15 July 2008

Posted by Klinik Rohani Posted on July 15, 2008 | 2 comments

Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat

“Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat”
(Yes 7:1-9: Mat 11:20-24)

"Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizat-Nya:"Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini.Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu" (Mat 11:20-24), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Bonaventura, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

  • Kota-kota yang dikecam Yesus di atas pada masa kini memang sarat dengan kejahatan, bahkan kota Kapernaum tinggal kenangan, berupa batu-batu, puing-puing bekas bangunan yang ditumbuhi rumput yang tak beraturan serta terrawat. Mujizat-mujizat yang Ia lakukan di kota-kota tersebut tidak menyentuh dan mempengaruhi penduduk atau penghuninya untuk bertobat, meninggalkan kejahatan dan kembali berbakti kepada Tuhan. Apa yang disebut kota, apalagi kota besar, seperti yang ada di Indonesia saat ini, memang juga sarat dengan berbagai bentuk kejahatan dan kebejatan moral, misalnya: pencurian, perampokan, pelacuran, judi, dst.. Suasana atau iklim materialistis atau duniawi lebih mewarnai atau dominant daripada rohani atau spiritual. Cukup banyak orang yang tidak melihat atau buta akan berbagai mujizat yang terjadi, karya Allah yang agung dalam ciptaan-ciptaanNya, lebih-lebih dalam diri manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Harkat martabat manusia diturunkan, direndahkan atau dilecehkan menjadi barang atau harta benda, dihargai atau dinilai sejajar dengan harta benda atau sarana-prasarana kerja lainnya. Bonaventura, pelayan dan gembala umat serta pujangga Gereja kiranya meneladan Yesus dengan membuat mujizat-mujizat serta mengecam ketidak-beresan atau kebejatan moral masyarakat di wilayah pelayanannya. Kita semua juga dipanggil untuk meneladan Yesus: membuat mujizat dalam hidup dan kerja kita serta tanpa takut dan gentar mengecam aneka macam kejahatan yang terjadi di lingkungan hidup, kerja atau pelayanan kita. Jika kita melihat ketidak-beresan atau kejahatan dan tidak bertindak membereskan atau bersuara tentang kebenaran, kiranya kita ikut bersalah atau berarti menyetujui atau bahkan berpartisipasi dalam ketidak-beresan atau kejahatan. Jika kita memang dalam keadaan baik dan benar, hendaknya tidak takut dan tidak gentar menyampaikan apa yang baik dan benar atau menghayati yang baik dan benar meskipun untuk itu tak terlepas dari perjuangan, pengorbanan dan tantangan-tantangan.
  • "Jika kamu tidak percaya, sungguh, kamu tidak teguh jaya." (Yes 7:9b). Kata-kata ditujukan kepada penghuni atau penduduk kota Yerusalem, kota suci, yang akan dihancurkan atau direbut oleh raja-raja lain. Jika penduduk kota percaya kepada Tuhan, maka raja-raja lain tak mungkin menghancurkannya, sebaliknya jika penduduk kota kurang atau tidak percaya kepada Tuhan, maka dengan mudah akan dihancurkan oleh raja/orang lain. Kiranya kita semua berharap agar kota atau tempat tinggal kita dan tempat kerja kita tetap teguh jaya, tidak hancur berantakan. Jika kita menghendaki atau mengharapkan demikian maka hendaknya kita senantiasa percaya kepada Tuhan kapanpun dan dimanapun, sehingga kita senantiasa berbuat baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Salah satu bentuk penghayatan kepercayaan kita kepada Tuhan masa kini hemat saya adalah ‘jujur’: jujur terhadap diri sendiri, jujur terhadap sesama, jujur dalam bekerja, dst… Bukankah karena ketidak-jujuran alias korupsi terjadi dimana-mana sehingga kekacauan, derita, kejahatan terus berjaya di kota atau tempat tinggal dan kerja kita, serta banyak orang khawatir akan terjadi kehancuran kota atau tempat kerja. Dalam kejujuran hendaknya pertama-tama dan terutama dimulai dari diri sendiri, menuntut dari diri sendiri, bukan orang lain atau sesama kita. Jika kita sendiri sungguh tegak dan teguh jaya dalam hal kejujuran kiranya dengan mudah serta tanpa takut kita minta atau menuntut orang lain untuk bertindak jujur. Seiring dengan kejujuran adalah disiplin, dan tentu saja pertama-tama dan terutama adalah disiplin diri, arti dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan kita berusaha mendisiplinkan diri kita sendiri, baru berusaha mendisiplinkan orang lain.

"Besarlah TUHAN dan sangat terpuji di kota Allah kita! Gunung-Nya yang kudus, yang menjulang permai, adalah kegirangan bagi seluruh bumi; gunung Sion itu, jauh di sebelah utara, kota Raja Besar.Dalam puri-purinya Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai benteng” (Mzm 48:2-4)


Jakarta, 15 Juli 2008


sumber : Romo maryo



Categories:

2 comments:

  1. shalom.

    terima kasih unt renunganya..
    terus menulis yaa..
    God bless you abundantly,… :)

    teguh
    tegoeh's blog

    ReplyDelete
  2. bisakah saya bergabung dan mendapat free permainan untuk anak sekolah minggu?

    ReplyDelete

Setelah dibaca apa anda punya komentar untuk artikel diatas ?
Jika anda merasa tersentuh, terinspirasi, termotivasi dengan artikel ini bagikan bersama kami dengan meninggalkan pesan, kesan atau komentar apa saja.

Semoga komentar anda dapat menjadi semangat bagi yang lainnya.

  • Text Widget