpesan pada kita, “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” (Yoh 2:5). Bunda Maria meminta kita hanya mendengarkan dan melaksanakan pesan dan perintah Tuhan Yesus, yakni yang tertuang dalam Alkitab, bukan malahan mencarinya pada nubuat­nubuat baru, bisikan dari mereka yang sudah meninggal, ataupun dongeng­dongeng dan takhayul (lih. 1 Tim 4:7).

SUASANA TEROR DAN KETAKUTAN

Salah satu dampak dari pewartaan “Kegelapan tiga hari” adalah suasana teror dan ketakutan. “Bagaimana bila hal itu sungguh terjadi? Kalaupun tidak, setidaknya saya kan bisa menjadi lebih baik?” begitu pandangan sebagian umat. Tetapi, motivasi dan dasar pertobatan dan perbuatan kasih kita akhirnya hanya lantaran takut. Sesuatu yang kurang tepat, terlebih bila ketakutan itu tidak beralasan. Pernyataan “Jangan takut!” berulang kali dinyatakan dalam Alkitab, misalnya oleh Malaikat Gabriel kepada Bunda Maria (Luk 1:30) dan Zakharia (Luk 1:13), para malaikat kepada para gembala (Luk 2:10), Tuhan Yesus kepada Simon yang baru dipanggilanya (Luk 5:10) dan juga kepada Yairus (Luk 8:50). Saat mendatangi para muridnya dengan berjalan di atas air, Tuhan Yesus juga berkata “Jangan takut” (Mat 14:27). Demikian pula putri­putri Sion tidak perlu takut menyambut Yesus sebagai Raja yang tengah masuk kota Yerusalem (Yoh 12:14). Begitu pula pernyataan Tuhan kepada Paulus (Kis 18:9). Dan frase yang sama, “Jangan takut!” ditegaskan kembali oleh Paus Yohanes Paulus II.

Ya, kita tidak perlu takut untuk hidup sebagai anak­anak Allah di bumi Indonesia , kendati barangkali kita menghadapi aneka tekanan dan tantangan. Dan kita juga tidak perlu takut dengan datangnya hari Tuhan yang tiba­tiba, asal saja kita senantiasa berjaga dan hidup dalam kasih. Dalam Alkitab, pertama kali manusia (Adam dan Hawa) merasa takut pada Tuhan dan bersembunyi adalah setelah mereka berbuat dosa. Namun, kabar sukacita diwartakan kepada kita melalui Yesus­Kristus, betapa Allah itu maha kasih dan senantiasa siap menunggu kedatangan kita. Dia adalah maha pengampun. Dan inilah undangan pertobatan bagi kita semua, terlebih di masa prapaskah ini.

PAHAM TENTANG “DUNIA” DALAM TULISAN-TULISAN YOHANES

Ibu Agnes Sawarno mengklaim telah mendapat bimbingan langsung dari Rasul Yohanes, penulis Injil keempat. Saya tidak tahu bagaimana bentuk konkret bimbingan langsung tersebut. Namun, setidaknya dalam aneka nubuat, bahkan pengajaran sebelum nubuat, sangat terasa pandangan negatif tentang dunia yang memang tersirat dalam tulisan­tulisan Yohanes. Dalam hal ini mesti kita sadari, bahwa pengertian DUNIA DALAM TULISAN YOHANES SANGATLAH KHAS, bukanlah dunia semesta inse, melainkan DUNIA YANG TELAH MENOLAK DAN MEMUSUHI KRISTUS DAN MURID­MURID­NYA. Kita ambil beberapa contoh:

  • Dalam diskusi Tuhan Yesus dengan orang­orang Yahudi: “Dunia tidak dapat membenci kamu, tetapi ia membenci Aku, sebab Aku bersaksi tentang dia, bahwa pekerjaan­pekerjaannya jahat.” (Yoh 7:7).
  • Juga terdapat pandangan dualisme, antara terang­gelap, “dari dunia bawah” ­“dari atas”, misalnya dalam debat­Nya dengan orang Yahudi: “ Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini” (Yoh 8:23).
  • Dunia telah lebih dulu membenci Yesus. “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu” (Yoh 15:18­19; bdk. Yoh 17:14).
  • YESUS TIDAK BERDOA BAGI DUNIA. “Aku berdoa untuk mereka. BUKAN UNTUK DUNIA Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada­Ku, sebab mereka adalah milik­Mu” (Yoh 17:9).
  • Pandangan negatif terhadap dunia seperti dalam surat pertama Yohanes. “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu KEINGINAN DAGING DAN KEINGINAN MATA SERTA KEANGKUHAN HIDUP, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan DARI DUNIA” (1 Yoh 2:15­16).
  • “Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan SELURUH DUNIA BERADA DI BAWAH KUASA SI JAHAT” (1 Yoh 5:19).

Dari teks di atas jelaslah bahwa dunia dalam pengertian penulis Yohanes bukanlah dunia­semesta yang telah diciptakan Tuhan baik adanya (Kej 1), melainkan dunia yang telah terkuasai oleh dosa dan terlebih yang menolak dan membenci Kristus dan murid­murid­Nya. Sementara di teks­teks lain, kata DUNIA juga dinyatakan dalam KONOTASI POSITIF, atau SETIDAKNYA NETRAL, misalnya:

  • “Karena BEGITU BESAR KASIH ALLAH AKAN DUNIA INI, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak­Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada­Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. 17 Sebab Allah mengutus Anak­Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan UNTUK MENYELAMATKANNYA OLEH DIA. (Yoh 3:16­17).
  • Tentang hubungan Yesus sang Roti Kehidupan dan dunia dinyatakan sebagai berikut: “Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang MEMBERI HIDUP KEPADA DUNIA" (Yoh 6:33). Dan juga “AKULAH ROTI HIDUP YANG TELAH TURUN DARI SORGA. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama­lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging­Ku, yang akan KUBERIKAN UNTUK HIDUP DUNIA."(Yoh 6:51).

Mari sejenak kita melihat teks­teks Perjanjian baru lainnya yang cukup berpandangan positif terhadap dunia. Kita ambil beberapa contoh:

  • Kita diutus ke tengah dunia untuk menjadi saksi Kristus. Perintah Tuhan Yesus sebelum naik ke surga: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan KAMU AKAN MENJADI SAKSI­KU di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan SAMPAI KE UJUNG BUMI" (Kis 1:8).
  • Bagaimana caranya? “Kamu adalah GARAM DUNIA. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah TERANG DUNIA. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi” (Mat 5:13­14). “Demikianlah hendaknya TERANGMU BERCAHAYA DI DEPAN ORANG, supaya MEREKA MELIHAT PERBUATANMU YANG BAIK DAN MEMULIAKAN BAPAMU YANG DI SORGA." (Mat 5:16).
  • Anjuran BERDOA BAGI KEPENTINGAN DUNIA sekitar kita. “Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja­raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan” (1 Tim 2:1).
  • Bahkan anjuran mendoakan mereka yang memusuhi kita. “KASIHILAH MUSUHMU dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu (Mat 5:44).
  • Tetapi kita juga diingatkan akan ANEKA BAHAYA yang bisa MENGHAMBAT PERTUMBUHAN FIRMAN di tanah­hati kita: “Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah SEMAK DURI, itulah yang mendengar firman itu, lalu KEKUATIRAN DUNIA INI dan TIPU DAYA KEKAYAAN dan KEINGINAN­KEINGINAN AKAN HAL YANG LAIN masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah” (Mrk 4:18­19).

Dengan demikian, saat membaca kata “dunia” dalam tulisan­tulisan Yohanes kita mesti melihatnya secara kritis, bukanlah dunia in se, melainkan dunia yang telah menolak dan membenci Kristus dan murid­murid­Nya. Sementara kita sendiri justru dipanggil untuk menjadi saksi Kristus di tengah dunia. Berkat baptis dan Krisma, kita semua diutus untuk meneruskan warta Kerajaan Allah (kebenaran, keadilan, kejujuran, kasih, dan pengampunan). Dan dalam konteks keindonesiaan, kita justru perlu bergandengan tangan dengan semua orang yang berkehendak baik (bdk. Luk 2:14 – “berkenan kepadanya” dalam Vulgata bahasa Latin: bonae voluntatis = berkehendak baik).

Namun, hal ini BUKAN BERARTI bahwa kita “hidup secara duniawi”; melainkan hidup di tengah dunia dengan tetap BERSIKAP KRITIS atas aneka tawaran dunia (terlebih yang menghimpit pertumbuhan Firman dalam hati kita) dan berani menjadi GARAM­TERANG di tengah dunia­masyarakat sekitar kita. Maka seorang pengikut Kristus harus BISA LARUT untuk menggarami, namun TIDAK HANYUT oleh arus keduniawian.

MAKNA SIKAP BERJAGA DAN WASPADA

Kita tidak tahu kapan datangnya hari akhir ataupun akhir hari hidup kita sendiri. Maka, kita diperintahkan untuk senantiasa siap­berjaga dan waspada. Apakah hanya dengan berdoa dan matiraga? Saya yakin sikap waspada ini tidak cukup dengan berdoa, melainkan juga ikut mewujudkan Kerajaan Allah di dunia sekitar kita seperti senantiasa kita panjatkan, “Datanglah Kerajaan­Mu!” Kita memohon, tetapi juga mau bekerjasama dengan rahmat Tuhan untuk mewujudkannya. Maka hidup dalam kasih­pelayanan sungguh perlu kita wujudnyatakan. Apalagi dalam diri saudara yang hina­menderita Tuhan Yesus sudah menyatakan kehadiran­Nya (Mat 25:40).

Konsili Vatikan II juga mengajarkan bahwa suka­duka, kegembiraan, harapan, dan kecemasan dunia­sekitar kita merupakan suka­duka, kegembiraan, harapan, dan kecemasan semua pengikut Kristus (GS 1). Karena itu, kita juga mesti solider dan terlibat dalam pembangunan Indonesia baru, bukan malahan berkutat pada soal kiamat dan keselamatan diri sendiri. Termasuk dalam hal ini keterlibatan dalam pesta demokrasi nanti, yang semoga sungguh membantu menentukan arah bagi pembangunan Indonesia baru.

EKSKOMUNIKASI ATAS YULIA KIM – PENAMPAKAN DI NAJU

Dalam kumpulan pesan khusus tentang pemurnian, kelompok pelayanan ini mengindikasikan bahwa “Maria” yang berpesan melalui nubuat Ibu Agnes Sawano adalah “Bunda Maria” yang juga menampakkan diri kepada Yulia Kim di Naju ( Korea ). “Sebelum di Indonesia ini Bunda Maria sudah menyampaikan pesan­pesan yang berkaitan dengan HARI PEMURNIAN di berbagai tempat lain, misalnya di Fatima , Portugal dan TERAKHIR DI NAJU, KOREA SELATAN. SEJAK 1995 Bunda Maria menyampaikannya JUGA DI INDONESIA dan itu dijadikanNya sebagai tujuannya yang utama. Bunda Maria ingin mempersiapkan anak­anakNya di Indonesia , agar mereka siap sedia dan tidak terkejut nanti bila tiba saatnya.” (sumber)

Di sini saya hanya mengingatkan bahwa YULIA KIM telah DIEKSKOMUNIKASI oleh Uskup agung Kwangju pada 28 Januari 2008. Keterangan selengkapnya silakan baca di: (sumber) dan (sumber)

UNDANGAN PERTOBATAN

Akhirnya, seruan pertobatan yang digaungkan oleh kelompok pelayanan ini, tetaplah mempunyai nilai bagi kita. Bukan karena siapa yang berbicara, bukan lantaran takut dengan ramalan “Kegelapan Tiga Hari”, melainkan pertama­yama pada undangan pertobatan itu sendiri. Bukankah kita pun kerap merasakan adanya “sentilan Tuhan” melalui aneka peristiwa yang kita lihat dan dan alami? Maka menurut saya, fenomena nubuat Ibu Agnes Sawarno dan aneka “sentilan”­nya setidaknya mengajarkan beberapa hal:

  • Para imam disentil untuk kembali menghayati semangat pelayanannya bagi umat.
  • Kiranya pastor paroki perlu sungguh melindungi dan menggembalakan kawanan domba­Nya, terlebih dari pelbagai angin pengajaran yang membingungkan dan meresahkan umat, serta menyediakan santapan Sabda Tuhan yang melimpah bagi umat.
  • Dalam hidup pribadi, kita masing­masing diundang untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan dan meninjau hal­hal yang kiranya menghambat pertumbuhan Firman dalam tanah­hati kita. Terlebih di masa Prapaskah ini, undangan pertobatan ini semakin relevan, terlepas ada­tidaknya fenomena nubuat itu sendiri. Dalam hal apa dan bagaimana kita mesti bertobat, niscaya suara hati kita membisikkan pada diri kita masing­masing.

PENUTUP

Demikianlah beberapa poin pengujian aneka pesan ‘Maria' melalui nubuat Ibu Agnes Sawarno. Dari penelusuran dan refleksi kritis tersebut saya telah menarik kesimpulan secara pribadi, siapakah sebenarnya ‘Maria' yang telah berbicara melalui Ibu Agnes Sawarno. Dan pada bagian akhir saya telah menyajikan beberapa poin refleksi akhir berkaitan dengan fenomena nubuat Ibu Agnes Sawarno ini. Saya berharap bahwa tulisan ini bisa sedikit memberikan pencerahan kepada pembaca dan semoga juga bermanfaat bagi karya katekese­pastoral di Gereja Katolik Indonesia .

Akhirnya, dengan rendah hati dan setulusnya saya mohon maaf bila dalam penyajian catatan dan refleksi kritis ini ada beberapa bagian yang kurang berkenan di hati Anda. Dan sepenuhnya Anda bebas untuk menerima, mengabaikan, ataupun menolak isi tulisan ini, karena artikel ini hanyalah sebuah refleksi pribadi dari salah satu putra­putri Bunda Maria yang telah mengalami kasih keibuannya. Selanjutnya, Anda saya persilakan untuk mengambil keputusan sendiri berkaitan dengan fenomena nubuat Ibu Agnes Sawarno ini11 . Terlebih bukanlah kewajiban bagi seorang Katolik untuk mempercayai suatu klaim atas pewahyuan pribadi.

Roma, 12 Maret 2009

Rm. F.X. Didik Bagiyowinadi,Pr

catatan kaki :

1 Artikel ini dimaksudkan sebagai penunjang karya katekese­pastoral, maka boleh disebarkan dan digandakan, asal bukan untuk tujuan komersil.

2 Penulis adalah seorang imam praja untuk keuskupan Malang yang saat ini sedang menunaikan tugas belajar di Roma dan telah menulis buku Di Tengah Berbagai Angin Pengajaran – Menjawab Kontroversi Iman (Dioma, 2005). Buku katekesenya yang berkaitan dengan devosi kepada Bunda Maria adalah Berdoa Novena...Yuk! Novena Tiga Salam Maria dalam Terang Kitab Suci dan Ajaran Gereja (Obor, 2009) dan Seri Novena­Refleksi (Obor, 2009).

3 Di sini sengaja tidak saya sebut Bunda Maria, karena akhirnya saya semakin yakin bahwa ‘Maria' ini bukanlah Bunda Maria yang dinyatakan dalam Kitab Suci dan yang kita hormat­kasihi bersama.

4 Ada dua website kelompok pelayanan ini yang saya jadikan rujukan studi singkat ini: sumber A dan sumber B

5 Mulai bagian ini dan selanjutnya, aneka kutipan dan refleksi yang tercetak dengan huruf besar berasal dari saya untuk menunjukkan poin analisa.

6sumber

7 Tentu hal ini tidak berarti bahwa pesan-pesan Yesus dan ‘Maria' yang tidak dibahas di sini berarti sudah otomatis selaras dengan iman dan moral Katolik; hal itu membutuhkan pernyataan nihil obstat dari pastor yang diberi wewenang untuk menilainya.

8 Link internetnya saya camtumkan untuk memudahkan bagi mereka yang berminat mengkonfirmasikannya.

9 Lih. Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, ( Stuttgart : German Bible Society, 2001), hlm. 102-107.

10 Sekedar sharing pengalaman di balik penulisan artikel ini: Untuk menulis artikel ini saya pribadi terlebih dahulu melakukan pembedaan roh bersama seorang rekan pastor dan juga menyertainya dengan doa novena Tiga Salam Maria, dengan harapan tulisan ini tidak kontraproduktif bagi karya katekese­pastoral Gereja Katolik Indonesia .

11 Terlebih tatkala belum ada pernyataan resmi dari pejabat gerejawi setempat (Uskup) berkaitan dengan suatu pewahyuan pribadi, kita boleh mengambil sikap secara pribadi dan tentunya dengan sikap arif-waspada.


Klinik Rohani Links :
http://www.klinikrohani.com/


  • Text Widget