08 November 2008

Posted by ShureX Posted on November 08, 2008 | No comments

Allah dan Mamon

"Barangsiapa setia dalam perkara kecil ia setia juga dalam perkara-perkara besar”.


Baca : (Flp 4:10-19; Luk 16:9-15)

“Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi." "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?

Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah”(Luk 16:9-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah menghasilkan aneka alat atau instrument yang sangat kecil dan penting, antara lain yang terkait dengan serat optic. Apa yang kita butuhkan dalam hidup sehari-hari juga perkara kecil dan sederhana, misalnya: makan, minum, tidur, istirahat, omong-omong, duduk bersama dengan mesra, dst.. Dalam hal makan, minum dan tidur misalnya, jika orang mengalami kesulitan dalam hal ini kiranya ia juga akan mengalami kesulitan yang lebih besar terhadap hal-hal besar, sulit dan berbelit-belit.

Maka marilah kita dengan rendah hati dan bekerja keras untuk setia dalam perkara-perkara kecil, pekerjaan tugas yang kecil dan sederhana. Dengan kata lain marilah kita sungguh hidup mendunia, terlibat dan berparsipasi dalam seluk-beluk dunia mulai dari yang kecil dan sederhana; mencari dan mengusahakan kesucian hidup dengan mendunia. Kita tidak dapat memisahkan hal-hal duniawi atau Mamon dari Allah, dan mungkin hanya dapat membedakan. Sebagai orang beriman kita menerima tugas perutusan dari Allah : "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."(Kej 1:28)

Bukankah untuk ‘beranak cucu’ maupun menguasai ikan-ikan di laut, burung-burung di udara dan segala binatang yang merayap di bumi kita harus setia pada perkara-perkara kecil dan sederhana? Memang dalam hidup sehari-hari perkara-perkara kecil dan sederhana itu pada umum diurus atau dikelola dan dikerjakan oleh orang-orang kecil dan sederhana juga, para buruh atau pembantu rumah tangga; namun kiranya seperti ketika pada masa Liburan Lebaran/Idul Fitri yang baru saja berlalu kita semua menyadari betapa pentingnya perkara-perkara kecil dan sederhana, yang kita butuhkan dalam hidup kita sehari-hari.

• “Aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Flp 4:11b-13), demikian kesaksian iman Paulus kepada umat di Filipi, kepada kita semua orang beriman. “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”, inilah kiranya yang juga layak menjadi pegangan atau acuan hidup dan kesibukan pelayanan kita.

Tumbuh berkembang menjadi cerdas beriman tidak akan terlepas dari aneka perkara, dan semakin tumbuh berkembang berarti semakin banyak menghadapi perkara, entah besar atau kecil.. Kita imani dan hayati bahwa pertumbuhan dan perkembangan kita karena dan oleh Tuhan, maka hadapilah juga aneka perkara yang muncul ‘di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku’. Menanggung semua perkara dalam Tuhan berarti dengan dan dalam iman kita hidup bermasyakat, berbangsa dan bernegara. Iman adalah anugerah Tuhan, maka percayalah menghadapi aneka perkara dengan iman berarti Tuhan sendiri yang akan berkarya atau bekerja dalam dan melalui diri kita yang lemah dan rapuh ini.

Dalam iman juga kita dipanggil untuk ‘mencukupkan diri dalam segala keadaan’, artinya antara lain senantiasa bersyukur dan berterima kasih dalam situasi maupun kondisi apapun. Tiada rahasia bagiku, semua saya buka dan serahkan kepada Tuhan melalui saudara-saudari dan sesama kita. Baik dalam kenyang atau lapar, berkelimpahan atau kekurangan kita tetap hidup penuh syukur dan terima kasih.

“Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya. Sebab ia takkan goyah untuk selama-lamanya; orang benar itu akan diingat selama-lamanya” (Mzm 112:1-2.5-6)


Jakarta, 8 November 2008

Oleh : Romo Maryo
Categories:

0 Komentar:

Post a Comment

Setelah dibaca apa anda punya komentar untuk artikel diatas ?
Jika anda merasa tersentuh, terinspirasi, termotivasi dengan artikel ini bagikan bersama kami dengan meninggalkan pesan, kesan atau komentar apa saja.

Semoga komentar anda dapat menjadi semangat bagi yang lainnya.

  • Text Widget