06 November 2008

Posted by Klinik Rohani Posted on November 06, 2008 | 1 comment

Anak Dunia dan Anak Terang

“Anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak terang.”

Baca : (Flp 3:17-4:1; Luk 16:1-18)

“Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul. Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.”(Luk 16:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· “Orang bodoh dapat menjadi pandai karena uang, sebaliknya orang pandai dapat menjadi bodoh juga karena uang”, demikian kiranya yang sering terjadi di dalam kehidupan bersama kita. Namun yang juga terjadi adalah orang pandai membodohi sesamanya demi uang atau demi keuntungan sendiri. Kepandaian atau kecerdikan macam itu dapat kita lihat atau cermati dalam diri para penipu atau penjahat yang dengan halus dan sabar mengelabui korban-korbannya. Maka benarlah yang disabdakan oleh Yesus bahwa “Anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang”. Karena pendidikan dan pembinaan memang kita semua mendambakan diri sebagai orang yang pandai, cerdik dan cerdas, namun hendaknya juga sekaligus beriman alias menjadi anak-anak terang, sehingga menjadi cerdas beriman. Sebagai orang yang cerdas beriman kiranya ketika diberi tugas menjadi bendahara atau pengelola / pengurus harta benda duniawi, ia akan mengurus dan mengelolanya dengan baik sebagaimana diharapkan. 

Kesuksesan atau keberhasilan mengurus atau mengelola harta benda dengan baik pada masa kini hemat saya merupakan salah satu bentuk penghayatan iman kemartiran yang mendesak dan up to date, mengingat masih maraknya korupsi hampir di semua bidang kehidupan bersama di masyarakat pada saat ini. Untuk itu hemat saya kita masing-masing harus mulai dari diri kita sendiri: berapa besar atau banyaknya harta benda atau uang yang diserahkan kepada kita, marilah kita urus atau kelola sebaiknya mungkin, sesuai dengan maksud pemberi (ad intentio dantis). Jika kita berhasil dengan baik mengurus atau mengelola yang menjadi milik kita atau kita kuasai maka kiranya kita memiliki modal kekuatan untuk mengrurus atau mengelola milik orang lain yang lebih besar. Harta benda/uang adalah ‘jalan ke neraka atau jalan ke sorga’, marilah kita jadikan ‘jalan ke sorga’.

· “Saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang kekasih!”(Flp 4:1), demikian sapaan Paulus kepada umat di Filipi, kepada kita semua orang beriman. “Berdiri dengan teguh dalam Tuhan” adalah cirikhas orang cerdas beriman, ia tidak mudah tergoyahkan oleh berbagai rayuan atau godaan kenikmatan duniawi yang membuatnya ‘menjauh dari Tuhan maupun sesama atau saudara-saudarinya’. Kita semua adalah ciptaan Tuhan, dan hanya dapat hidup, tumbuh berkembang menjadi cerdas beriman jika kita setia berdiri dengan teguh dalam Tuhan. 

Memang untuk itu kita perlu membiasakan diri terus menerus berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun; semakin banyak berbuat baik kepada sesama berarti akan semakin teguh berdiri dalam Tuhan, sebaliknya orang yang jarang berbuat baik kepada sesamanya pasti mudah jatuh atau berdosa terus menerus. Apa yang disebut baik senantiasa berlaku universal dan bersifat menyelamatkan, khususnya keselamatan jiwa. Yang ideal memang ‘mens sana in corpore sano’, pengertian/akal budi/jiwa yang sehat dalam tubuh yang sehat, maka marilah kita serentak merawat, menjaga dan memperkuat pengertian/akal budi/jiwa dan tubuh kita menjadi segar bugar, sehat wal’afiat sebagai tanda bahwa kita dengan rendah hati berusaha setia ‘berdiri dengan teguh dalam Tuhan’. Orang yang demikian senantiasa dinamis dan proaktif dalam berbuat baik bagi sesamanya dimanapun dan kapanpun.

“Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN."
(Mzm 122:1)


Jakarta, 7 November 2008

Oleh : Romo Maryo


Klinik Rohani Links :
http://www.klinikrohani.com/


Categories:

1 comment:

Setelah dibaca apa anda punya komentar untuk artikel diatas ?
Jika anda merasa tersentuh, terinspirasi, termotivasi dengan artikel ini bagikan bersama kami dengan meninggalkan pesan, kesan atau komentar apa saja.

Semoga komentar anda dapat menjadi semangat bagi yang lainnya.

  • Text Widget